Oleh: Sandi Ibnu
Syam
Kaum Muslimin Yang Terhormat
Bumi yang kita tempati adalah planet yang selalu berputar, ada siang dan ada malam. Roda kehidupan dunia juga tidak pernah berhenti. Kadang naik kadang turun. Ada suka ada duka. Ada senyum ada tangis. Kadangkala dipuji tapi pada suatu saat kita dicaci. Jangan harapkan ada keabadian perjalanan hidup. Oleh sebab itu, agar tidak terombang-ambing dan tetap tegar dalam menghadapi segala kemungkinan tantangan hidup kita harus memiliki pegangan dan amalan dalam hidup. Tiga amalan baik tersebut adalah Istiqomah, Istikharah dan Istighfar yang kita singkat TIGA IS.
1. Istiqomah. yaitu kokoh dalam aqidah dan konsisten dalam beribadah.
Begitu pentingnya istiqomah ini sampai Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam berpesan kepada seseorang seperti dalam Al-Hadits berikut:
Begitu pentingnya istiqomah ini sampai Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam berpesan kepada seseorang seperti dalam Al-Hadits berikut:
عَنْ أَبِيْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ، قُلْ لِيْ فِي اْلإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُهُ عَنْهُ أَحَدًا غَيْرَكَ. قَالَ: قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ. (رواه مسلم).
“Dari Abi Sufyan bin Abdullah Radhiallaahu anhu berkata: Aku telah
berkata, “Wahai asulullah katakanlah kepadaku pesan dalam Islam sehingga aku tidak
perlu bertanya kepada orang lain selain engkau. Nabi menjawab, ‘Katakanlah aku
telah beriman kepada Allah kemudian beristiqamahlah’.” (HR. Muslim).
Orang yang istiqamah selalu kokoh dalam aqidah dan tidak goyang keimanan bersama dalam tantangan hidup. Sekalipun dihadapkan pada persoalan hidup, ibadah tidak ikut redup, kantong kering atau tebal, tetap memperhatikan haram halal, dicaci dipuji, sujud pantang berhenti, sekalipun ia memiliki fasilitas kenikmatan, ia tidak tergoda melakukan kemaksiatan.
Orang seperti itulah yang dipuji Allah Subhannahu wa Ta'ala dalam Al-Qur-an surat Fushshilat ayat 30:“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatahkan): “Janganlah kamu merasa takut, dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah dengan syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (Qs. Fushshilat: 30)
Orang yang istiqamah selalu kokoh dalam aqidah dan tidak goyang keimanan bersama dalam tantangan hidup. Sekalipun dihadapkan pada persoalan hidup, ibadah tidak ikut redup, kantong kering atau tebal, tetap memperhatikan haram halal, dicaci dipuji, sujud pantang berhenti, sekalipun ia memiliki fasilitas kenikmatan, ia tidak tergoda melakukan kemaksiatan.
Orang seperti itulah yang dipuji Allah Subhannahu wa Ta'ala dalam Al-Qur-an surat Fushshilat ayat 30:“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatahkan): “Janganlah kamu merasa takut, dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah dengan syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (Qs. Fushshilat: 30)
2.
Istikharah, selalu mohon petunjuk Allah dalam setiap langkah dan penuh
pertimbangan dalam setiap keputusan.
Setiap orang mempunyai kebebasan untuk berbicara dan melakukan suatu
perbuatan. Akan tetapi menurut Islam, tidak ada kebebasan yang tanpa batas, dan
batas-batas tersebut adalah aturan-aturan agama. Maka seorang muslim yang benar,
selalu berfikir berkali-kali sebelum melakukan tindakan atau mengucapkan sebuah
ucapan serta ia selalu mohon petunjuk kepada Allah.
Nabi Shalallaahu alaihi wasalam pernah bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ. (رواه البخاري ومسلم عن أبي هريرة).
Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang
baik atau diamlah. (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
Orang bijak berkata “Think today and speak tomorrow” (berfikirlah hari
ini dan bicaralah esok hari).
Kalau ucapan itu tidak baik apalagi sampai menyakitkan orang lain maka tahanlah, jangan diucapkan, sekalipun menahan ucapan tersebut terasa sakit. Tapi ucapan itu benar dan baik maka katakanlah jangan ditahan sebab lidah kita menjadi lemas untuk bisa meneriakkan kebenaran dan keadilan serta menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
Kalau ucapan itu tidak baik apalagi sampai menyakitkan orang lain maka tahanlah, jangan diucapkan, sekalipun menahan ucapan tersebut terasa sakit. Tapi ucapan itu benar dan baik maka katakanlah jangan ditahan sebab lidah kita menjadi lemas untuk bisa meneriakkan kebenaran dan keadilan serta menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
Mengenai kebebasan ini, malaikat Jibril pernah datang kepada Nabi
Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam untuk memberikan rambu-rambu kehidupan,
beliau bersabda:
أَتَانِيْ جِبْرِيْلُ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدًا عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ، وَأَحْبِبْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مُفَارِقٌ، وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِيٌّ بِهِ.)رواه البيهقي عن جابر(.
Jibril telah datang kepadaku dan berkata: Hai Muhammad hiduplah sesukamu, tapi sesungguhnya engkau suatu saat akan mati, cintailah apa yang engkau sukai tapi engkau suatu saat pasti berpisah juga dan lakukanlah apa yang engkau inginkan sesungguhnya semua itu ada balasannya. (HR.Baihaqi dari Jabir).
Sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam ini semakin penting untuk diresapi
ketika akhir-akhir ini dengan dalih kebebasan, banyak orang berbicara tanpa
logika dan data yang benar dan bertindak sekehendakya tanpa mengindahkan etika
agama . Para pakar barang kali untuk saat-saat ini, lebih bijaksana untuk
banyak mendengar daripada berbicara yang kadang-kadang justru membingungkan
masyarakat.
Kita memasyarakatkan istikharah dalam segala langkah kita, agar kita
benar-benar bertindak secara benar dan tidak menimbulkan kekecewaan di kemudian
hari.
Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
مَا خَابَ مَنِ اسْتَخَارَ وَلاَ نَدِمَ مَنِ اسْتَشَارَ وَلاَ عَالَ مَنِ اقْتَصَدَ.
Tidak akan rugi orang yang beristikharah, tidak akan kecewa orang yang bermusyawarah dan tidak akan miskin orang yang hidupnya hemat. (HR. Thabrani dari Anas)
3. Istighfar,
yaitu selalu instropeksi diri dan mohon ampunan kepada Allah Rabbul Izati.
Setiap orang pernah melakukan kesalahan baik sebagai individu maupun
kesalahan sebagai sebuah bangsa. Setiap kesalahan dan dosa itu sebenarnya
penyakit yang merusak kehidupan kita. Oleh karena ia harus diobati.
Tidak sedikit persoalan besar yang kita hadapi akhir-akhir ini yang
diakibatkan kesalahan kita sendiri. Saatnya kita instropeksi masa lalu, memohon
ampun kepada Allah, melakukan koreksi untuk menyongsong masa depan yang lebih
cerah dengan penuh keridloan Allah.
Dalam persoalan ekonomi, jika rizki Allah tidak sampai kepada kita
disebabkan karena kemalasan kita, maka yang diobati adalah sifat malas itu.
Kita tidak boleh menjadi umat pemalas. Malas adalah bagian dari musuh kita.
Jika kesulitan ekonomi tersebut, karena kita kurang bisa melakukan
terobosan-teroboan yang produktif, maka kreatifitas dan etos kerja umat yang
harus kita tumbuhkan.
Akan tetapi adakalanya kehidupan sosial ekonomi sebuah bangsa mengalami
kesulitan. Kesulitan itu disebabkan karena dosa-dosa masa lalu yang menumpuk
yang belum bertaubat darinya secara massal. Jika itu penyebabnya, maka obat
satu-satunya adalah beristighfar dan bertobat.
