Kata Mutiara

Tidak akan kembali hari-hari yang telah berlalu

Minggu, 24 Juni 2018

EKSISTENSI DAN PERAN PELAJAR DI ZAMAN NOW

Sandi Ibnu Syam

            Judul ini pertama kali saat saya membuka jejaring media social(facebook). Terutama di nama facebook IPM Bantaeng, sekilas saja saya melihat judul di atas. Judul yang bertengger di kolom IPM Bantaeng spontas saja saya berniat untuk menulisnya. Namun, sebelum saya menulis judul di atas. Saya kemudian bertanya ke kakanda Agusliadi sebagai pembawa materi follow up dengan judul lengkap “Eksistensi dan Peran Pelajar di Zaman Now (dengan Pendekatan Wawasan Keislaman yang bersifat cosmopolitan). Dengan peserta berjumlah 76 orang kader baru dari berbagai sekolah (SMA Negeri 3 Bantaeng, SMK Darul Ulum Layoa, MA Muhammadiyah bantaeng, SMK Negri 3 Bantaeng, MAN Dampang, MA Muhammadiyah Ereng-Ereng, MTs Muhammadiyah Bantaeng). Bertempat di Masjid Nurul Yaqin, Kompleks SMA Negeri 3 Bantaeng, Jumat, 12 Januari 2018 pukul 13.30 – 15.25.
            Kegiatan tersebut di share oleh Lilis Ariska, beliau adalah Ketua Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah SMA Negeri 3 Bantaeng. Saya melihat para peserta sangat antusias dalam mengikuti follow up ini. ini dapat saya tahu dari kolom komentar, terutama dari Ipm Bantaeng Sendiri dan menandai kakanda Agusliadi, dengan berujar, “Salam hangat, Salam pena. Terima kasih kanda Agusliadi atas kesiapan berbagi ilmu kepada kami”. Kemudian dijawab oleh kakanda Agusliadi di kolom komentarnya, “selama saya ada di Bantaeng, sehat dan punya kesempatan, tidak ada kata tidak (menolak) untuk adik-adik kader Ipm bantaeng.”
            Bagi saya judul di atas sangat menginspirasi saya menulis judul di atas. Sehingga saya pun menulis judul di atas dalam tulisan ini. Mengapa demikian? Hari ini pelajar seakan kehilangan jati dirinya terlebih lagi perannya sebagai pelajar seakan hilang kemana rimbanya. Jika sebelumnya saya menulis dengan mengangkat judul Membangun Jiwa Kader yang Kreatif itu adalah sebagai bentuk kritik tulisan kepada pelajar yang merasa tidak memiliki rasa tanggungjawab di IPM. Mereka hanya ingin sekedar selesai Pelatihan Kader saja. Setelah itu mereka tak ingin terlibat langsung dalam semua kegiatan di IPM. Padahal tidak seperti itu dan inilah salah satu masalah yang harus dicarikan solusinya.
Saya sendiri pun mencari solusi dengan menulis sambil mencari referensi terkait dengan judul yang saya angkat dari berbagai literature terutama buku-buku yang membahas tentang IPM secara umum maupun secara khusus. Dengan berusaha menganilisis persoalan-persoalan yang terdapat di dalam pergerakan IPM baik tingkat ranting hingga pusat. Tidak mudah untuk menganlisis sedemikian rupa. Perlu gagasan-gagasan yang bisa membuat IPM “Tersadarkan” dari lelapnya. Atau jangan-jangan mereka terlalu nyenyak dalam tidurnya sehingga berada dalam “pelukan mimpi” yang sakan mereka berada di alam nyata padahal sebenarnya itu hanyalah bunga tidur.
Sampai saat ini, memang perlu pengkajian khusus tentang eksistensi dan peran pelajar di zaman now, jangan sampai terlena dengan apa yang ada sekarang. Menurut Don Tapscott (Grown Up Digital-How the net generation is changing the world) Oktober 2008. Membagi beberapa “Generation”, mereka adalah,
  1. Pre Baby Boom (lahir pada 1945 dan sebelumnya)
  2. The Baby Boom (lahir antara 1946-1964)
  3. The Baby Bust – Generasi X (lahir antara 1965-1976)
  4. The Echo of the Baby Boom – Generasi Y (lahir antara 1977-1997)
  5. Generation Net – Generasi Z (lahir antara 1998-2010)
  6. Generation Alpha– Generasi A (lahir antara 2010-kini)
Namun, dalam tulisan ini hanya akan membahas mengenai generasi Z dimana mereka termasuk generasi zaman now. Di antara karakteristik tersebut sesuai “pedoman Dakwah komunitas virtual untuk generasi z”Jilid iii : usia 20– 23 tahun adalah.
1. Fasih Teknologi. Mereka adalah generasi digital yg mahir dan gandrung akan teknologi informasi dan berbagai aplikasi komputer.
2. Sosial. Mereka sangat intens berkomunikasi dan berinteraksi dengan semua kalangan, khususnya dengan teman sebaya melalui berbagai situs jejaring. Cenderung toleran dengan perbedaan kultur & peduli dengan lingkungan
3. Multitasking. Terbiasa dengan berbagai aktivitas dalam satu waktu yang bersamaan. Mereka bisa membaca, berbicara, menonton, atau mendengarkan musik dalam satu waktu. Sangat cepat dan tidak suka bertele-tele.
4. Cenderung kurang dalam komunikasi verbal, cenderung egosentris & individualis, menginginkan hasil serba cepat, instan, dan serba mudah, kurang sabaran, dan kurang menghargai proses.
Dengan demikian pekerjaan utama IPM adalah memberikan atau Menjamin setiap anggota IPM sanggup menjalankan usaha (maksud & tujuan) IPM. Oleh karena itu, IPM harus mampu memiliki PHIPM(Pedoman Hidup Ikatan Pelajar Muhammadiyah). PHIPM merupakan acuan bagi Pelajar Muhammadiyah agar dapat mempunyai peran dalam kehidupan sehari-hari dengan menerapkan nilai-nilai keislaman. Yaitu sebagai berikut:
1.    Kehidupan Pribadi
Dalam kepentingan pribadi, pelajar diupayakan untuk terus membekali dirinya dengan ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum melalui pembelajaran formal maupun non-formal. Agar dapat mempunyai potensi diri dan mengerti apa yang harus dilakukan.
2.    Kehidupan Berkeluarga
Pelajar memiliki aktivitas setiap hari yang padat, seperti belajar, bermain, berkumpul dengan teman sebaya, olahraga, dan lain sebagainya. Namun, dengan aktivitas tersebut. Jangan sampai pelajar melupakan kewajibannya sebagai bagian dari keluarga. Sempatkan waktu untuk membantu keluarga dirumah, seperti menyapu halaman rumah, mencuci piring, membersihkan kamar mandi, dan mengantar ibu berbelanja ke pasar. Ini merupakan hal yang ringan, namun banyak pelajar yang menyepelehkannya. Bila memang masih ada yang mengatakan sulit atau tidak sempat. Paling tidak, sempatkan waktu sekitar 10-15 menit untuk bercerita dengan orangtua tentang aktivitas positif yang kita lakukan sehari-hari.
3.    Kehidupan Bermasyarakat
Pelajar Memiliki posisi yang penting dalam kehidupan social-masyarakat. Sebagai sebuah kelas social yang memiliki karakteristik tersendiri, pelajar senantiasa mendapat perhatian khusus sekaligus harapan yang besar dari masyarakat. Para pelajar dibebankan tanggung jawab moral sebagai aksentuator perubahn. Aktif dalam pentas social seperti Gotong royong, kehidupan berjamaah dalam ibadah seperti shalat berjamaah ke masjid maupun kehidupan berjamaah dalam social seperti gotong royong.
4.    Kehidupan Pendidikan
Pendidikan menjadi hal yang paling penting untuk pembekalan ilmu, mengasah kemampuan dan membentuk karakter pelajar. Maka dari itu, hendak Pelajar Muhammadiyah berperan aktif dalam proses belajar akademik maupun non-akademik, berupaya untuk meraih prestasi terbaik dan menjadi dapat menjadi teladan bagi warga dilingkungan pendidikan.
5.    Kehidupan Berorganisasi
Organisasi menjadi faktor penting dalam pengendalian dan kemampuan social pelajar. Pembelajaran yang didapat di organisasi, tidak semuanya didapatkan dalam sekolah. Seperti: dapat berbicara didepan, berdiskusi dengan kelompok, menyampaikan pendapat serta berkerjasama dengan tim. Organisasi mengajar nilai-nilai keikhlasan dan rela berkorban demi kepentingan orang banyak. Dan perlu diingat, dalam menjalankan organisasi tidak boleh bertindak sewenang-wenang diri kita sendiri dan hendaklah berlandaskan prosedur yang telah ditetapkan AD/ART dan Buku pedoman.
6.    Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pelajar diupayakan untuk dapat menjalankan nilai-nilai Pancasila dan Undang-undang yang berlaku. Tentu ini bukanlah hal yang mudah, namun setidaknya ini dapat dimulai dari hal-hal terkecil. Seperti: datang kesekolah tepat waktu, tidak melanggar lalu lintas, tidak terlibat kriminalitas, narkoba, dan seks bebas.
            Kiranya eksistensi dan peran pelajar mampu mengaplikasikan segala apa yang terdapat di dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Komaruddin hidayat dalam bukunya Ungkapan Hikmah Membuka Mata, Menangkapa makna) beliau mengatakan bahwa betapa ilmu seolah menjadi landasan akan keyakinan, sementara akhlak menjadi bukti akan kepatuhan terhadap keyakinan.
Dengan sinergi ilmu dan amal. Masih menurut Komaruddin HIdayat bahwa ilmu dana mal bagai dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Keduanya satu dan padu. Dan sinergi antara ilmu dana mal adalah akhlak. Anrtinya, penopang utama dari akhlak adalah ilmu dan amal.marilah kita senantiasa introspeksi, adakah kita telah mengamalkan ilmu kita melalui amal. Bukan sekadar amal seperti sedekah atau mengerjakan zikir tiap malam saja, tetapi sikap hidup terhadap pribadi, lingkungan dan sesame.







             

GENERASI SOLUTIF


 
Sandi Ibnu Syam
Pemaknaan suatu kata terkadang berbeda dari aspek sudut pandang sebab seseorang memiliki potensi dan peran serta pemikiran yang berbeda. Terkadang pemaknaan suatu kata ini pun sarat dengan sesuatu yang sangat krusial sekalipun. Pemaknaan itu harus dilandasi dengan sesuatu yang bisa tetap bertahan dan dipertahankan agar tetap menjadi viral dan tersebar dimana-mana baik melalui media cetak, elektronik dan medsos
Pelajar sebagai bagian dari IPM tidak bisa dipisahkan keduanya bagai sisi mata uang. Keduanya berbeda tetapi berada dalam organ. Jika sebelumnya Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sulawesi Selatan yang menjadi jargon gerakannya adalah bagaimana IPM mampu menjadi “inspiratif” yang kita kenal dengan nama “pelajar inspiratif” tentu hal itu wajar-wajar saja karena setiap pemimpin ada masanya dan setiap masa ada pemimpinnya. Inilah juga yang dilakukan oleh IPM terutama di Sulawesi Selatan ini.
Tulisan ini bukan bermaksud untuk menggurui atau pun ada sesuatu yang lainnya. Hanya disebabkan masih banyak pelajar-pelajar terutama yang telah mengikuti Pellatihan Kader di IPM masih banyak yang tidak tahu tentang hal itu. Inipun bukan hal yang sangat urgensi, apakah mereka harus tahu atau tidak. Minimal mereka tahu bahwa di IPM ada jargon “Pelajar Inspiratif”. Lalu bagaimana dengan yang sekarang, ketika Rapat Kerja Wilayah PW IPM Sulsel di Benteng Somba Opu memperkenalkan jargon “Pelajar Solutif” bahwa pelajar hari ini harus mampu menjadi bagian dari solusi bukan malah sebaliknya. Itu hanya sedikit sekali saja yang saya dapatkkan dari jargon tersebut.
Sekaitan dengan semua itu, saya teringat pada saat masuk di DAD IMM hari terakhir kami ada seorang kakanda berpesan “jika kalian bukan bagian dari solusi maka kalian bagian dari masalah,” kalimat itupun di abadikan di baju kaos berwarna merah dibelakangnnya bertuliskan sebagaimana pesan kakanda di atas. Terlepas itu semua hanyalah sebagai pengingat bagi saya dan siapun itu untuk terus menjasi bagian dari solusi bukan malah sebaliknya.
Jargon “pelajar solutif” sempat viral pembahasannya di sebuah grup WA mengenai apa sebenarnya kata “solutif” jika ditinjau dari etimologi dan terminology. Inipun masih menjadi perdebatan ketika itu tentang bagaimana sebenarnya makna “solutif”, saya sendiripun sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan makna yang sesungguhnya jika ditinjau dari aspek teksnya baik etimologi dan terminologinya. Inti yang sebenarnya bukan hanya tertulis dalam sebuah tulisan, spanduk, baliho atau dimanapun itu. Inti dari semua itu adalah aplikasi dari kata tersebut. Mengapa demikian? Kata tersebut mudah sekali dalam lisan-lisan pelajar tetapi masih sangat sulit untuk mengaplikasikan dari jargon “pelajar solutif”, termasuk penulis sendiri masih sangat jauh dari harapan tentang bagaimana seharusnya jargon tersebut.
Sekali lagi, saya hanya ingin mengaskan bahwa penulis masih sangat jauh dalam menafsirkan jargon “pelajar solutif” itu. Tulisan ini terinspirasi dari kegiatan dialog yang dilaksanakan oleh Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kab. Jeneponto. Salah satu dari narasumber tersebut memperkenalkan tentang “pemuda solution”, saya tidak tahu kapan kata ini muncul yang memiliki muatan dan kekuatan yang sangat dahsyat yang diucapkan dari salah satu narasumber tersebut. Hanya saja saya tidak ingat lagi siapa nama narasumber tersebut. Hanya yang saya ingat adalah tentang “pemuda solution” jika demikian tentunya sebagai seorang pelajar menjadi tanggungjawab kita untuk terus berbenah diri.
Eksistensi sebagai pelajar harus betul-betul mampu menjadi solution meminjam istilah dari narasumber tersebut di atas, saya pun masih belum mengetahui betul apa makna dari dua kata yakni “solution” dan “solutif”. Jika dalam kamus Bahasa inggris kata solution bermakna; cara pemecahan/penyelesaian (to a problem), (liquid) larutan. Namun, kata “solutif” dalam kamus Bahasa inggris tidak ada kata tersebut. Boleh jadi ada pemaknaan lain dari kata tersebut yang contoh kecilnya adalah ada penambahan imbuhan sebagai contoh production menjadi productif dan lain-lain.
Tulisan ini masih jauh kata sempurna dalam hal memakna kata “solultion” dan “solutif”. Tulisan ini hanya sekedar untuk melepas penat saja di pagi hari ini. sebab saya agak lama tidak bergelut dalam penulisan. Dan saya hanya berharap tulisan  ini mampu membuka cakrawala berpikir kita masing-masing tentang pemaknaan jargon tersebut. IPM dalam dua tahun ke depan lebih kepada gerakan keilmuan. Olehnya itu, sebagai seorang kader untuk mampu mengejewantahkan dari apa yang menjadi tujuan gerakan kita yakni bagaimana pelajar Muhammadiyah mampu membaca sebuah itu dan menjadi solusi dari apa yang menjai harapan kita semua.
Tentu saja bukan hanya dengan berpangku tangan tetapi. Inilah adalah kewajiban kita semua sebagai pelajar Muhammadiyah untuk menulis sebagian bagian dari gerkan ilmu dan agar pelajar Muhmmadiyah terus membaca dan menulis untuk menjadi “solutif generation”.
Semoga kita semua mampu menjadi generasi solutif yang diharapkan untuk bekerja dan berkarya nyata untuk mewujudkan IPM tujuan IPM. Dan satu lagi hampir terlupakan bahwa judul di atas adalah ambil dari grup WA yang dibuat oleh PW IPM Sulsel, anggotanya termasuk saya dan hamper semua pimpinan yang ada di Sulsel ini.
Sekali lagi saya sangat menyadari bahwa tulisan ini maih jauh dari kesempurnaan dan masih perlu masukan dan kritikan yang membangun dari semua pembaca yang membaca tulisan ini. sebelum tulisan ini saya akhiri ada sebuah kata-kata yang sering dilontarkan oleh kader IPM bahwa “salam pena, karena pena adalah symbol kejayaan” kalimat ini sering terngiang di telinga saya saat kader pelajar Muhammadiyah sebelum mengakhiri pembicaraannya.