Dimulai dari huruf
demi huruf menjadi rangkaian kata. Rangkaian kata itupun menjadi sebuah kalimat
dan akhirnya menjadi paragraph. Dari setiap paragraph membentuk menjadi
halaman dalam sebuah lembaran kemudian menjadi lembaran-lembaran yang sarat
akan makna dari narasi tersebut. Tak mudah untuk menuliskan konsep yang telah
tertanam dalam otak dan pikiran kita. Konsep biasanya hanya sebatas retorika
belaka jika tak mampu kita tuliskan.
Sama halnya dengan
apa yang menjadi harapanku ingin mengabadikan zaman lewat tulisan. Namun, itu
masih sulit untuk Aku wujudkan dalam sebuah tulisan. Aku tak cakap bernarasi
lewat lisan apalagi narasi lewat tulisan. Aku masih belum mampu merangkai kata
yang baik dan bijak untuk dibaca dan didengarkan oleh orang lain. Aku bukanlah seorang
yang pandai bersyair yang mampu menggugah hati seseorang. Aku bukanlah seorang
orator ulung yang mampu mempengaruhi orang lain di atas mimbar. Aku bukanlah seorang
pujangga cinta mampu memikat wanita. Dan Aku bukanlah seorang bijak yang mampu
melunakkan hati menjadi tentram. Tetapi, Aku adalah diriku sendiri yang ingin
mempunyai secerca kreatifitas dan ingin berkarya nyata lewat tulisan ini.
Mengolah kata
dalam lisan dan tulisan masih begitu sulit untuk Aku lakukan dan memang tak
mudah perlu proses dari semua itu. Proses membawa sebuah perubahan yang
signifikan dalam hidupku. Aku bukanlah orang kaya yang mampu membeli segala apa
yang diinginkan. Aku hanyalah orang sederhana yang yang mempunyai impian besar
dalam hidupku. Aku hanya berusaha menjadi pribadi yang dapat bermanfaat dengan
alam sekitarku baik keluargaku, kerabat, kolega, dan siapapun itu. Aku hanya
terus berusaha sesuai dengan kemampuanku tak lebih dan tak kurang.
Aku ingin
menuliskan sebuah cerita dalam narasiku. Aku pikir apakah Aku mampu menuliskan
hal itu atau malah sebaliknya. Intinya Aku hanya berikhtiar mencapai angan yang
tak kesampaian. Mimpi yang masih terkubur dalam benakku. Impian yang masih
sebatas konsep tak terjewantahkan dalam karya nyata. Aku seaka terobsesi sekali
dengan tema yang diangkat oleh Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Sulawesi Selatan periode 2016 – 2018. Dengan beberapa kata kunci dari tema
tersebut seperti kata “optimalisasi”,“Daya Kreatif”, “berkemajuan” dan “berkarya
nyata”. Selama ini memang masih jarang dan sangat terbatas yang ingin
betul-betul berkarya nyata dalam hidupnya. Apakah karena motivasi dalam
mengarungi hidup itu tidak terlalu bermakna.
Kehidupan ini
semakin bergulir dengan berpacu kecepatan waktu, ruang, gerak dan segala aspek
yang mengelilinginya. Narasi kehidupan ini bagai tak tentu arah yang bias saja
diterjang ombak yang besar dengan jurang yang sangat dalam. Alamak, ngerihnya
kehidupan ini yang telah terkontaminasi oleh berbaagai kepentingan belaka. Mengejar
karir, harta, tahta dan termasuk wanita. Sebuah itu adalah perhiasan dunia yang
mampu membuat seseorang mabuk kepayang tak berperih.
Sejalan dengan
itu, narasi kehidupan ini mulai amburadul tak beraturan system disana disini
diganti jika tak cocok dengan kelompok tertentu. Inilah betapa rumitnya narasi
kehidupan ini bagai macet ditengah jalan. Narasi kehidupan itu hampir hilang
bersama bayangannya. Narasi kehidupan itu hampir ditelan waktu. Nyatanya,
narasi kehidupan itu tersangkut di sebuah tempat yang sangat dalam. Hanya orang
yang mempunyai keberanian yang bias mendapatkannya. Hanyalah mereka yang berani
berkorban demi orang banyak. Hanylah mereka yang ingin menyisihkan waktunya
walau hanya sejenak saja. Hanyalah mereka yang tak putus asa mengarungi
nasibnya. Dan bagi mereka yang masih mempunyai harapan untuk mendapatkan narasi
kehidupan itu.
Semua itu karena
lekang oleh waktu, jarak dan ruang yang mengelilingi kita semua. Apakah kita bisa
membuat narasi kehidupan itu dengan baik atau malah sebaliknya. Tentunya itu
semua hanyalah waktu yang bisa menjawab dari apa yang menjadi tanggungjawab
kita bersama. Hari ini masih begitu sulit merangkai narasi kehidupan tersebut. Masih
ada saja hal yang menjadi tantangan dan hambatan yang menjadi penghalang dari
apa yang mesti dilakukan oleh kita. Masih ada saja yang ingin memutus tali mata
rantai kita dalam bergerak tetapi itulah setitik narasi kehidupan kita.
Banyak yang
menyangka bahwa orang yang narasi kehidupannya baik nyatanya mempunyai
keterbatasan dalam geraknya. Apakah telah berakhir. Nyatanya belum masih banyak
hal yang memang menjadi pekerjaan rumah untuk diselesaikan dan itu butuh proses
panjang atau pendek tergantung bagaimana mengelola waktu menjadi baik dari apa
yang telah menjadi rencana bersama. Bahkan ada juga yang ingin membuat narasi
kehidupannya sendiri. Sebab Tuhan mengatakan hal itu dalam Kitab-Nya yang
agung. Tinggal bagaimana narasi kehidupan itu menjadi baik.
Entahlah apakah itu akan terwujud atau tidak. Sekali
lagi hanya persoalan waktu dan usaha yang bisa dilakukan melalui doa-doa kita
agar narasi kehidupan tersebut tak lekang oleh waktu. Boleh jadi hari ini,
besok atau itu akan terwujud suatu saat nanti dimana saat yang tepat dan benar
dalam aktivitas yang dilakukan. Sekali lagi tak mudah untuk meraih kebahagiaan
dengan narasi kehidupan yang baik dan bijak dalam mengambil sebuah tindakan.
Aku baru
tersadarkan bahwa narasi itu masih panjang dan Aku masih butuh kekuatan untuk
meraihnya. Aku masih tetap disini berdiam sejenak apakah Aku bisa atau tidak.
Aku akan selalu berdoa agar narasi kehidupan itu masih bisa Aku dapatkan meski
hanyalah setitik dari narasi kehidupan yang ada. Memang, harus Aku akui bahwa
tiada keberhasilan tanpa ada sebuah pengorbanan baik itu pikiran, tenaga,
materi dan lain-lainnya yang bisa mengnartkanku untuk meraih secerca harapan
tersebut.
Akhirnya sampai
disinilah kutuliskan narasiku untukmu, untuknya dan untuk kita semua. Aku tak
berharap lebih jika memang suatu saat nanti itu tak terjawabkan. Aku hanya
memohon kepada Tuhan agar dikuatkan hatiku dandilapangkan hatiku menerima
segala apa yang menjadi resiko dalam setiap keputusanku. Tersadarku dalam
hidupku. Aku hanyalah manusia biasa yang masih banyak kekurangan dan keterbatasan.
Terkadang congkak dan ambisisus dalam sikapku. Tetapi Aku senantiasa mencoba
tersadar dari apa yang menjadi tanggungjawabku sebagai khalifah di bumi Tuhan
sebagai bagian dari narasi kehidupanku dengan sedikit senyuman paling manis dan
merekah kepada alam semesta.