Pemaknaan suatu kata terkadang berbeda
dari aspek sudut pandang sebab seseorang memiliki potensi dan peran serta
pemikiran yang berbeda. Terkadang pemaknaan suatu kata ini pun sarat dengan
sesuatu yang sangat krusial sekalipun. Pemaknaan itu harus dilandasi dengan
sesuatu yang bisa tetap bertahan dan dipertahankan agar tetap menjadi viral dan
tersebar dimana-mana baik melalui media cetak, elektronik dan medsos
Pelajar sebagai bagian dari IPM tidak
bisa dipisahkan keduanya bagai sisi mata uang. Keduanya berbeda tetapi berada
dalam organ. Jika sebelumnya Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Sulawesi Selatan yang menjadi jargon gerakannya adalah bagaimana IPM mampu
menjadi “inspiratif” yang kita kenal dengan nama “pelajar inspiratif” tentu hal
itu wajar-wajar saja karena setiap pemimpin ada masanya dan setiap masa ada
pemimpinnya. Inilah juga yang dilakukan oleh IPM terutama di Sulawesi Selatan
ini.
Tulisan ini bukan bermaksud untuk
menggurui atau pun ada sesuatu yang lainnya. Hanya disebabkan masih banyak
pelajar-pelajar terutama yang telah mengikuti Pellatihan Kader di IPM masih
banyak yang tidak tahu tentang hal itu. Inipun bukan hal yang sangat urgensi,
apakah mereka harus tahu atau tidak. Minimal mereka tahu bahwa di IPM ada jargon
“Pelajar Inspiratif”. Lalu bagaimana dengan yang sekarang, ketika Rapat Kerja
Wilayah PW IPM Sulsel di Benteng Somba Opu memperkenalkan jargon “Pelajar
Solutif” bahwa pelajar hari ini harus mampu menjadi bagian dari solusi bukan
malah sebaliknya. Itu hanya sedikit sekali saja yang saya dapatkkan dari jargon
tersebut.
Sekaitan dengan semua itu, saya teringat
pada saat masuk di DAD IMM hari terakhir kami ada seorang kakanda berpesan
“jika kalian bukan bagian dari solusi maka kalian bagian dari masalah,” kalimat
itupun di abadikan di baju kaos berwarna merah dibelakangnnya bertuliskan
sebagaimana pesan kakanda di atas. Terlepas itu semua hanyalah sebagai
pengingat bagi saya dan siapun itu untuk terus menjasi bagian dari solusi bukan
malah sebaliknya.
Jargon “pelajar solutif” sempat viral
pembahasannya di sebuah grup WA mengenai apa sebenarnya kata “solutif” jika
ditinjau dari etimologi dan terminology. Inipun masih menjadi perdebatan ketika
itu tentang bagaimana sebenarnya makna “solutif”, saya sendiripun sebenarnya
tidak terlalu mempermasalahkan makna yang sesungguhnya jika ditinjau dari aspek
teksnya baik etimologi dan terminologinya. Inti yang sebenarnya bukan hanya
tertulis dalam sebuah tulisan, spanduk, baliho atau dimanapun itu. Inti dari
semua itu adalah aplikasi dari kata tersebut. Mengapa demikian? Kata tersebut
mudah sekali dalam lisan-lisan pelajar tetapi masih sangat sulit untuk
mengaplikasikan dari jargon “pelajar solutif”, termasuk penulis sendiri masih
sangat jauh dari harapan tentang bagaimana seharusnya jargon tersebut.
Sekali lagi, saya hanya ingin mengaskan
bahwa penulis masih sangat jauh dalam menafsirkan jargon “pelajar solutif” itu.
Tulisan ini terinspirasi dari kegiatan dialog yang dilaksanakan oleh Pimpinan
Daerah Pemuda Muhammadiyah Kab. Jeneponto. Salah satu dari narasumber tersebut
memperkenalkan tentang “pemuda solution”, saya tidak tahu kapan kata ini muncul
yang memiliki muatan dan kekuatan yang sangat dahsyat yang diucapkan dari salah
satu narasumber tersebut. Hanya saja saya tidak ingat lagi siapa nama
narasumber tersebut. Hanya yang saya ingat adalah tentang “pemuda solution”
jika demikian tentunya sebagai seorang pelajar menjadi tanggungjawab kita untuk
terus berbenah diri.
Eksistensi sebagai pelajar harus
betul-betul mampu menjadi solution meminjam istilah dari narasumber tersebut di
atas, saya pun masih belum mengetahui betul apa makna dari dua kata yakni
“solution” dan “solutif”. Jika dalam kamus Bahasa inggris kata solution
bermakna; cara pemecahan/penyelesaian (to a problem), (liquid) larutan. Namun,
kata “solutif” dalam kamus Bahasa inggris tidak ada kata tersebut. Boleh jadi
ada pemaknaan lain dari kata tersebut yang contoh kecilnya adalah ada
penambahan imbuhan sebagai contoh production menjadi productif dan lain-lain.
Tulisan ini masih jauh kata sempurna
dalam hal memakna kata “solultion” dan “solutif”. Tulisan ini hanya sekedar
untuk melepas penat saja di pagi hari ini. sebab saya agak lama tidak bergelut
dalam penulisan. Dan saya hanya berharap tulisan ini mampu membuka cakrawala berpikir kita
masing-masing tentang pemaknaan jargon tersebut. IPM dalam dua tahun ke depan
lebih kepada gerakan keilmuan. Olehnya itu, sebagai seorang kader untuk mampu
mengejewantahkan dari apa yang menjadi tujuan gerakan kita yakni bagaimana pelajar
Muhammadiyah mampu membaca sebuah itu dan menjadi solusi dari apa yang menjai
harapan kita semua.
Tentu saja bukan hanya dengan berpangku
tangan tetapi. Inilah adalah kewajiban kita semua sebagai pelajar Muhammadiyah
untuk menulis sebagian bagian dari gerkan ilmu dan agar pelajar Muhmmadiyah terus
membaca dan menulis untuk menjadi “solutif generation”.
Semoga kita semua mampu menjadi generasi
solutif yang diharapkan untuk bekerja dan berkarya nyata untuk mewujudkan IPM
tujuan IPM. Dan satu lagi hampir terlupakan bahwa judul di atas adalah ambil
dari grup WA yang dibuat oleh PW IPM Sulsel, anggotanya termasuk saya dan
hamper semua pimpinan yang ada di Sulsel ini.
Sekali lagi saya sangat menyadari bahwa
tulisan ini maih jauh dari kesempurnaan dan masih perlu masukan dan kritikan
yang membangun dari semua pembaca yang membaca tulisan ini. sebelum tulisan ini
saya akhiri ada sebuah kata-kata yang sering dilontarkan oleh kader IPM bahwa
“salam pena, karena pena adalah symbol kejayaan” kalimat ini sering terngiang
di telinga saya saat kader pelajar Muhammadiyah sebelum mengakhiri
pembicaraannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar