Kata Mutiara

Tidak akan kembali hari-hari yang telah berlalu

Minggu, 24 Juni 2018

GENERASI SOLUTIF


 
Sandi Ibnu Syam
Pemaknaan suatu kata terkadang berbeda dari aspek sudut pandang sebab seseorang memiliki potensi dan peran serta pemikiran yang berbeda. Terkadang pemaknaan suatu kata ini pun sarat dengan sesuatu yang sangat krusial sekalipun. Pemaknaan itu harus dilandasi dengan sesuatu yang bisa tetap bertahan dan dipertahankan agar tetap menjadi viral dan tersebar dimana-mana baik melalui media cetak, elektronik dan medsos
Pelajar sebagai bagian dari IPM tidak bisa dipisahkan keduanya bagai sisi mata uang. Keduanya berbeda tetapi berada dalam organ. Jika sebelumnya Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sulawesi Selatan yang menjadi jargon gerakannya adalah bagaimana IPM mampu menjadi “inspiratif” yang kita kenal dengan nama “pelajar inspiratif” tentu hal itu wajar-wajar saja karena setiap pemimpin ada masanya dan setiap masa ada pemimpinnya. Inilah juga yang dilakukan oleh IPM terutama di Sulawesi Selatan ini.
Tulisan ini bukan bermaksud untuk menggurui atau pun ada sesuatu yang lainnya. Hanya disebabkan masih banyak pelajar-pelajar terutama yang telah mengikuti Pellatihan Kader di IPM masih banyak yang tidak tahu tentang hal itu. Inipun bukan hal yang sangat urgensi, apakah mereka harus tahu atau tidak. Minimal mereka tahu bahwa di IPM ada jargon “Pelajar Inspiratif”. Lalu bagaimana dengan yang sekarang, ketika Rapat Kerja Wilayah PW IPM Sulsel di Benteng Somba Opu memperkenalkan jargon “Pelajar Solutif” bahwa pelajar hari ini harus mampu menjadi bagian dari solusi bukan malah sebaliknya. Itu hanya sedikit sekali saja yang saya dapatkkan dari jargon tersebut.
Sekaitan dengan semua itu, saya teringat pada saat masuk di DAD IMM hari terakhir kami ada seorang kakanda berpesan “jika kalian bukan bagian dari solusi maka kalian bagian dari masalah,” kalimat itupun di abadikan di baju kaos berwarna merah dibelakangnnya bertuliskan sebagaimana pesan kakanda di atas. Terlepas itu semua hanyalah sebagai pengingat bagi saya dan siapun itu untuk terus menjasi bagian dari solusi bukan malah sebaliknya.
Jargon “pelajar solutif” sempat viral pembahasannya di sebuah grup WA mengenai apa sebenarnya kata “solutif” jika ditinjau dari etimologi dan terminology. Inipun masih menjadi perdebatan ketika itu tentang bagaimana sebenarnya makna “solutif”, saya sendiripun sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan makna yang sesungguhnya jika ditinjau dari aspek teksnya baik etimologi dan terminologinya. Inti yang sebenarnya bukan hanya tertulis dalam sebuah tulisan, spanduk, baliho atau dimanapun itu. Inti dari semua itu adalah aplikasi dari kata tersebut. Mengapa demikian? Kata tersebut mudah sekali dalam lisan-lisan pelajar tetapi masih sangat sulit untuk mengaplikasikan dari jargon “pelajar solutif”, termasuk penulis sendiri masih sangat jauh dari harapan tentang bagaimana seharusnya jargon tersebut.
Sekali lagi, saya hanya ingin mengaskan bahwa penulis masih sangat jauh dalam menafsirkan jargon “pelajar solutif” itu. Tulisan ini terinspirasi dari kegiatan dialog yang dilaksanakan oleh Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kab. Jeneponto. Salah satu dari narasumber tersebut memperkenalkan tentang “pemuda solution”, saya tidak tahu kapan kata ini muncul yang memiliki muatan dan kekuatan yang sangat dahsyat yang diucapkan dari salah satu narasumber tersebut. Hanya saja saya tidak ingat lagi siapa nama narasumber tersebut. Hanya yang saya ingat adalah tentang “pemuda solution” jika demikian tentunya sebagai seorang pelajar menjadi tanggungjawab kita untuk terus berbenah diri.
Eksistensi sebagai pelajar harus betul-betul mampu menjadi solution meminjam istilah dari narasumber tersebut di atas, saya pun masih belum mengetahui betul apa makna dari dua kata yakni “solution” dan “solutif”. Jika dalam kamus Bahasa inggris kata solution bermakna; cara pemecahan/penyelesaian (to a problem), (liquid) larutan. Namun, kata “solutif” dalam kamus Bahasa inggris tidak ada kata tersebut. Boleh jadi ada pemaknaan lain dari kata tersebut yang contoh kecilnya adalah ada penambahan imbuhan sebagai contoh production menjadi productif dan lain-lain.
Tulisan ini masih jauh kata sempurna dalam hal memakna kata “solultion” dan “solutif”. Tulisan ini hanya sekedar untuk melepas penat saja di pagi hari ini. sebab saya agak lama tidak bergelut dalam penulisan. Dan saya hanya berharap tulisan  ini mampu membuka cakrawala berpikir kita masing-masing tentang pemaknaan jargon tersebut. IPM dalam dua tahun ke depan lebih kepada gerakan keilmuan. Olehnya itu, sebagai seorang kader untuk mampu mengejewantahkan dari apa yang menjadi tujuan gerakan kita yakni bagaimana pelajar Muhammadiyah mampu membaca sebuah itu dan menjadi solusi dari apa yang menjai harapan kita semua.
Tentu saja bukan hanya dengan berpangku tangan tetapi. Inilah adalah kewajiban kita semua sebagai pelajar Muhammadiyah untuk menulis sebagian bagian dari gerkan ilmu dan agar pelajar Muhmmadiyah terus membaca dan menulis untuk menjadi “solutif generation”.
Semoga kita semua mampu menjadi generasi solutif yang diharapkan untuk bekerja dan berkarya nyata untuk mewujudkan IPM tujuan IPM. Dan satu lagi hampir terlupakan bahwa judul di atas adalah ambil dari grup WA yang dibuat oleh PW IPM Sulsel, anggotanya termasuk saya dan hamper semua pimpinan yang ada di Sulsel ini.
Sekali lagi saya sangat menyadari bahwa tulisan ini maih jauh dari kesempurnaan dan masih perlu masukan dan kritikan yang membangun dari semua pembaca yang membaca tulisan ini. sebelum tulisan ini saya akhiri ada sebuah kata-kata yang sering dilontarkan oleh kader IPM bahwa “salam pena, karena pena adalah symbol kejayaan” kalimat ini sering terngiang di telinga saya saat kader pelajar Muhammadiyah sebelum mengakhiri pembicaraannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar