Kata Mutiara

Tidak akan kembali hari-hari yang telah berlalu

Rabu, 10 Mei 2017

KEKASIHKU, MAAFKAN AKU

Ibnu Syam
(Ketua Umum PD IPM Jeneponto)

Kisah ini bermula ketika Aku duduk dibangku MA tepatnya di MA Muhammadiyah Tanetea di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. Saat itu, Aku sedang mengendarai sepeda untuk meluangkan waktu sejenak setelah seharian penuh belajar di kelas. Ini sudah menjadi kebiasaanku melakukan touring ke kampung-kampung dengan naik sepeda hanya seorang diri dan kembali pulang ketika matahari meninggalkan siang yang dihiasi warna kemerah-merahkan di ufuk barat. Tiba-tiba HP-ku berdering pertanda ada orang yang menelpon. Aku berhenti sejenak untuk mengangkat teleon. Ternyata yang menelpon adalah seorang perempuan yang kira-kira seumuran denganku. Aku kira yang menelpon temanku ternyata sepupunya ketika Aku tanya dan ia juga memperkenalkan dirinya bahwa ia bersepupu dengan Nurjannah yang juga salah satu kader IPM.

Hari pun berlalu, perempuan itu selalu menelpon saya untuk lebih kenal lagi. Hasilnya ia salah satu siswi di Pesantren Embo yang juga sekolah di MA. Sekitar beberapa minggu kenalan dengannya Aku berniat untuk ke sekolahnya bertemu dengannya. Kaki dengan siap mengayuh sepeda Aku kemudian meluncur ke sekolahnya setelah Aku pulang dari sekolahku. Dibawah terik matahari yang menyengat Aku tetap mengayuh hanya untuk bertemu dengannya. Boleh jadi betul kata para pecinta, “Wujud dicinta wulan pun tiba”. Mungkin itulah yang Aku rasakan sebagai seseorang yang menyukai seorang perempuan.

Akhirnya Aku sampai disekolahnya yang memang memakan waktu bebepara menit sebab jarak antara rumah dan sekolahnya sekitar 1 km. sesampainya disana aku tak mendapati dirinya disekolah lalu Aku menunggu hampir satu jam dan Aku berniat pulang ke rumahku sebab telpon dan sms saya tidak direspon. Aku pun bergegas memutar sepedaku untuk pulang ke rumahku tetapi dalam perjalanan pulang HP-ku berdering tanda ada yang menelpon. Dengan sigap Aku ambil HP-ku setelah berhenti dan mengangkat telpon  ternyata yang ditunggu-tunggu yang menelpon. Ia memberitahu Aku bahwa ia sedang tidak ada ditempat sehingga ia tidak membalas smsku maupun tidak mengangkat telponku. Ia juga memberitahu Aku bahwa ia sementara ada di rumahnya temannya.

Banyak kata pujangga yang Aku ucapkan padanya melalui telpon maupun sms dan ia pun sering melakukan hal itu. Seiring berjalannya waktu, Aku jadian dengannya tepat pada 5 November 2011 beberapa tahun yang lalu. Inilah awal kami berdua menjalani masa-masa yang indah. Masa-masa di mana seorang remaja yang ingin beranjak dewasa untuk saling menyukai antara satu dengan lainnya. Satu hal yang ingin Aku tekankan bahwa kami ingin berubah menjadi lebih baik indikatornya adalah melakukan hal-hal yang baik dan bukan sebaliknya seperti orang yang pacaran pada umumnya. Ini kami jalani sampai beberapa tahun hingga setelah Aku menginjakkan kaki di kota Daeng.

Pagi-pagi buta Aku telah beranjak dari tidur untuk menunaikan shalat subuh. Suasana masih terasa lengang sebab kebanyakan manusia-manusia waktu subuh tidurnya terasa nyenyak sekali. Shalat subuh telah Aku tunaikan saatnya siap-siap untuk mengikuti pelaksanaan Ujian Nasional di MA Babussalam DDI Kassi. Ada beberapa Madrasah yang ikut nimbrung di MA Babussalam DDI Kassi termasuk Madrasah yang ditempati oleh sang kekasih hati. Ujian Nasional ini dilaksanakan bertujuan untuk sampai dimana kemampuan seorang siswa dalam mengukur kecerdasannya dalam menjawab soal-soal yang terbagi atas dua paket. Ini akan terasa sulit bagi mereka yang memang betul-betul tidak belajar apalagi jika siswa diliputi rasa kecemasan yang tinggi apakah mereka lulus atau tidak. Sehingga banyak kepala sekolah/madrasah ataupun guru pada sebuah sekolah/madrasah mengambil langkah-langkah strategis agar siswa-siswinya lulus.

Ujian Nasional ketika itu dilaksanakan selama tig hari. Selama itu pula Aku sering bertemu dengan kekasihku bahkan bukan hanya dia ada juga teman satu sekolah pada saat Aku masih SMP dan banyak lagi yang lain. Masa-masa UN pun ini menjadi boomerang bagi siswa yang tak siap secara mental walaupun mereka siap secara financial. Mengapa? Ini menjadi tanda tanya besar yang dicarikan solusinya. Sebagian besar siswa maupun siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan intelektual tinggi tetapi mempunyai mental yang rendah sehingga tidak jarang di antara mereka banyak yang bunuh diri seakan hidup mereka tiada berarti lagi. Ada juga siswa stress akibat mereka tidak bias mempertahankan nilai mereka selama tiga tahun lamanya belajar di sekolah. Apakah tiga hari Ujian Nasional menjadi penentu kelulusan siswa lalu bagaimana dengan apa yang dijalaninya selama tiga tahun menghabiskan masa-masa putih abu-abunya dengan belajar tekun. Tetapi, harus diakui juga bahwa di setiap sekolah/madrasah mempunyai siswa yang pintar dan ada juga siswa yang hanya ingin mengharapkan ijasah. Dan tentu orientasinya pun berbeda antara satu siswa dengan yang lainnya. Tetapi harus diketahui bahwa itulah dunia pendidikan saat ini yang terjadi.

Selama mengikuti Ujian Nasional banyak pengalaman yang bisa Aku dapatkan salah satu adalah kami semua yang satu Madrasah di MA Muhammadiyah Tanetea kumpul bersama di Ujian Nasioanl ini yang selama masa-masa aktif sekolah mereka jarang sekali masuk bahkan tidak sama sekali. Ada juga yang memang sibuk membantu orang tua mereka atau hal lain yang mereka tidak aktif mengikuti mata pelajaran di Madrasah. Di UN ini kami bisa bersua dengan bercanda ria mengikuti UN ini dengan gembira walaupun ada di antara kami yang cemas tidak lulus sebisa mungkin kami lawan. Bahkan ada teman-temanku yang saling menyukai akibat dari pandangan pertama selama UN ada juga yang ditolak mentah-mentah. Dunia pelajar seperti itu pacaran sesame satu atap yang lebih kerennya disebut sebagai cinlok (cinta lokasi) ada juga bukan sesama mereka salah satunya adalah Aku sendiri dan mereka yang sedang dirundung cinta.

Setiap pagi Aku ke tempat UN naik Pete-Pete (Mobil Angkutan Umum) yang ada di Jeneponto lalu lalang di jalan raya yang mempunyai arah tujuan ke Makassar ada juga yang hanya sampai di Perbatasan Takalar. Benda itu Aku sebut sebagai Kuda besi berwarna merah dan biru berplat warna kunig dengan model mobil yang berbeda-beda. Mobil pete-pete ini biasanya mengangkut siswa, pedagang, pegawai dan lain-lain sebagainya. Mobil pete-pete ini terkadang dicarter jika ada rombongan, diantaranya ada pesta pernikahan, wisata rekreasi, dan lain-lain. Terkadang juga mereka kurang sekali mendapatkan pendapatan hasil dari mobil tersebut. Inilah siklus kehidupan banyak warna warni di dalamnya. Sebagai manusia hanya bisa berusaha sekuat tenaga dan pikiran dan penentu dari semua itu adalah Allah swt.

Banyak diantara manusia yang lalai mengingat Allah swt. padahal kita tahu bersama bahwa yang memberikan kita hidup, rezeki, kesempatan, kesehatan dan lain sebagainya itu semua karena ada Allah swt yang senantiasa memberikan rahmatnya kepada manusia. Namun, seperti dalam bahasa Indonesia ada kata antonym yang berarti lawan kata. Banyak juga manusia yang bersyukur atas segala nikmat yang diberikan kepadanya. Dengan melaksanakan kewajibannya sebagai makhluk ciptaan Allah swt. jangan karena selalu mencari harta hingga Tuhan yang memberikan kita hidup, rezeki kita lupakan. Jika demikian maka Allah akan melupakan diri pribadi kita itu semua tertuang dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.

Berangkat dari langkah pertama Aku menciptakan  puluhan bahkan ribuan langkah hingga Aku sampai di kota kecamatan. Jarak rumahku dengan kota kecamatan hanya berjarak satu kilometer dan Aku melanjutkan lagi perjalanan dengan naik pete-pete jaraknya pun sama sekitar satu kilometer menuju ke MA Babussalam DDI Kassi. Juga bisa menuju ke Makassar si kota Daeng. Mobil berhenti saat penumpang mengatakan “kiri”. Aku tidak tahu mengapa pada saat penunpang ingin turun dari mobil, penumpang itu mengatakan “kiri” padahal itu kata sebenarnya kurang tepat dipakai dalam penggunaan bahasa saat turun dari mobil. Tetapi karena sopir dan kita semua telah paham dengan kata “kiri” maka mobil berhenti seketika. Aku salah satunya yang mengucapkan kata “kiri” tepat di depan MA Babussalam DDI Kassi. Jika Aku ingat mungkin hanya dua kali Aku naik mobil pete-pete selebihnya Aku di bonceng dengan teman satu kelasku.

Siapa pun yang pernah ke Makassar akan mengenal pete`-pete`, entah ia pernah menaikinya atau sekadar melihatnya menepi untuk menaikkan atau menurunkan penumpang, atau sekadar menyaksikan pete`-pete` menyusuri jalan raya di Kota Daeng. Tapi tidak, pete`-pete` tidak hanya terlihat namun juga terdengar sebab mode transportasi darat warga Kota Coto ini biasanya dilengkapi dengan sound system yang memuntahkan musik dalam volume yang nyaring. Juga pete`-pete` tidak berhenti terbaca di koran lokal dan running text TV lokal sebab pete`-pete` adalah entitas yang selalu ingin diantisipasi oleh kekuasaan politik melalui wacana dan praktik perencanaan kota.

Bentuk pete`-pete` telah banyak mengalami perubahan, sekarang bentuknya mirip kapsul dengan 3 pintu yang terdiri dari 2 pintu di sisi kanan dan kiri bagian depan badan pete`-pete` dan 1 pintu di bagian tengah sebagai lubang gerbang penumpang naik dan turun. 2 pintu di depan digunakan oleh sang supir pada bagian kanan dan penumpang pada bagian kiri untuk naik atau turun pete`-pete` sekaligus celah yang digunakan oleh semua penumpang membayar tarif kepada sang supir. Selain sang supir dan para penumpang, tak ada lagi subjek lain di atas/di dalam pete`-pete`, sebab tidak ada kondektur/karnek/knek pete`-pete`; penumpang membayar tarif pete`-pete` langsung kepada sang supir.

Secara etimologis, penamaan pete`-pete` hingga hari ini adalah strategi linguistik untuk melawan pelupaan; pada awalnya mode transportasi darat yang muncul pada pertengahan 1980 ini tidak memiliki nama yang jelas. Pete`-pete` adalah nama bagi uang receh yang digunakan oleh para penumpang untuk membayar jasa sang supir karena telah menjual mobilitas geografis yang bisa menghemat waktu dan tenaga para penumpang. Lambat laun, nama pete`-pete` pun lekat bukan sebagai sebentuk uang logam minim harga namun sebagai nama bagi sebentuk kendaraan yang membantu warga Kota Makassar agar bisa bergerak lebih jauh menyusuri kotanya. Bagi saya ini adalah strategi berbahasa untuk melawan lupa dengan cara mengalihmaknakan pete`-pete` dari maknanya sebagai uang receh menjadi kendaraan umum bertarif ekonomis. Dengan cara ini maka kata pete`-pete` tetap tinggal dibenak pengguna meskipin telah beralih makna secara radikal.

Bisa juga fenomena ini adalah simptom kemalasan berbahasa yang menyandera warga Kota Makassar. Sebagai kata, pete`-pete` telah utuh, fixed, sebab konstituen/pengguna, rujukan makna dan rujukan materialnya telah ada sebelumnya, yakni dalam ranah ekonomi. Perubahan makna kata pete`-pete` dari uang receh menjadi sebentuk mode transfortasi darat menjadi bukti yang sangat meyakinkan untuk berpikir bahwa citizen Makassar kala itu sangat malas mengelaborasi gudang referensi dan kamus sosial berbahasa yang mereka miliki.

Itulah sekilas informasi tentang mobil “pete-pete” yang sering digunakan oleh masyarakat umum dalam bepergian. Tentunya ada sejarah tersendiri mengapa mobil “pete-pete” dinamakan seperti itu. Hmm, hampir Aku lupa bahwa dalam tulisan ini kan yang Aku bahas tentang kekasihku kenapa jadi begini. Ok. Baiklah Aku lanjutkan perjalanan ceritaku bersama sang kekasih yang pernah bersemayam di hatiku. Rentetan demi rentetan perjalananku. UN telah usai dan sisa menunggu hasil pengumuman. Daripada ke sekolah tidak belajar juga mendingan Aku ikut nasehat dari Ibu untuk bekerja pada sepupu ipar yang juga seorang kontraktor diberbagai kabupaten. Jaringan usahanya luas dan beliau mendapat beberapa kepercayaan dari perusahaan untuk mengelola kontraktor dari beliau punya pengalaman pasang surut dalam menekuni aktivitasnya sebagai kontraktor.

Masih basah diingatanku Aku akan bekerja sebagai buruh dalam sebuah proyek yang dikelola oleh Dg. Baso suami Dg. Ina. Awalnya Aku bekerja di Kota Pare-Pare selama beberapa hari dan akhirnya Aku ikut bersama dengan beberapa Tukang Batu dan buruh naik mobil hingga akhirnya kami sampai di Sidrap tepatnya di Kampung Tanru’ Tedong yang beberapa kilometer lagi sampai diperbatasan antara Kabupaten Sidrap dan Wajo. Aku bekerja sebagai buruh galian yang akan dijadikan sebagai pondasi jaraknya sekitar 4-5 m di pinggir jalan provinsi. Aku bekerja disini selama kurang lebih satu bulan lamanya. Setiap pagi jam 8 masuk kerja dan pulang sekitar jam 5 sore. Ada banyak pengalaman yang Aku petik dari bekerja sebagai buruh bahwa betapa sulitnya mencari pekerjaan yang bisa menutupi kebutuhan keluarga dan perjuangan yang keras dan harus mampu kuat secara tenaga. Selama di Sidrap Aku dinasehati oleh Dg. Baso untuk tetap saja bekerja sebagai buruh galian. Jika dipikir-pikir sih tidak salah karena melihat kondisi keluargaku yang dari kecukupan sehingga itu menjadi alasan ditambah oleh Ibu dan nenek Aku untuk tetap saja bekerja sebagai buruh bahkan menjadi Tukang nantinya. Tetapi tidak bisa Aku pungkiri juga bahwa Aku ini mempunyai secerca harapan dan cita-cita besar. Aku akui bahwa selama berada di Sidrap hati dan pikiranku melayang-layang entah kemana seperti laying-layang yang terbang atau seperti burung merpati yang elok dipandang sementara terbang ke angkasa tinggi mencari sesuatu. Ak tanamkan dalam diriku untuk bisa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi.

Aku pernah membayangkan bahwa Aku sementara menanjaki sebuah gunung yang tinggi dan Aku telah berada di tengah-tengah gunung dan tentunya Aku tidak boleh turun dan tetap menanjaki gunung hingga sampai ke puncaknya. Apalagi pesan dari Kepala SMPN 1 Tamalatea ketika selesai UN pada saat Aku masih SMP, beliau pernah mengatakan dihadapan para siswanya bahwa jangan pikirkan bagaimana satu atau dua tahun ke depan tetapi pikirkanlah bagaimana kehidupanmu sepuluh tahun yang akan datang. Tentunya ini sebuah kalimat yang mampu menggugah siapa saja yang mendengarnya. Aku salah satu dari sekian banyak siswa menyimpan kalimat bijak itu di memori jangka panjangku untuk selalu mengingat kalimat itu.

Akhirnya ada angin sepoi-sepoi datang menghampiriku bahwa akan ada kampus yang bisa melalui jalur beasiswa dengan beberapa jurusan yaitu, jurusan sosiologi dan bahasa inggris. Aku mantapkan pilihanku untuk mengambil jurusan bahasa inggris agar Aku mempunyai sedikit ilmu dasar dalam bahasa inggris. Dan akhirnya bukan hanya akan kuliah nantinya Aku telah mendengar pengumuman dari sahabat karibku Rusli bahwa pengumuman telah ada dan katanya Aku dinyatakan tidak lulus menurut informasi yang Aku dapatkan. Aku sempat down mendengar pengumuman itu tetapi pada akhirnya Aku dinyatakan lulus menurut informasi dari Rusli dan yang lainnya nilaiku yang paling tinggi di antara semua teman-temanku. Aku sempat tidak percaya bahwa nilaiku yang paling tinggi. Tetapi sepulang dari Sidrap Aku beranikan diri ke kepala Madrasah untuk melihat langsung nilaiku dan ternyata betul nilaiku yang paling tinggi dengan nilai 8,…. Maaf, yach Aku lupa berapa setelah tanda “koma”, nanti Aku lihat kembali ijasahku.

Dengan persiapan untuk bertemu dengan kakanda Ahmad untuk membicarakan apakah Aku akan lanjut di salah satu perguruan tinggi yang beliau maksud. Tetapi pada akhinya Aku tidak pernah bertemu dengan beliau hanya lewat telpon saja. Hingga suatu ketika ada kegiatan Pelatihan Kader Dasar Taruna Melati I (PKD TM I) di SMK 8 Jeneponto disana Aku menjadi panitia pada kegiatan tersebut dan mendapat kabar ada pendaftaran di Unismuh Makassar lewat Pendidikan Tarjih Muhammadiyah yang dibiayai oleh Unismuh hingga selesai kuliah. Saat itu hadir Sekretaris PDM Jeneponto di SMK 8 Jeneponto untuk memberikan motivasi untuk lannjut kuliah disana dan ada juga orang Jeneponto yang sementara kuliah disana.
Singkat cerita Aku pun telah mendapat rekomendasi dari PDM Jeneponto bersama Rusli ke Makassar untuk ke Unismuh Makassar mendaftar sebagai Mahasiswa baru. Kami berdua berangkat dengan apa adanya hanya bermodalkan sewa mobil pergi dan pulang sebab kami targetkan akan nginap Cuma dua hari saja setelah itu balik lagi ke Jeneponto. Betul kami Cuma dua hari di Makassar Aku dan Rusli balik lagi karena persiapan yang kami bawa belum lengkap dan kami memang hanya mendaftar saja dulu. Kota Daeng begitu elok orang lalu lalang jalanan macet dengan polusi udara yang beterbangan Aku termenung di lantai 4 Rusunawa C tempat dimana Aku tinggal dan belajar nantinya.

Kami berdua yang sejak kecil bersahabat tetap menjaga kebersamaan walau memang kami harus akui banyak perbedaan di antara kami berdua tetapi bukan berarti tidak menyurutkan semangat dan saling larut dalam permasalahan. Semenjak itu pula Aku dan Rusli resmi menjadi Mahasiswa di Unismuh Makassar. Dan harus diketahui bahwa di antara semua satu kelasku di MA Muhammadiyah Tanetea Jeneponto hanya kami berdua yang mampu melanjutkan pendidikan ke Perguruan TInggi Swasta milik Amal Usaha Muhammadiyah. Ada banyak dinamika yang kami lalui sewaktu mengikuti perkuliahan di Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) Unismuh Makassar. Selama tiga setengah tahun kuliah hanya Aku sendiri yang sampai finish dan wisuda di Balai Sidang Muktamar 47 Muhammadiyah Unismuh Makassar. Temanku Rusli gugur ditengah jalan sebab ada sesuatu hal. Dan saat itu pula Aku menjadi Ketua Umum Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kabupaten Jeneponto.

Aku dan kekasihku pun hubungan kami tidak baik lagi karena membuat Aku sangat kecewa dengan apa yang dilakukannya. Malam itu Aku tiba-tiba ditelpon dan memberitahukan kepadaku bahwa ia mempunyai kekasih lain selain dariku. Dan bukan hanya itu hal ini diluar dugaanku Aku awalnya tidak percaya tetapi ia dengan meyakinkanku dengan apa yang sebenarnya terjadi. Sesuatu itu adalah bahwa ia telah melakukan hubungan diluar nikah dengan seorang lelaki dan ia mengatakan tidak perawan lagi. Ini hal tidak Aku terima selama ini dengan gigih Aku pertahankan hubungan jarak jauh kami sebab Aku menimba ilmu. Walau banyak perempuan yang datang menghampiri. Padahal sepupu dan keluarganya telah ketahui bersama setelah kelulusanku Aku berniat untuk melamarnya. Tetapi sia-sia saja apa yang Aku lakukan selama ini. Bukan hanya itu, ia Aku anggap sebagai pengisi waktu kosongnya saja. Apakah ia tidak paham dan punya pengertian bahwa Aku juga mempunyai kesibukan kuliah di Makassar.

Daripada Aku larut dalam masalah ini Aku kuatkan hatiku untuk tetap semangat bahwa masih banyak perempuan lain lagi yang lebih baik lagi. Apakah ini suatu jalan untuk mencari pendamping hidup di taman sendiri sebab akan lebih paham lagi jika nantinya Aku mempunyai kesibukan di semua kegiatan Muhammadiyah. Hingga detik ini Aku tetap teguh pendirian untuk tidak lagi mengenal yang namanya “Pacaran”. Yah… inilah adalah salah satu bagimana agar IPM di Jeneponto dan Muhammadiyah secara keseluruhan itu tetap terjaga. Apalagi Aku diberi amanah sebagai Ketua Umum Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kabupaten Jeneponto tentu sangat riskan jika Aku “pacaran” dengan perempuan baik itu kader maupun bukan itu menjadi salah satu pemicu kehancuran sebuah organisasi. Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan petunjuk untuk tidak lagi mengenal kata “pacaran” sebelum suatu kelak nanti mendapatkan pendamping hidup yang mau menerima Aku apa adanya dengan segala keterbatasan dan kesederhanaan.

Kekasihku, jika Aku pernah mengikrarkan sebuah janji suci untuk meminang kelak saat selesai kuliahku. Dan semua keluargamu telah tahu termasuk sepupumu. Tetapi, entah mengapa 180 derajat terbalik dengan semua yang kuperjuangkan selama ini. Okelah kamu menganggapku seorang pengecut, munafik, atau apapun yang kamu katakana. Aku juga telah tahu bahwa semua keluargamu kecewa dengan keputusanku. Semua itu Aku tahu dapat informasi darimu. Sekali lagi, kekasihku itu tidak dapat merubah keputusanku. Bahkan Aku tidak mau lagi mendengar bahkan melihat dirimu saja Aku sudah tidak mau lagi bertemu denganmu. Bahkan ketika di hari kebahagiaanku tepat pada 27 Agustus 2016, Aku dan di antara ratusan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar di Wisuda dan beberapa orang se angkatanku di Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah Unismuh Makassar.

Aku tak membiarkanmu hadir walau jarakmu tinggal beberapa ratus meter lagi. Aku tak sudi lagi bertemu denganmu walau kamu memelas meminta bertemu dan foto bersama denganku di Wisudaku ini. Dan nyatanya memang kamu tidak datang itu kesyukuran buatku. Aku hanya tak ingin mengenang masa pahit yang Aku rasakan saat denganmu. Dan Alhamdulillah Ibuku dan kedua adikku hadir termasuk Riska Asmasari teman Adikku Isma datang untuk hadir di wisudaku saat Aku memberitahukan bahwa Aku di wisuda, Riska datang dengan sepupunya yang jika tidak salah seumuran dengan Adikku Erna.

Kekasihku, maafkan Aku jika selama ini khilaf dan Aku tidak bisa melanjutkan apa yang pernah Aku ikrarkan. Jika keluargamu kecewa Aku terima dengan penuh keikhlasan. Apapun yang terjadi suatu kelak. Itu urusanmu bukan urusanku. Dan carilah orang lebih baik lagi daripada Aku ini. Jika engkau kecewa denganku semua itu akan sirna suatu saat nanti kebenaran akan terlihat. Dan Aku yakin keluargamu akan kecewa jika tahu semua ini. Entah kapan dan dimana mereka tahu biarlah waktu yang menjawab semua itu. Apakah melalui tulisanku ini. Ataukah ada hal yang lain. Aku hanya berusaha menutupi semua itu dengan menjauh darimu. Walau pernah juga Aku utarakan bahwa dalam shalat istikharahku engkau cenderung dalam ada dalam setiap ingatanku yang menandakan engkau menjadi pendamping hidupku. Tetapi, harus diingat semua itu dengan ikhtiar dan doa. Apakah kelak bersatu atau tidak hanya Allah yang tahu. Sekarang dan sampai kapanpun itu rasa kekecewaanku masih ada dalam hatiku jika mengingat dan namamu disebut.

Kekasihku, sekali lagi maafkan Aku tidak meneruskan apa yang telah aku ikrarkan sejak itu. Biarlah itu menjadi kenangan bagi kita berdua. Menjadi kenangan terindah. Satu lagi, Aku pernah membaca sebuah kalimat di Mushallah SMAN 2 Binamu yang sekarang berubah menjadi SMAN 3 Jeneponto. Kalimat itu “masa sulitmu hari ini menjadi cerita indah ketika suksesmu nanti”. Kalimat itu dicoret di tembok bagian bawah dinding Mushalla yang saat melihatnya Aku senantiasa mengingat semua masa sulitku dan mudah-mudahan itu menjadi inspirasi bagi suatu kelak nantinya.
Akhirnya, Aku hanya ingin menyampaikan bahwa tulisanku ini sekedar menjadi penenang hati, pelepas penat dan sebagai bahan renungan untuk diriku yang pernah mengenal seseorang yang kesebut ia dengan sebutan dalam tulisanku ini dengan kata “kekasih” agar pemaknaannya biasa-biasa saja. Aku menuliskan kisahku ini bersama kekasih yang bercokol di hatiku, kini tak ada lagi dia bersandar didekatku. Seperti dalam buku Boy Candra “Senja, Hujan dan Cerita yang telah usai” buku tersebut menceritakan tentang seseorang pernah saling jatuh cinta tetapi pada akhirnya terjadi perpisahan antara keduanya. Boleh jadi, hal itu terjadi dengan apa yang Aku alami saat ini.

Tulisan di atas sebenarnya ingin Aku kirimkan kepada Rumah Baca Ikatan yang pernah mengadakan sayembara tulisan kepada seluruh kader Muhammadiyah dan simpatisan Muhammadiyah beberapa bulan yang lalu. Mereka (baca: Rumah baca Ikatan) mengambil tema sentral “Mengapa Aku Muhammadiyah” lewat Facebook group PP IPM yang dibagikan. Dan saat membuka Aku pikir-pikir bisa juga menyumbangkan sebuah tulisan pengalamanku dalam ber Muhammadiyah. Lalu saat mengajar di SMAN 3 Jeneponto dihadapan semua siswaku Aku utarakan pengumuman bagi mereka yang berminat menulis. Aku membacakan semua item-itemnya secara rinci yang Aku copy paste dari Facebook group PP IPM ke dalam Microsoft word lalu Aku simpan di dokemen dalam Notebook ini.

Alhasil sampai detik ini tulisan ini belum selesai-selesai Aku tulis boleh jadi penyakitku kambuh lagi “malas” atau ada kesibukan lain sehingga untuk menyempatkan menulis ini sangatlah susah. Namun, yang pasti sampai detik ini juga virus untuk terus menulis semakin tinggi untuk bisa membuat sebuah karya yang mampu dibaca oleh orang lain. Jika demikian, ada sesosok yang menginspirasi Aku ini untuk terus menulis. Dia juga seorang kader IPM Jeneponto yang sementara menimba ilmu di Universitas Negeri Makassar. Saat memberikan bukunya “Pelangi Bertasbih di SMA” lewat Adikku Isma ia menyisipkan secarik kertas isinya sebuah pesan untukku agar setelah membaca bukunya dan tulisannya dalam buku tersebut untuk bisa berkarya juga seperti beliau ini. Dalam secarik kertas tersebut ada tanda tangan dan namanya tetapi bukan nama aslinya kusebut sesosok itu dengan sebutan “khumairah”. Ya itu nama dalam secarik kertas tersebut. Hinnga kini masih kusimpan rapi di antara himpitan tulisan yang jika membacanya seperti kea lam lain.

Aku hanya mampu berucap terima kasih banyak untuknya memberikan inspirasi dalam menuliskan huruf demi huruf, kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraph demi paragraph menjadi sebuah lembaran-lembaran. Aku harus akui bahwa Aku bukanlah seorang penulis handal yang mampu menciptakan sebuah kata yang teramat indah yang mampu mempengaruhi orang lain dengan cara pandangku. Tulisanku ini biasa-biasa saja. Aku hanya berusaha menulis sedikit demi sedikit jika Aku bergairah untuk menulis sebuah tulisan yang mampu dibaca oleh orang lain. 

Satu lagi sebagai penutup dari tulisanku ini Aku mengutip dari buku Tere Liye, “Kau, Aku dan Sepucuk Surat Angpau” mengisahkan seorang bujang bernama Borno dengan perempuan yang ia kagumi. Di buku tersebut ada seorang tokoh pemeran yang bernama Pak Tua (baca: Pak Hidir) yang senantiasa memberikan kepada Borno tentang arti kehidupan dan cinta. Pak Tua tersebut menceritakan pengalamannya dengan temannya sepasang suami istri yang sama-sama buta yang bernama Fulan dan Fulani. Di akhir ceritanya Pak Tua kepada Borno menggambarkan kedua temannya tersebut bahwa cinta adalah perbuatan. Tulisan dan kata-kata indah semua itu omong kosong.

MAKNA KATA "PENTING"

Ibnu Syam
(Ketua Umum PD IPM Jeneponto)
Saya sangat yakin judul tulisan ini memaksa Anda untuk berhenti sejenak, dan berdiri meluangkan waktu untuk membaca tulisan ini. Dipikiran Anda ada sesuatu yang sangat PENTING untuk diketahui mengingat judul tersebut di atas.

Kata PENTING ternyata mampu menggerakkan siapa saja untuk lebih terkonsentrasi untuk melihat sesuatu, laksana ia mempunyai kekuatan magis yang mampu menghipnotis siapa saja yang membacanya.

PENTING, kata yang paling sering dilontarkan, kata yang paling sering kita dengarkan, yang dipakai untuk menekankan sesuatu agar perhatian seseorang lebih fokus dari apa yang dimaksud dan diinginkan.

Kata PENTING mampu menjadikan sesuatu yang tadinya “kecil” menjadi sangat “besar”, sesuatu yang “biasa” menjadi “luar biasa” ketika kata apapun dibubuhi kata PENTING ini.

Dan jika kata PENTING diberi awalan KE dan diakhiri akhiran AN menjadi kata KEPENTINGAN maka ia kemudian berubah makna menjadi sesuatu yang diinginkan, sesuatu yang akan dicapai dan kata KEPENTINGAN inilah kemudian memaksa sesorang untuk menjadikan segala sesuatu menjadi PENTING hanya untuk memenuhi KEPENTINGANnya., walaupun terkadang sesuatu yang dimaksud itu belum tentu PENTING untuk banyak orang, artinya begitu banyak orang berlindung dibalik kata PENTING hanya untuk memenuhi KEPENTINGAN-KEPENTINGAN yang belum tentu PENTING.

Sesorang yang karena KEPENTINGAN untuk merasa aman, maka aturan dibuatnya menjadi PENTING untuk menciptakan rasa aman dalam dirinya, seseorang yang karena KEPENTINGANnya untuk mendapatkan pengakuan-pengakuan akan kehebatannya, menjadikan apapun yang dia katakan adalah PENTING menurutnya, dan karena KEPENTINGAN-KEPENTINGAN ini pula memaksa ia untuk melihat siapa saja yang PENTING atau tidak PENTING baginya, seseorang PENTING menurutnya ketika orang tersebut dianggap menjadi bagian yang dapat memenuhi KEPENTINGANnya, dan sebaliknya seseorang dianggap tidak PENTING ketika orang tersebut tidak menjadi bagian yang dapat mewujudkan KEPENTINGANNYA.

Persoalannya kemudian KEPENTINGANkah yang memaksa kita menjadi PENTING, atau sebaliknya karena PENTINGnya kita maka KEPENTINGAN dapat diwujudkan atau tidak dapat diwujudkan ?

Jika demikian PENTING atau tidak PENTINGnya kita sangat tergantung dari KEPENTINGAN apa yang ada, kita merasa PENTING atau setidaknya merasa memiliki KEPENTINGAN akan sesuatu ketika sesuatu itu menjadi PENTING buat kita, demikian - KEPENTINGAN yang juga memaksa kita untuk menjadi serta melihat segala sesuatu PENTING atau tidak PENTING.

Seberapa PENTINGkah saudara saat ini ditengah-tengah KEPENTINGAN KEPENTINGAN yang ada ?, atau KEPENTINGAN-KEPENTINGANlah yang akan memaksakan anda untuk  menjadi PENTING atau tidak PENTING ?

PENTING menunjukkan eksistensi seseorang, tidak boleh siapapun dari siapa saja yang menganggap seseorang termasuk diri kita sendiri bahwa kita tidak PENTING mungkin untuk hari ini iya, tapi yakin dan percaya besok, lusa atau kapan saja kita semua akan menjadi titik yang sangat PENTING dari semua yang tak kalah PENTINGnya, semua terserah anda.
Dewasa ini, banyak yang melakukan sesuatu hanya karena ada KEPENTINGAN di dalamnya, mau menjadi Presiden, Gubernur, Bupati, Camat, Lurah/Desa. Dan apa saja itu diselimuti dengan kata KEPENTINGAN, termasuk di dalamnya orang yang ingin menyengsarakan rakyat hanya demi KEPENTINGAN sesaat saja.

Jika demikian, bukan hanya itu bahkan ideology rela dikorbankan hanya demi KEPENTINGAN sehingga ini bisa dikatakan KEPENTINGAN terselubung. Coba kita lihat fenomena yang terjadi saat ini karena demi KEPENTINGAN ada organisasi yang didualismekan dan dipetak-petakkan yang masing-masing bersikukuh untuk saling mempertahankan sebab keduanya mempunyai legalitas yang pada akhirnya diberikan ruang untuk  bergerak dengan eksistensinya.

Bagaikan dua orang sang pujaan hati yang keduanya memikat hati, ini sungguh sangat sulit dalam menentukan pilihan. Jika hanya salah satu di antara keduanya dipilih maka tentu ada diantaranya yang kecewa. Tetapi tidak bisa tidak keduanya harus dipilih salah satunya. Maka salah satu solusinya adalah dengan melakukan shalat istikharah.   

Dan buat saudara yang telah meluangkan waktu untuk sekedar membaca tulisan ini penulis menyampaikan terima kasih karena KEPENTINGAN ( baca : keinginan ) dari penulis agar tulisan ini dibaca telah terpenuhi, karena jika ia tak terbaca maka tulisan ini menjadi tidak PENTING, dan sekaligus membuktikan betapa PENTING nya saudara untuk membaca tulisan ini sehingga tulisan ini juga menjadi PENTING.

Sumber Tulisan : Idi’ Meni Pikkirikiwi(Andalah Yang Memikirkannya, Logika Sederhana) Muhammad Ibrahim,Takuddin Rahimi,Masfufah Arfa’i. Dengan perubahan seperlunya.

MEMBUMIKAN GJDJ PELAJAR DI JENEPONTO

Ibnu Syam
(Ketua Umum PD IPM Jeneponto

Ikatan Pelajar Muhammadiyah adalah sebuah wadah bagi pelajar yang ingin mengembangkan diri melalui organisasi yang merupakan organisasi otonom Muhammadiyah. IPM harus senantiasa menyiapkan kader-kader militansi dan mempunyai loyalitas dalam berorganisasi. Mengapa demikian? Sebab ini harus dilakukan untuk bisa menjadikan mereka menjadi kader-kader yang mempunyai visi dan misi yang sesuai dengan harapan yang di dalam IPM sebagaimana yang telah digariskan di dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga di IPM yang telah ditanfidzkan dari periode ke periode.

Kabupaten Jeneponto merupakan daerah yang di dalamnya ada pelajar-pelajar yang bisa dibina dan dilatih untuk menjadi kader-kader yang mempunyai integritas tinggi dan bisa menjadi pimpinan dalam setiap tingkatan baik di ranting hingga daerah tingkat kabupaten menjadi kader pelopor, pelangsung dan menjadi penyempurna amanah dan mempunyai keterampilan, ilmu pengetahuan dan berakhlaq mulia. Dan bisa menyesuaikan diri dengan tertib ibadah, tertib belajar dan tertib organisasi.

Apa yang menjadi harapan di atas menjadi kenyataan dan bukan hanya berkutat pada wacana tetapi mampu menginspirasi dengan real action yang nyata bagi kalangan pelajar Muhammadiyah terutama yang ada di Kabupaten Jeneponto. Harus disadari bahwa dalam berorganisasi tentu ada dinamika disana-sini dan kiranya itu hal yang biasa terjadi dan seorang kader IPM harus cerdas  menyikapi dalam menghadapi dinamika tersebut. Sebenarnya bukan persoalan dinamika apa yang terjadi dalam sebuah ikatan tetapi bagaimana seorang kader mampu memandang dan melihat dari sudut pandang apa dalam memecahkan dinamika kehidupan di tubuh IPM terutama di Kabupaten Jeneponto.

Di samping itu di kabupaten Jeneponto telah banyak kader setiap diadakan pengkaderan baik di Amal Usaha Muhammadiyah sendiri maupun diluar AUM. Namun, miris rasanya yang bisa tetap untuk bisa aktif dalam berorganisasi tidak seberapa. Inilah kiranya perlu perhatian yang sangat serius bagaimana cara untuk menanggulangi semua itu. Salah satu penanganan untuk menghadapi masalah ini dengan senantiasa melakukan pengajian dan pengkajian baik sekali seminggu atau boleh juga satu kali dalam sebulan. Seorang kader bisa saja begitu karena tidak ada perhatian kepada mereka semua. Dan yang mencengankan lagi adalah jika sudah dikader di IPM tetapi lebih memiliki melakukan kajian pada wadah yang lain. Mereka juga tidak bisa disalahkan tetapi bagaimana mereka tetap mendapat perhatian dari kakanda-kakandanya agar tidak menumpang lagi di tempat lain.

Aspek lain dinamika dari tubuh IPM di Kabupaten Jeneponto adalah adanya miss comunication di antara sesama pimpinan baik itu ketua umum, ketua bidang, sekretaris bidang dan bahkan kepada anggota-anggotanya. Dinamika inilah yang biasa membuat sebuah perpecahan dalam tubuh pimpinan dan ini mesti dicarikan solusi agar tidak terjadi lagi hal yang sama untuk masa yang akan datang. Boleh jadi bukan hanya di Kabupaten Jeneponto hal seperti itu, namun hampir semua mengalami hal yang serupa.

Pentingnya Penguatan di tingkat Ranting

Untuk itulah kiranya ada beberapa hal yang dijadikan sebagai pegangan untuk menjadi kekuatan dalam tubuh IPM terutama yang ada di kabupaten Jeneponto sebagaimana apa yang telah ditulis oleh Dr. H. Haedar Nashir, M.Si sebagai berikut :

Hidup matinya Muhammadiyah sebagai gerakan keumatan dan kemasyarakatan tergantung pada aktivitasnya di basis Ranting. Ranting merupakan tolok ukur utama dari keberadaan Muhammadiyah di akar rumput. Di tingkat kepemimpinan paling bawah itulah adanya denyut nadi kehidupan jamaah umat dan masyarakat. Meskipun keberadaan Muhammadiyah kuat ditingkat kepemimpinan Pusat, Wilayah, Daerah, dan Cabang maka semuanya tidak akan kokoh jika pergerakan Rantingnya rapuh atau lemah”.[1]

Satu poin penting untuk diketahui bahwa Ranting merupakan pondasi dasar dalam menggerakkan Muhammadiyah dan ini sama saja apa yang di IPM agar terus melakukan pembaruan-pembaruan untuk menjadikan IPM sebagai gerakan yang berkemajuan. Dengan demikian yang harus dilakukan  pertama kali adalah dengan melakukan pembinaan ke-Islaman. Di Muhammadiyah sendiri salah satu langkah penting adalah revitalisasi Ranting yang menjadi fokus gerakan Muhammadiyah di akar rumput hasil Muktamar Satu Abad ialah menghidupsuburkan aktivitas ke-Islaman. Artinya menguatkan kembali kegiatan-kegiatan pembinaan ke-Islaman bagi warga umat atau masyarakat di mana Ranting itu berada. Ruh kegiatan Muhammadiyah itu ialah menyebarluaskan dan memajukan hal ihwal ajaran Islam. Ajaran Islam dalam aspek aqidah, ibadah, akhlak, dan muamalah-dunyawiyah harus diyakinkan dan dipahamkan dalam diri setiap pemeluknya untuk diamalkan dalam kehidupan. Kedua adanya prioritas gerakan, umat atau masyarakat saat ini di mana pun berada dan bagaimanapun keadaannya sangat haus atau dahaga akan nilai-nilai ke-Islaman yang dapat membimbing jalan hidup mereka. Kenapa mereka lebih tertarik pada Salafi, Jamaah Tabligh, Majelis Tafsir Al-Qur’an, Tarbiyah, dan gerakan-gerakan Islam lain sebagai pendatang baru. Tentu ada yang mereka cari dan ingin menemukan sesuatu yang dibutuhkan secara keruhanian dan nilai-nilai ke-Islaman. Apapun corak pemahamannya dari gerakan-gerakan Islam itu ternyata diminati umat atau masyarakat, yang boleh jadi tidak mereka temukan atau kurang mendapat pembinaan ke-Islaman dari Muhammadiyah dan gerakan Islam yang besar lainnya selama ini.

Jadi, dalam menghidupkan ruh ke-Islaman di basis gerakan IPM adalah dengan melakukan pembinaan ke Islaman dan prioritas gerakan.

Kaderisasi Kepemimpinan di IPM

Kaderasasi kepemimpinan di IPM sangat perlu dilakukan untuk memajukan IPM Kabupaten Jeneponto. Di Muhammadiyah sendiri sebagai gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar serta gerakan pembaruan (tajdid). Muhammadiyah sebagaimana yang dikutip oleh M. Muchlas Abrar bahwa :

Muhammadiyah adalah organisasi besar dan telah teruji dalam perjalanan sejarahnya yang panjang melintasi beberapa zaman. Muhammadiyah selain mempunyai kader, juga pasti mempunyai pimpinan. Pimpinan Muhammadiyah pada tiap tingkat terdiri atas sejumlah orang yang mendapat kepercayaan untuk mengemban amanah Persyarikatan. Para pemimpin ini tentu memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan fungsi dan peran kepemimpinan. Jadi, kepemimpinan berperan dalam kehidupan berorganisasi[2]

Apa yang menjadi harapan diatas itulah juga yang diharapkan di IPM menjadikan kepemimpinan yang mempunyai peran dalam menggerakkan jiwa kepemimpinan dalam berorganisasi.  Masih menurut M. Muchlas Abror menyatakan bahwa :

Kaderisasi kepemimpinan Muhammadiyah adalah baik sekali bila dilakukan secara berencana, teratur dan tertib, sistematis, terarah, dan disengaja. Banyak hal yang dapat dilakukan dalam rangka itu. Diantaranya memberi motivasi dan kesempatan kepada generasi muda untuk memangku jabatan pimpinan. Mengikutsertakan angkatan muda yang berbakat untuk mengikuti latihan di dalam dan di luar organisasi. Bisa pula dengan memberikan kepada anggotanya yang potensial untuk tugas belajar pada lembaga pendidikan yang jenjangnya lebih tinggi. Memberikan beasiswa atau tunjangan belajar kepada anak-anak yatim piatu yang berprestasi dan orangtuanya tidak mampu. Mereka diarahkan untuk bersekolah di Sekolah atau kuliah diPerguruan Tinggi Muhammadiyah yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Kaderisasi kepemimpinan Muhammadiyah yang berarti proses mempersiapkan seseorang atau sejumlah orang untuk menjadi pemimpin penerus Muhammadiyah di masa depan jelas mutlak perlu. Karena itu harus diprioritaskan.”

Kiranya ini adalah sebuah penegasan bahwa kaderisasi itu penting dan merupakan prioritas utama dalam sebuah kepemimpinan. Ini sesuatu yang dilakukan dalam setiap jenjang pengkaderan di IPM demi bangkit dan tegaknya struktur kepemimpinan dalam tubuh IPM.

Penguatan identitas kader IPM sebagai bagian dari Muhammadiyah apalagi IPM telah memasuki separuh abad sejak berdirinya dan Muhammadiyah sendiri telah memasuki abad kedua. Untuk itu Man Hakim yang juga adalah Pimpinan wilayah dari Bengkulu menyatakan bahwa :

Diantara hal yang patut dibanggakan adalah sistem pengelolaan organisasi dan perkaderan dalam Muhammadiyah cukup terpola dan sistematis. Dengan pengelolaan dan pembinaan yang demikian mampu melahirkan kader-kader yang memiliki loyalitas dan militansi yang cukup tinggi, memiliki ruh serta integritas dan kompetensi untuk berperan di Persyarikatan dalam kehidupan umat dan dinamika bangsa.”[3]

Apa yang termaktub di atas mudah-mudahan bisa diterapkan dalam IPM terutama di Kabupaten Jeneponto punya spirit memiliki loyalitas dan militansi dan mampu untuk membangkitkan ruh apa yang dalam organisasi ini. dan Man Hakim menambahkan ada beberapa kemungkinan usaha yang bisa dilakukan untuk meneguhkan kembali identitas kader Muhammdiyah. Pertama,  dengan melakukan pencerahan pemikiran melalui pendidikan/pelatihan baik secara formal, nonformal, informal. Kedua, pelibatan secara langsung para kader pada setiap amal usaha sesuai dengan bidang dan kemampuannya. Ketiga, pelibatan secara langsung setipa kegiatan yang diadakan oleh Muhammadiyah.[4]

Dengan ketiga usaha peneguhan identitas kader Muhammadiyah diatas termasuk di dalamnya adalah kader-kader dari IPM baik dimanapun mereka berada untuk bisa dimanfaatkan dalam usaha mencapai tujuan Muhammadiyah.

Memudarnya Literasi Membaca dan Peradaban bagi kalangan Pelajar

Dalam Majalah Khittah edisi 007 tahun III/2015 kolom khittah utama, dengan Judul “mengembangbiakkan Tradisi Literasi” Kepala Bagian Deposito Perpustakaan Wilayah Sulsel dengan tegas menyatakan bahwa tradisi literasi masyarakat, masih jauh dari harapan, bahkan semakin menurun. Survei yang dilakukan menyimpulkan, penyebab penurunan minat baca masyarakat dalam hal ini buku, adalah kemajuan teknologi.[5] Ini perlu mendapat perhatian yang serius jika literasi dan peradaban itu dapat bisa berkembang dengan baik. Mengapa demikian perlu, masyarakat sekarang ini hanya disibukkan dengan mengutak atik gadget yang super canggih. Sehebat-hebatnya gadget, secepatnya akses informasi dari providor pendukung, buku tetap merupakan jiwa dari intelektual, sehingga budaya literasi harus dihidupkan.

Kebanyakan pelajar saat ini lebih senang membawa gadget daripada buku. Ini ada sebuah penyakit sosial yang harus ditanggulangi. Kamaruddin Hidayat juga menegaskan dengan pernyataan :
Musuh utama suatu negara adalah kemiskinan. Akan tetapi, ada yang lebih menakutkan lagi dari kemiskinan, yaitu kebodohan. Karena kebodohan merupakan kemiskinan yang paling rawan, yaitu kemiskinan pengetahuan. Bangsa yang miskin, jangankan untuk menghalau dan melawan bangsa-bangsa luar, untuk berdiri bangkit sendiri saja tidak akan mampu. Bila kebodohan telah menggurita, suatu bangsa sebenarnya sedang membangun nisan kematian negaranya.”[6]

Sebagai bahan refleksi untuk semua kalangan pelajar hari ini, cobalah untuk berbenah agar semangat literasi membaca buku dan peradaban bagi kalangan pelajar tumbuh kembali. Pimpinan Wilayah IPM Sulsel pada Konferensi Pimpinan Daerah dalam draf komisi A membahas 10 Strategis salah satu poin yang dibahas adalah tentang penting literasi bagi kalangan pelajar.  Menurut Komaruddin Hidayat,
Kemajuan bangsa ini ditandai dengan tersedianya sarana pendidikan, riset keilmuan, kebudayaan yang cukup dan berkualitas, buka disebabkan oleh banyaknya restoran dan pusat perbelanjaan. Peradaban besar yang pernah ada adalah peradaban intelektual, bukan peradaban konsumtif dan berbelanja, namun, kita menyaksikan satu hal yang ironi di sekitar kita. Kita begitu sudah untuk mendapatkan sebuah perpustakaan yang bagus, tempat membaca yang indah, hingga sarana belajar yang kreatif dan kondusif.”[7]

Pendidikan memang kata kunci untuk kalangan pelajar bahwa melalui pendidikanlah  bangsa yang besar ini akan menjadi bangsa yang punya peradaban yang tinggi dan pendidikan yang baik adalah pendidikan yang dibarengi oleh nilai-nilai moral dan iman. Perlu juga dicermati apa yang ditulis oleh HM Nasruddin Anshory Ch dalam bukunya Matahari pembaruan Rekam Jejak KH. Ahmad Dahlan yang menyatakan sebagai berikut.

Tanpa suatu tradisi intelektual yang mampu berdialog dengan peradaban modern di atas, negara-negara baru Islam akan berhadapan dengan masalah pembangunan tata kehidupan. Pengembangan kehidupan sosial muslim pun berhadapan dengan realitas yang kurang serupa. Maka, pembangunan peradaban Islam dalam masyarakat modern sesuangguhnya, merupakan agenda gerakan Islam masa depan.”[8]

Dalam IPM ada spirit keilmuan yang perlu dan terus dikembangkan untuk menjadikan pelajar sebagai orang terampil, berakhlak mulia dan berilmu. Pelajar saat ini harus mampu memadukan literasi membaca dn transformasi dalam ilmu pengetahuan untuk bisa lagi merebut kejayaan Islam masa lalu dengan terus membaca dan mengambil manfaat dari yang dibancanya. Dan tentu ini suatu pekerjaan yang sudah sanagat sulit dlakukan disamping apa yang telah dibahas sebelumny bahwa pelajar saat ini lebih sering memegang gadget daripada membaca buku untuk penambahan ilmu untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dakwah Pencerahan Berbasis Komunitas Bagi Pelajar

Secara sistemik dan terprogram Muhammadiyah pada Muktamar ke-37 tahun 1968 melangkah lebih jauh dengan menggagas dan merumuskan program Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GJDJ). Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah tersebut dirumuskan untuk mengembalikan Muhammadiyah (Re- Tajdid Muhammadiyah) ke jalur dakwah di basis akar rumput. Kelahiran Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GJDJ) atau disebut Gerakan Jamaah (GJ) tersebut menunjukkan kesadaran, komitmen, dan usaha Muhammadiyah untuk berdakwah secara langsung menggarap kelompok masyarakat di akar rumput (grass-root) yang disebut jamaah atau dalam istilah mutakhir dikenal dengan sebutan komunitas (coommunity). [9]

Karenanya dalam Muktamar ke-47 diagendakan dan diprogramkan secara khusus tentang “Model Dakwah Pencerahan Berbasis Komunitas” sebagai wujud aktualisasi Gerakan Jamaah untuk dilaksanakan dan menjadi gerakan masif dalam pergerakan Muhammadiyah ke depan. [10] Untuk itulah IPM Kabupaten jeneponto berupaya untuk membangkitkan kembali pengkajian dan bukan pengajian. Mengapa demikian? Dr. H. Abdul Mu’ti, M.Ed.(Sekretaris Umum PP Muhammadiyah) menyatakan bahwa :

Muhammadiyah memilih istilah “pengkajian” dan bukan “pengajian” karena di dalamnya dibahas berbagai permaslahan agama ayat-ayat  qauliyah (AL-Qur’an dan Hadits) dan kauniyah ( dinamika sosial, ekonomi, politik, kebudayaan,dll), dari berbagai perspektif, bukan hanya monopolitik dari sudut pandang ilmu-ilmu agama.”[11]

Dalam “Model Dakwah Pencerahan Berbasis Komunitas” yang digagas oleh PP Muhammadiyah ada beberapa bagian dalam komnitas tersebut di antaranya adalah dakwah bagi komunitas atas, dakwah bagi komunitas menengah, dakwah bagi komunitas bawah, dakwah bagi komunitas, marjinal, dakwah bagi komunitas virtual, dakwah bagi komunitas khusus (komunitas hobi, kepentingan dan kelompok “identitas”). Perkembangan Muhammadiyah saat ini maupun ke depan dihadapkan pada model kehidupan komunitas atau jamaah yang heterogen dalam berbagai aspeknya, yang memerlukan model dakwah komunitas atau dakwah jamaah yang mengandung pemikiran, pendekatan, strategi, dan pola aktivitas baru yang lebih relevan dan aktual. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang membawa misi dakwah dan tajdid harus tampil sebagai kekuatan pencerahan dalam memberi sibghah atau corak kehidupan masyarakat yang berubah dan berkembang dinamis itu sebagaimana menjadi komitmen gerakannya di abad kedua ini.

            Komunitas atau jamaah dalam kehidupan masyarakat Indonesia baik di perkotaan dan pedesaan maupun kawasan lain berkembang pesat dan dinamis seiring dengan perkembangan zaman yang menjadi hukum kehidupan. Komunitas (jamaah) sebagai kelompok-kelompok sosial umum yang memiliki identitas heterogen dalam masyarakat di berbagai struktur dan lingkungan kehidupan merupakan sasaran dakwah yang harus menjadi perhatian Muhammadiyah dalam sistem gerakannya, terutama ketika gerakan Islam ini memasuki abad kedua.[12]

            IPM harus mengambil bagian dalam menyukseskan program PP Muhammadiyah ini untuk bisa berpartisipasi dalam mencapai dan mampu untuk mengaktualisasikan implementasi daripada program PP Muhammadiyah tersebut yang telah dibahas dalam forum tertinggi di Muhammadiyah dalam Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Makassar bulan Agustus tahun 2015 lalu. Model dakwah ini sebenarnya adalah model pengembangan dari Gerakan Dakwah dan Dakwah Jamaah yang kurang maksimal dalam pelaksanaannya sehingga dimunculkan kembali dengan model lain agar lebih bisa disesuaikan dengan perkembangan zaman saat ini dan demikian pula ke depannya.

  
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari penjelasan dan pembahasan di atas kiranya ada beberapa catatan penting dalam  mengembangkan spirit keber-Islaman di IPM kabupaten Jeneponto dengan :
1.      Pentingnya penguatan di tingkat Ranting.
2.      Kaderisasi kepemimpinan di IPM.
3.      Memudarnya literasi membaca dan peradaban bagi kalangan pelajar.
4.      Dakwah pencerahan berbasis komunitas bagi pelajar.
B.     Saran
Apa yang terdapat dalam tulisan ini masih jauh kesempurnaan dan kekeliruan. Kiranya kritik dan masukan yang membangun demi melengkapi kekurangan-kekurangan dalam tulisan ini. terima kasih.



DAFTAR PUSTAKA
Anshory Ch, HM Nasruddin. Matahari Pembaruan Rekam Jejak KH. Ahmad  Dahlan. Yogyakarta. JB Publisher. 2010.
Hidayat, Komaruddin. Ungkapan Hikmah Membuka Mata, Menangkap Makna. Jakarta. Noura Books. 2013.
Majalah Khittah edisi 007 tahun III/2015.

Mundzir, Ilham. Amar, Faozan. Muhammadiyah dan Dakwah Pencerahan untuk masyarakat Kelas Menengah. Jakarta. Al-Wasat Publishing House.2013.
PP Muhammadiyah. Model Dakwah Pencerahan Berbasis Komunitas. Yogyakarta. Gramasurya. 2015.
Syaifullah.Refleksi Satu Abad Muhammadiyah. Bengkulu. PWM B-Press. 2010.
Suara Muhammadiyah edisi no.04 th. Ke-100. 2015.
Suara Muhammadiyah edisi no.09 th ke-100. 2015.




[1] Nashir, Haedar. Menghidupkan Ruh Ke-Islaman di basis Gerakan Muhammadiyah. Suara Muhammadiyah edisi no.04 th. Ke-100. 2015. Kolom BINGKAI. Hal. 12
[2] M. Muchlas Abror. Kaderisasi Kepemimpinan Muhammadiyah Suara Muhammadiyah edisi no.09 th ke-100. 2015. Kolom KALAM. Hal. 26
[3] Syaifullah.Refleksi Satu Abad Muhammadiyah. Bengkulu. PWM B-Press. 2010. Hal. 453
[4] Ibid. Hal. 458
[5] Majalah Khittah edisi 007 tahun III/2015
[6] Hidayat, Komaruddin. Ungkapan Hikmah Membuka Mata, Menangkap Makna. Jakarta. Noura Books. 2013. Hal. 281
[7] Ibid. Hal. 281
[8] HM Nasruddin Anshory Ch. Matahari Pembaruan Rekam Jejak KH. Ahmad  Dahlan. Yogyakarta. JB Publisher. 2010. Hal. 22
[9] PP Muhammadiyah. Model Dakwah Pencerahan Berbasis Komunitas. Yogyakarta. Gramasurya. 2015. Hal.3
[10] Ibid. Hal.5
[11] Mundzir, Ilham. Amar, Faozan. Muhammadiyah dan Dakwah Pencerahan untuk masyarakat Kelas Menengah. Jakarta. Al-Wasat Publishing House.2013. hal.vii
[12] Ibid. PP Muhammadiyah. Model Dakwah Pencerahan.......