Kata Mutiara

Tidak akan kembali hari-hari yang telah berlalu

Kamis, 19 Oktober 2017

DAMPINGI AKU



 
Sandi Ibnu Syam
Kata di atas pertama kali diperkenalkan oleh Muhammad Sultan Faisal dalam materi Pelatihan Kader Dasar Taruna melati I yang dilaksanakan pada 14-18 Muharram yang bertepatan pada tanggal 4-8 Oktober 2017. Materi Dampingi Aku bertujuan untuk mendampingi semua peserta pada saat selesai waktu shalat lima waktu selama pelatihan ini yang didampingi langsung oleh seorang Imamah dan co-Imamah. Dengan metode ini peserta akan lebih didekatkan bagaimana seharusnya beribadah menurut hasil putusan tarjih yang sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Selanjutnya, materi ini akan dikolaborasikan dengan materi lain yang sepadan dengan materi dampingi Aku. Dari dampngi Aku, saya termotivasi untuk menulis dengan membuat sebuah program baru yakni “Dampingi Aku” di Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam Balebo ini.
Ikatan Pelajar Muhammadiyah mengenal yang namanya Fasilitator yang mempunyai tugas melakukan pendampingan kepada peserta yang telah selesai melakukan pelatihan dasar, Muda, Madya dan Paripurna dan Utama yang menjadi program utama Ikatan Pelajar Muhammadiyah yang terdapat system perkaderan IPM. Secanggih apapun kemajuan di bidang teknologi peran Fasilitator dan pendamping tetap penting dan tidak pernah tergantikan. Sebagai role model, fasilitator dan pendamping dituntut untuk memiliki integritas moral (kepribadian kader), inteletual keilmuan, dan spiritual yang tinggi, sehingga mampu menjadi uswatun hasanah yang mangilhami, menginspirasi dan mencerahkan.
Fasilitator dan pendamping adalah tim yang berfungsi untuk menangani langsung pengelolaan perkaderan sesuai dengan tingkat masing-masing komponen dan jenjang perkaderan(SPI IPM hal:44). Yang menjadi sasaran dalam pengembangan dalam pelaksanaan perkaderan pada umumnya meliputi empat aspek diantaranya iman, akhlak, amal, ilmu (SPI IPM hal:47—48). Selanjutnya metode dan Teknik pendampingan yang dilakukan antara lain melakukan koordinasi dialogis dengan pendekatan andragogi (pembelajaran untuk orang dewasa), partisipatif melalui model diskusi kelompok terarah (focus group discussion), dan pendekatan sosio-teknis dalam proses pemecahan masalah dan pemgambilan keputusan, dan pendekatan budaya setempat dan lingkungan sekitar.
Seorang fasilitator dan pendamping mempunyai tugas yang tidak ringan sehingga perlu ekstra kerja yang maksimal. Mengapa demikian? Hingga kini bisa kita lihat selama perkaderan di IPM tidak adanya konsistensi dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai seorang fasilitator atau boleh juga peserta yang tidak adanya konsistensi dalam mengikuti follow up sehingga terkesan perkaderan IPM hanya sekedarnya saja atau hanya untuk mengikuti pelatihan kemudian tidak ada tindak lanjut dari kegiatan follow up tersebut.
Sebenarnya tidak ada yang perlu disalahkan hanya membutuhkan waktu dan luang yang cukup dalam melakukan follow up tersebut. Dari aspek-aspek yang telah disebutkan tadi, kita yakin semua akan terpenuhi sesuai harapan kita dengan terus melakukan follow up secara kontinyu dan berorientasi kepada pemenuhan dan manifestasi untuk mencapai tujuan dalam setiap pelatihan yang ada di IPM.
Dengan demikian, apa yang ada di atas memberikan kita gambaran bagaimana cara melakukan pendampingan terkhusus dalam program “Dampingi Aku” di Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam Balebo sebagai bagian yang tak terpisahkan dari follow up tersebut. Apalagi memang telah ada jadwal tersendiri untuk IPM dalam melakukan pendalaman materi setiap senin sore habis melakukan shalat Ashar. Dengan program baru ini peserta baik santri putra dan putri lebih intens lagi guna mencapai tujuan Bersama. Perlu ditegaskan bahwa tidak ada alasan untuk tidak mengikuti program tersebut, sebab program ini akan menjadi acuan pola perkaderan di Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam Muhammadiyah. Sekedar mengingatkan juga bahwa Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan melalui Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah telah menegaskan bahwa semua guru-guru dan siswa dan siswi yang ada di sekolah Muhammadiyah untuk mendukung seluruh kegiatan IPM baik yang bersifat sementara maupun secara terus-menerus. Ultimatum tersebut disampaikan pada saat Rapat Konsolidasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sulawesi Selatan yang dilaksanakan di Pinrang pada tanggal 14-15 Oktober 2017.
Program ini diperadakan karena banyaknya masalah-masalah yang dihadapi oleh santri baik masalah keluarga, lingkungan, pergaulan bebas dan beberapa masalah-masalah yang perlu diselesaikan dan memberikan mereka edukasi dini. Program Dampingi Aku juga merupakan rumah advokasi bagi santri yang bermasalah termasuk bagi mereka yang lagi terkena penyakit Virus Merah Jambu. Program Dampingi Aku akan menjadi alternative bagi santri baik putra dan putri untuk sedapat mungkin memberikan kepada mereka pemahaman tentang pentingnya Pendidikan karakter untuk menjadikan mereka generasi-generasi gemilang dan menjadi generasi solutif seperti yang di dengung-dengungkan PW IPM Sulsel periode 2016 – 2018.
Sekali lagi program Dampingi Aku akan menjadi sebuah gebrakan baru dalam melakukan pendekatan-pendekatan seperti yang saya sebutkan di atas. Bukan hanya itu, program ini akan menjadi spektakuler di dunia santri putra dan putri terkhusus di Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam balebo. Mengapa demikian? Sebab sebenarnya telah terlaksana di setiap kegiatan pondokan sehabis shalat lima waktu yang di dalamnya termuat program yang selama ini berjalan, baik program SAHABAT AL-QUR’AN, KERIKIL BAHASA ARAB, KULTUM, NASEHAT KIAI, dan TAHFIDZUL QUR’AN.
Satu hal yang mesti semua harus tahu bahwa program yang diberi nama “Dampingi Aku” merupakan program utama sebab santri perlu mendapatkan istilah-istilah yang membuat mereka termotivasi dan ingin terus belajar dengan istilah-istilah baru yang seperti ini. Apalagi saat ini banyak istilah-istilah kata yang mereka telah dengar yang membuat mereka terbuai dengan istilah tersebut seperti galau, move on, masbulo (Masalah buat loh), EGP (Emang Gue Pikirin), selfie dan lain-lainnya.
Remaja atau pelajar hari telah banyak mengkonsumsi istilah-istilah yang membuat Pendidikan karakter yang didengung-dengungkan oleh pemerintah seakan terkikis hanya dengan kata atau istilah tersebut sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut maka dibuatkan juga sebuah istilah yang membuat mereka terinspirasi dengan istilah tersebut salah satunya adalah dengan istilah ”Dampingi Aku”.
Seminar Kapita Selekta Problematika Pelajar yang dilaksanakan oleh Pimpinan Wilayah Ikatan pelajar Muhammadiyah Sulawesi Selatan dengan tema “Edukasi Dini bahaya bulliying, drugs, dan penyalahgunaan IT” setidaknya memberikan pemahaman tentang bagaimana bahaya bulliying, drugs, dan penyalahgunaan IT dikalangan pelajar sebisa mungkin untuk tidak melakukan hal tersebut dan perlunya diberikan pemahaman tentang hal tersebut sehingga program “Dampingi Aku” akan lebih intensif lagi dan perlu kita tahu Bersama bahwa Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah telah melakukan perekrutan tim investigasi di setiap pimpinan daerah melalui bidang Advokasi PW IPM Sulsel.
Semoga program ini dapat berjalan dengan baik dan lancer tentunya dengan kerjasama dengan semua pihak untuk kesuksesan dan keberhasilan program ini. Salam pena, karena pena adalah symbol kejayaan

       

HIJRAHKAN AKU



 
Sandi Ibnu Syam
 
Hujan kembali bersua di tempat Aku bernaung di pohon Rambutan yang tumbuh di Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam balebo. Aku salah satu santri yang mondok disini untuk menuntut ilmu agama. Tinggal di Pesantren terasa agak berat, segala peraturan harus di taati untuk kedisiplinan kami semua. Pembina telah mengatur jadwal mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Saat makan pun semuanya serba diatur. Aku berusaha untuk mengikuti semua kegiatan pondok. Beberapa pelajaran pondokan diantaranya adalah ada, Sahabat Al-Qur’an, Kerikil Bahasa Arab, Nasehat Kiai, Tahfidz Al-Qur’an, Belajar Bahasa Arab, Bahasa Inggris, dan lain-lainnya.
        Aku sangat berharap di tempat ini, Aku bias membahagiakan orangtuaku. Aku ingin menggapai cita-citaku untuk masa depanku nanti. Aku tidak boleh menyerah apapun keadaannya. Semoga Aku tetap tabah dan sabar untuk menghadapi segala rintangan dan tantangan yang ada di tempat ini. Hujan semakin deras membuat bajuku basah kuyup. Aku harus bergegas ke asramaku untuk berteduh agar Aku tidak sakit. Beberapa saat kemudian Aku sampai di asrama yang terletak di sebelah utara lapangan. Tak lama lagi waktu shalat Maghrib akan tiba kini saatnya Aku bergegas mandi untuk bersiap-siap ke Masjid.
        Langkah kakiku telah melangkah demi selangkah untuk menuju panggilan Allah. Suara bilal terdengar merdu di telinga membuat seantero pesantren bergema dan dengan khusyuk mendengarkan lantunan adzan yang dibunyikan lewat microfon Masjid. Hati ini seakan damai dan tentram mendengar adzan yang dikumandangkan oleh temanku Firman. Suaranya memang merdu dibandingkan dengan suaraku yang serat-serat basah apabila memang cerempeng saat Aku adzan. Tetapi, tidak menyurutkan niatku tulusku untuk memanggil orang-orang yang sementara duduk di beranda asrama, mereka yang asyik olahraga, mereka yang main-main dihalaman asrama bahkan bag mereka yang sedang dalam perjalanan ke Masjid.
        Aku sangat bahagia bisa tinggal asrama sebab banyak remaja dan pelajar di luar sana yang kehidupannya tak karu-karuan. Banyak diantara mereka yang menghambur-hamburkan uang hanya untuk kesenangan sesaat tanpa memikirkan dari mana uang tersebut di dapat atau malah mereka acuh tak acuh terhadap apa yang telah mereka lakukan. Boleh jadi, hari ini sudah zamannya mereka tak lagi ingat akan Tuhannya dan bagaiamana a seharusnya beribadah kepada Allah. Tak lagi memikirkan tentang pentingnya menuntut ilmu. Karena sebagian berpikir bahwa untuk apa belajar hanya membuat tidak betah dan lebih baik saja seperti ini tanpa ada orang lain yang mengatur atau memerintah. Apalagi sekarang ada Undang-Undang tentang hak asasi manusia. Jadi untuk apa belajar.
        Tidak salah juga jka ada yang berpikir seperti itu karena itu adalah hak pribadi seseorang tetapi yang namanya menuntut ilmu memang itu adalah perintah Allah swt dan Rasul-nya yang telah ada dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Orang yang seperti itu hatinya telah tertutup pintu kebaikan dan keberkahan Allah. Sehingga Allah mengunci hati mereka, menutup pendengaran mereka, buta tentang kebenaran ilahi. Na’udzu billahi min dzalik. Aku sangat bersyukur orang tuaku memasukkan diriku di Pesantren ini. Agar kelak Aku bisa membuat mereka tersenyum saat Aku telah berhasil meraih apa yang Aku harapkan selama ini. Aku mempunyai cita-cita untuk menjadi seorang dokter, seperti ilmuan Ibnu Sina, dan ilmuwan lainnya yang telah membuat peradaban Islam menjadi gemilang dan jaya di dunia ini. Tetapi semua itu hanya tinggal sejarah yang disampaikan oleh kakak Pembina dan guru. Semua itu telah sirna taka da lagi peradaba dan kejayaan yang gemilang. Hari ini umat Islam telah terpedaya oleh dunia yang membuat mereka terlena.
Islam kini tinggal nama, taka da lagi menjadi harapan utama yang mesti diperjuangkan. Semua itu terjadi karena umat islam telah meninggalkan agamanya, tidak lagi membuka Al-Qur’an dan membaca Al-Qur’an apabila sekedar membacanya. Seakan mereka risih dengan semua itu. Mereka semua terlena dengan nikmatnya dunia. Hingga kini, umat Islam yang lain berusaha untuk mengembalikan semua ruh Islam yang hilang. Aku salah satu santr di Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam Balebo berusaha untuk mengembalikan semua peradaban Islam. Aku berusaha untuk menegakkan shalat lima waktu, mengkaji dan mengaji Al-Qur’an.
        Oh iya ada yang Aku lupa, Aku belum memperkenalkan namaku. Baiklah Aku Ibnu Syam, salah satu santri di Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam balebo. Pesantren yang Aku tempati ini adalah salah satu Pesantren Amal Usaha Muhammadiyah. Tenyata Muhammadiyah adalah salah satu organisasi terbesar di Indonesia bahkan di dunia, Muhammadiyah hadir di Amerika, di Jerman, India, China, Malaysia, Australia, Inggris, dan dibeberapa negara yang ada di dunia. Tentunya aku bersyukur bisa sekolah di Pesantren Muhammadiyah. Tetapi, terkadang banyak santri yang seakan merusak nama pesantren dengan melakukan hal-hal yang tidak semestinya dilakukan oleh seorang santri. Tentu saja tidak mencerminkan dan mencirikan mereka sebagai santri. Ada di antara mereka yang shalatnya bolong-bolong, suka membantah, kalasi (suka berbohong), bolos saat sekolah, malas belajar, bacaannya tidak karu-karuan.
        Semua itu tidak membuatku patah semangat dalam belajar. Jika mereka seperti itu setidaknya bagi diriku tidak melakukan hal yang sama. Apalagi Aku jauh dari orang tua tinggal di Lamasi. Temanku berasal dari berbagai kampung seperti, Balebo, Kamiri, Masamba, Karawak, Seko, Tondok Tua, Mappideceng, Sulawesi tengah, Belopa, Walengrang Lamasi, dan beberapa kampung lagi yang tidak sempat aku sebutkan. Kami semua dipersaudarakan dalam ukhuwah Islamiyah membuat Aku dan lainnya saling kenal mengenal. Walau Aku tahu bahwa dalam belajar ilmu agama disini banyak dinamika yang kami hadapi.
        Aku sangat resah dengan teman-teman yang merokok diam-diam, pacar-pacaran dengan lawan jenis, bahkan ke tempat-tempat sunyi di luar area Pesantren apalagi malam-malam saat tanpa ada pengawasan dari para Pembina putra dan Pembina putri. Mereka mungkin tak sadar bahwa mereka telah lalai dari belajar dan hanya mementingkan diri sendiri tanpa memikirkan dampak positif dan negatifnya. Aku juga kasihan ketika mereka ketahuan dan di interogasi oleh Pembina dan pimpinan pondok.
        Aku telah tinggal nyantri disini selama tiga tahun, namun ilmu yang Aku dapatkan belum seberapa. Aku berusaha untuk setiap hari menghijrahkan diriku menjadi yang lebih baik. Hijrah bagiku bagitu sulit apalagi telah bergaul dengan santri yang awal masuk di pesantren ini baik. Eh malah setelah lama nyantri mereka banyak yang nakal dan membangkang semua apa yang telah dicanangkan oleh kakak Pembina. Mereka malah lebih asyik dengan kesenangan sesaat. Padahal mereka dulunya rajin belajar tetapi karena ada pengaruh lingkungan dari luar. Apalagi sekarang serba canggih membuat mereka tergiur dengan alat-alat teknologi seperti hp android, internet, smartphone dan lain-lainnya.
        Hijrah bagiku memang sulit tetapi sesulit apapun itu, Aku berusah untuk memjadi santri yang baik dan mengikuti segala peraturan yang dibuat oleh kakak Pembina dan pimpinan pondok. Memang semua perlu pengawalan yang ketat agar santri tetap disiplin dan teratur menggapai harapan kita semua. Aku pernah membaca sebuah kalimat bijak yang berbunyi, Man Jadda Wa jada, barangsiapa bersungguh-sungguh maka dapat ia. Ada juga hadits tentang pentingnya menuntut ilmu bunyinya, tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat. Tuhan, mohon hijrah aku dengan pertolongan-MU.

SEJENAK PENAKU BERKATA



 
Sandi Ibnu Syam
  
Kalimat di atas saya dapatkan saat membaca buku “Melodi Kasur” yang di karang oleh Hasbar, Riska Wati Harfin dan Uswatun hasanah. Kalimat itu ditempatkan setiap akhir cerita dalam buku tersebut. Isinya adalah intisari dari setiap cerita yang ditulis atau bisa juga sebagai inti dari hikmah yang bisa dipetik dari setiap cerita tersebut. Menurut penulis karya tersebut terlihat sederhana, namun penulis berharap dapat memberi manfaat kepada sesama manusia terkhusus diri setiap penulis.
Buku tersebut sebenarnya tergeletak saja di kamar, saat pertama kali melihatnya. Iseng-iseng punya niat untuk membacanya. Akhirnya setelah pulang dari Masjid Putri ada keinginan untuk membacanya hingga tak terasa satu jam saya membacanya sampai masuk waktu Ashar. Sebelum membaca buku tersebut saya melihat dulu daftar isi, biografi para penulis dan saya pun mulai membacanya. Karena memang saya sangat membutuhkan pembendaharaan kosa kata dalam menulis. Sebenarnya juga ada rasa keinginan untuk menulis tetapi terkadang naluri untuk menulis terasa hilang dan akhirnya tidak jadi-jadi menulis.
Pagi ini, rasa menulis itupun memuncak saat ada rasa kegelisahan dalam hatiku bahwa menulis itu sebuah kebutuhan dan memang saya ingin menggali potensi saya untuk menjadi seorang penulis. Saat membaca buku tersebut pun saya diselimuti rasa ingin menulis tetapi saya tetap tak bergeming dari tempatku sambal membaca buku tersebut. Sekitar tiga puluh menit membaca buku “Melodi Kasur”. Akhirnya saya betul-betul menulisnya.
Aku pun terinspirasi dengan mengangkat judul “Sejenak Penaku berkata”. Dalam tulisan ini karena memang selalu mengingatkanku untuk terus menulis dan menulis. Judul tersebut mengisyaratkan untuk saya untuk menulis. Sejenak penaku berkata dalam artian bahwa memang kita dituntut untuk menuliskan kata-kata yang membuat kita termotivasi dalam menulis dan mengasah kemampuan dalam menulis. Walau saya sadari bahwa apakah aka nada juga karya nantinya antau malah sebaliknya.
Saya hanya ingin tetap berusaha untuk menjadi seorang penulis. Apalagi memang untuk menulis jarang sekali saya luangkan. Padahal jika saya mau, telah ada beberapa lembar yang saya tulis bahkan melebihi tetapi karena factor kesibukan dan kemalasan yang menyerang sehingga untuk menulis membuatku merasa kurang bergairah. Sebenarnya menjadi seorang penulis sangatlah muda. Caranya dengan menulis, menulis, menulis dan menulis. Yah, hanya dengan menulis. Sebab pesan dari kak Khrisna Pabichara bahwa untuk menjadi seorang penulis adalah dengan menulis. Kuncinya sederhana. Tetapi dalam realisasi sebagai manifestasi dari apa yang ingin kita lakukan tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Jika saya melihat tulisan “Sejenak Penaku berkata”, seakan-akan mengajak saya untuk ikut arus di dalamnya. Saya tidak tahu apakah ini sebuah sugesti sekaligus hipnotis untuk menulis atau hal lain. Tetapi, memang kalimat itu ampuh bagi siapa saja yang ingin menulis dan memang punya motivasi untuk menulis. Salah satu orang yang terhipnotis dari kalimat itu adalah saya sendiri. Saya pun tidak ada kekuatan apa dalam kalimat tersebut yang membuatku terpana dan termotivasi dalam menulis.
Kalimat yang singkat, padat, jelas dan mempunyai sarat makana yang tinggi. Untuk itu, saya dan siapapun And ajika ingin punya niat menulis maka menuliskan karena itu merupakan sebuah catatan sejarah dalam hidup kita masing-masing. Meski tidak semudah yang kita bayangkan. Mengapa demikian? Coba Anda perhatikan dalam kehidupan kita, betapa banyak yang mampu dengan retorika yang indah dan jelas kita dengar dari orang yang mempunyai kelebihan untuk menggugah orang dalam ucapan retorikanya. Namun, untuk menulis mereka sangat sulit. Terkadang juga ada orang yang sangat pendiam, tetapi dalam menulis ia mampu membuat orang lain terpesona dengan tulisannya.
Setiap orang mempunyai potensi yang berbeda-beda. Dari dua ciri di atas yang paling tepat adalah retorikanya bagus sekaligus berbakat dalam menulis. Tetapi potensi yang satu ini memang hanya orang-orang pilihan. Beruntunglah bagi mereka yang mempunyai dua bakat ini sekaligus. Dengan kata itu juga saya kembali termotivasi untuk menulis. Dan telah ada beberapa judul yang ingin saya tulis diantaranya adalah “Dampingi Aku”, “Hijrahkan Aku”, “Aku disini Untukmu,”, “Cintaku Bersemi Di Pesantren” dan lain-lainnya.
Judul di atas saya akan tulis yang bercerita tentang kisah nyataku selama berada  di Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam Balebo. Saya akan menulis tentang bagaimana interaksi dengan anak-anak santri baik putra maupun putri. Dengan pendekatan andragogi dan paedagogi. Yang pernah saya baca dalam buku Psikologi Pembelajaran.
Beberapa nama penulis dalam buku “Melodi Kasur” itu ternyata beliau adalah Pembina Putri Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam Balebo yaitu Uswatun Hasanah Junaid. Dari profilnya saya dapatkan bahwa beliau itu adalah alumni salah satu perguruan tinggi di Palopo tepatnya di IAIN Palopo di Fakultas Tarbiyah dengan jurusan Bahasa Inggris. Beliau lahir di desa Tampinna pada tanggal 18 Juli 1994 dari pasangan H. Junaid Nasal dan Hj. Radiana. Dengan ciri-ciri berkulit sawo matang dan juga alumni dari SMAN 1 Angkona.
Buku Melodi Kasur diambil dari tulisan Uswatun Hasanah Junaid yang bercerita tentang seorang Miamor sedang menyukai sesosok lelaki  bernama Ayyub yang juga kakak kelasnya. Dan diakhir cerita, Miamor dapat guyuran air, tetesan telur berbalut tepung menyerang Mia menyadarkan bahwa kabar menikah, undangan dan resepsi pernikahan Ayyub dan Anggi ternyata hanya bunga tidur yang menghiasi malam Mia yang sangat kelelahan sehabis menjenguk dan menjaga Ayyub di rumah sakit. Namun, rasa Lelah itu tergantikan ketika teman-teman Miamor datang membuat kejutan di hari lahir Miamor.
            Sejenak Penaku Berkata kini menjelma menjadi sebuah tulisan singkat yang ditulis oleh orang yang mempunyai sedikit bakat dalam menulis. Semoga menjadi sebuah perenungan bagi kita semua bahwa kita sebagai insan untuk senantiasa bersyukur atas nikmat yang Allah berikan kepada kita semua. Tak ada gunanya kita menyesali hidup kita tetapi apa yang allah berikan itulah yang terbaik bagi kita semua. Mengapa demikian? Jawabannya simple saja, sesuai dengan Firman Allah dalam QS. Al-Baqarah : 216, bunyinya, “dan boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu buruk bagimu”.
            Tetap berpikir positif, selalu semangat berkarya nyata dan menjadi orang yang solutif. Salam pena dariku. Saya juga ingin penaku berkata dan akhirnya Anda semua telah membaca penaku dan nyatanya Anda juga tersugesti dan terhipnotis dari tulisan yang Anda baa ini.
Salam Pena. Karena pena adalah symbol kejayaan. QS. Al-Qalam ayat 1 berbunyi, “Demi Pena, dan apa yang mereka tuliskan”. Selamat Membaca Sejenak Penaku Berkata untukmu.