Allah berfirman yang mengisahkan seruan Nabi Hud Alaihissalam, kepada
kaumnya: “Dan (Hud) berkata, hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu
bertaubatlah kepadaNya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu
dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan janganlah kamu
berpaling dengan berbuat dosa” (QS. Hud:52).
Para Jamaah yang dimuliakan Allah Sekali lagi, tiada kehidupan yang sepi
dari tantangan dan godaan. Agar kita tetap tegar dan selamat dalam berbagai
gelombang kehidupan, tidak bisa tidak kita harus memiliki dan melakukan TIGA IS
di atas yaitu Istiqomah, Istikharah dan Istighfar. Mudah-mudahan Allah memberi
kekuatan kepada kita untuk menatap masa depan dengan keimanan dan rahmatNya
yang melimpah. Amin
أَقُولُ
قَوْ
لِي
هَذَا
وَأَسْتَغْفِرُ
اللهَ
لِيْ
وَلَكُمْ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ
اِنَّهُ
هُوَ
الْغَفُورُ
الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ
الَّذِيْ
أَمَرَنَا
بِاْلاِتِّحَادِ
وَاْلاِعْتِصَامِ
بِحَبْلِ
اللهِ
الْمَتِيْنِ.
أَشْهَدُ
أَنْ
لاَ
إِلَهَ
إِلاَّ
اللهُ
وَحْدَهُ
لاَشَرِيْكَ
لَهُ،
إِيَّاهُ
نَعْبُدُ
وَإِيَّاُه
نَسْتَعِيْنُ.
وَأَشْهَدُ
أَنَّ
مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ،
اَلْمَبْعُوْثُ
رَحْمَةً
لِلْعَالَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ
صَلِّ
عَلَى
مُحَمَّدٍ
وَعَلَى
آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ
أَجْمَعِيْنَ.
عِبَادَ
الله،
اِتَّقُوا
اللهَ
مَا
اسْتَطَعْتُمْ
وَسَارِعُوْا
إِلَى
مَغْفِرَةِ
رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ.
إِنَّ
اللهَ
وَمَلاَئِكَتَهُ
يُصَلُّوْنَ
عَلَى
النَّبِيِّ،
يَاأَيُّهاَ
الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا
صَلُّوْا
عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ
صَلِّ
وَسَلِّمْ
وَبَارِكْ
عَلَى
مُحَمَّدٍ
وَعَلَى
آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ
وَقَرَابَتِهِ
وَأَزْوَاجِهِ
وَذُرِّيَّاتِهِ
أَجْمَعِيْنَ.
اَللَّهُمَّ
أَصْلِحْ
جَمِيْعَ
وُلاَةَ
الْمُسْلِمِيْنَ،
وَانْصُرِ
اْلإِسْلاَمَ
وَالْمُسْلِمِيْنَ،
وَأَهْلِكِ
الْكَفَرَةَ
وَالْمُشْرِكِيْنَ
وَأَعْلِ
كَلِمَتَكَ
إِلَى
يَوْمِ
الدِّيْنِ.
اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ
وَالْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ
اْلأَحْيَاءِ
مِنْهُمْ
وَاْلأَمْوَاتِ،
إِنَّكَ
قَرِيْبٌ
مُجِيْبُ
الدَّعَوَاتِ
وَيَا
قَاضِيَ
الْحَاجَاتِ.
اَللَّهُمَّ
افْتَحْ
بَيْنَنَا
وَبَيْنَ
قَوْمِنَّا
بِالْحَقِّ
وَاَنْتَ
خَيْرُ
الْفَاتِحِيْنَ.
رَبَّنَا
آتِنَا
فِي
الدُّنْيَا
حَسَنَةً
وَفِي
الآخِرَةِ
حَسَنَةً
وَقِنَا
عَذَابَ
النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar