Kata Mutiara

Tidak akan kembali hari-hari yang telah berlalu

Selasa, 30 Mei 2017

NARASI KEHIDUPAN



 
Sandi Ibnu Syam

Dimulai dari huruf demi huruf menjadi rangkaian kata. Rangkaian kata itupun menjadi sebuah kalimat dan akhirnya menjadi paragraph. Dari setiap paragraph membentuk   menjadi halaman dalam sebuah lembaran kemudian menjadi lembaran-lembaran yang sarat akan makna dari narasi tersebut. Tak mudah untuk menuliskan konsep yang telah tertanam dalam otak dan pikiran kita. Konsep biasanya hanya sebatas retorika belaka jika tak mampu kita tuliskan.
Sama halnya dengan apa yang menjadi harapanku ingin mengabadikan zaman lewat tulisan. Namun, itu masih sulit untuk Aku wujudkan dalam sebuah tulisan. Aku tak cakap bernarasi lewat lisan apalagi narasi lewat tulisan. Aku masih belum mampu merangkai kata yang baik dan bijak untuk dibaca dan didengarkan oleh orang lain. Aku bukanlah seorang yang pandai bersyair yang mampu menggugah hati seseorang. Aku bukanlah seorang orator ulung yang mampu mempengaruhi orang lain di atas mimbar. Aku bukanlah seorang pujangga cinta mampu memikat wanita. Dan Aku bukanlah seorang bijak yang mampu melunakkan hati menjadi tentram. Tetapi, Aku adalah diriku sendiri yang ingin mempunyai secerca kreatifitas dan ingin berkarya nyata lewat tulisan ini.
Mengolah kata dalam lisan dan tulisan masih begitu sulit untuk Aku lakukan dan memang tak mudah perlu proses dari semua itu. Proses membawa sebuah perubahan yang signifikan dalam hidupku. Aku bukanlah orang kaya yang mampu membeli segala apa yang diinginkan. Aku hanyalah orang sederhana yang yang mempunyai impian besar dalam hidupku. Aku hanya berusaha menjadi pribadi yang dapat bermanfaat dengan alam sekitarku baik keluargaku, kerabat, kolega, dan siapapun itu. Aku hanya terus berusaha sesuai dengan kemampuanku tak lebih dan tak kurang.
Aku ingin menuliskan sebuah cerita dalam narasiku. Aku pikir apakah Aku mampu menuliskan hal itu atau malah sebaliknya. Intinya Aku hanya berikhtiar mencapai angan yang tak kesampaian. Mimpi yang masih terkubur dalam benakku. Impian yang masih sebatas konsep tak terjewantahkan dalam karya nyata. Aku seaka terobsesi sekali dengan tema yang diangkat oleh Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sulawesi Selatan periode 2016 – 2018. Dengan beberapa kata kunci dari tema tersebut seperti kata “optimalisasi”,“Daya Kreatif”, “berkemajuan” dan “berkarya nyata”. Selama ini memang masih jarang dan sangat terbatas yang ingin betul-betul berkarya nyata dalam hidupnya. Apakah karena motivasi dalam mengarungi hidup itu tidak terlalu bermakna.
Kehidupan ini semakin bergulir dengan berpacu kecepatan waktu, ruang, gerak dan segala aspek yang mengelilinginya. Narasi kehidupan ini bagai tak tentu arah yang bias saja diterjang ombak yang besar dengan jurang yang sangat dalam. Alamak, ngerihnya kehidupan ini yang telah terkontaminasi oleh berbaagai kepentingan belaka. Mengejar karir, harta, tahta dan termasuk wanita. Sebuah itu adalah perhiasan dunia yang mampu membuat seseorang mabuk kepayang tak berperih.
Sejalan dengan itu, narasi kehidupan ini mulai amburadul tak beraturan system disana disini diganti jika tak cocok dengan kelompok tertentu. Inilah betapa rumitnya narasi kehidupan ini bagai macet ditengah jalan. Narasi kehidupan itu hampir hilang bersama bayangannya. Narasi kehidupan itu hampir ditelan waktu. Nyatanya, narasi kehidupan itu tersangkut di sebuah tempat yang sangat dalam. Hanya orang yang mempunyai keberanian yang bias mendapatkannya. Hanyalah mereka yang berani berkorban demi orang banyak. Hanylah mereka yang ingin menyisihkan waktunya walau hanya sejenak saja. Hanyalah mereka yang tak putus asa mengarungi nasibnya. Dan bagi mereka yang masih mempunyai harapan untuk mendapatkan narasi kehidupan itu.
Semua itu karena lekang oleh waktu, jarak dan ruang yang mengelilingi kita semua. Apakah kita bisa membuat narasi kehidupan itu dengan baik atau malah sebaliknya. Tentunya itu semua hanyalah waktu yang bisa menjawab dari apa yang menjadi tanggungjawab kita bersama. Hari ini masih begitu sulit merangkai narasi kehidupan tersebut. Masih ada saja hal yang menjadi tantangan dan hambatan yang menjadi penghalang dari apa yang mesti dilakukan oleh kita. Masih ada saja yang ingin memutus tali mata rantai kita dalam bergerak tetapi itulah setitik narasi kehidupan kita.
Banyak yang menyangka bahwa orang yang narasi kehidupannya baik nyatanya mempunyai keterbatasan dalam geraknya. Apakah telah berakhir. Nyatanya belum masih banyak hal yang memang menjadi pekerjaan rumah untuk diselesaikan dan itu butuh proses panjang atau pendek tergantung bagaimana mengelola waktu menjadi baik dari apa yang telah menjadi rencana bersama. Bahkan ada juga yang ingin membuat narasi kehidupannya sendiri. Sebab Tuhan mengatakan hal itu dalam Kitab-Nya yang agung. Tinggal bagaimana narasi kehidupan itu menjadi baik.
 Entahlah apakah itu akan terwujud atau tidak. Sekali lagi hanya persoalan waktu dan usaha yang bisa dilakukan melalui doa-doa kita agar narasi kehidupan tersebut tak lekang oleh waktu. Boleh jadi hari ini, besok atau itu akan terwujud suatu saat nanti dimana saat yang tepat dan benar dalam aktivitas yang dilakukan. Sekali lagi tak mudah untuk meraih kebahagiaan dengan narasi kehidupan yang baik dan bijak dalam mengambil sebuah tindakan.
Aku baru tersadarkan bahwa narasi itu masih panjang dan Aku masih butuh kekuatan untuk meraihnya. Aku masih tetap disini berdiam sejenak apakah Aku bisa atau tidak. Aku akan selalu berdoa agar narasi kehidupan itu masih bisa Aku dapatkan meski hanyalah setitik dari narasi kehidupan yang ada. Memang, harus Aku akui bahwa tiada keberhasilan tanpa ada sebuah pengorbanan baik itu pikiran, tenaga, materi dan lain-lainnya yang bisa mengnartkanku untuk meraih secerca harapan tersebut.
Akhirnya sampai disinilah kutuliskan narasiku untukmu, untuknya dan untuk kita semua. Aku tak berharap lebih jika memang suatu saat nanti itu tak terjawabkan. Aku hanya memohon kepada Tuhan agar dikuatkan hatiku dandilapangkan hatiku menerima segala apa yang menjadi resiko dalam setiap keputusanku. Tersadarku dalam hidupku. Aku hanyalah manusia biasa yang masih banyak kekurangan dan keterbatasan. Terkadang congkak dan ambisisus dalam sikapku. Tetapi Aku senantiasa mencoba tersadar dari apa yang menjadi tanggungjawabku sebagai khalifah di bumi Tuhan sebagai bagian dari narasi kehidupanku dengan sedikit senyuman paling manis dan merekah kepada alam semesta.

MERAWAT KEGELISAHAN

Sandi Ibnu Syam
(Ketua Umum PD IPM Jeneponto)

Jika Aku harus hijrah kembali maka Aku akan lebih matangkan hatiku ikhlas. Sebab itulah satu-satunya mengharap ridha-Nya. Memang tak mudah mengambil sebuah keputusan yang tepat dari segala apa yang telah kita lakukan. Jalan terjal selalu meghampiri kita namun seiring dengan itu jalan lain itupun selalu ada. Hanya satu hal yaitu dengan keyakinan kita kepada sang Khaliq bahwa segala apa yang telah terjadi karena sunnatullah walau harus disadari ada usaha yang kita lakukan.
Dilematis itu selalu menghantui diriku, diri ini seakan goyah tak berperih selalu saja ada sesuatu yang mengganjal, nyatanya itu sebuah keragu-raguan. Dan keragu-raguan itu datangnya dari bisikan syaithan. Kategori syaithan pun ada dua macam. Syaithan dari bentuk jin makhluk ghaib tak kasat mata dan syaithan dari bentuk manusia yang kasat mata. Ini dapat kita sinyalir dari sebuah ayat dalam Al-Qur’an yang terdapat pada Qur’an Surah An-Nas ayat 6 yang berbunyi, “Dari godaan Jin dan manusia”,
Ayat di atas mengisyaratkan kepada kita sebagai manusia untuk selalu berhati-hati dalam mengambil sebuah keputusan. Apakah keputusan itu tepat atau malah sebaliknya kurang tepat. Hanya ada satu hal yang bias kita lakukan dengan senantiasa yakin kepada Allah swt. atas segala apa yang kita lakukan dengan terus memohon dengan petunjuk-Nya.
Ada satu hadits yang terdapat dalam Hadits Arbain An-Nawawiyah hadits ke-11 tentang meninggalkan sesuatu yang meragukan. Hadits itu berbunyi, Dari Abu Muhammad Hasan bin Ali bin Abu Thalib ra., cucu dan kesayangan Rasulullah saw. Berkata: Saya hafal dari Rasulullah saw, “Tinggalkanlah apa yang meragukanmu dan kerjakanlah apa yang tidak meragukanmu.” (HR. Tirmidzi dan Nasa’I, Tirmidzi berkomentar, “ini adalah hadits hasan sahih.”)
 Kiranya hadits di atas bias kita lakukan dimana dan kapanpun kita berada serta segala aktivitas yang akan kita lakukan. Persoalan keraguan itu selalu saja menghampiri siapa saja baik kalangan bawah, menengah dan kalangan atas. Sebenarnya, ragu, gelisah, sedih, apapun itu semua itu hanya satu dari sekian ujian yang Allah berikan kepada hambanya. Terkadang Allah menguji hambanya dengan kesenangan, kesedihan dan kesabaran. Tiga hal itu berpacu dalam satu melodi cinta, bahwa Allah begitu dekat dengan kita. Nyatanya kitalah seorang manusia terkadang lupa dan kita seakan-akan lupa kepadanya.
Jika demikian, ada satu hal yang mestinya seorang hamba harus tahu, boleh jadi kita pernah melakukan satu kesalahan (baca:dosa) atau beberapa kesalahan terhadap sang Khaliq lalu ia menimpakan kepada kita sebuah musibah. Dalam Al-Qur’an beberapa ayat menjelaskan hal itu tentang musibah yang menimpa diri masing-masing hamba. Itu terjadi ketika apa yang pernah kita lakukan itu telah kita lupakan lalu kemudian Allah menimpakan musibah tersebut.
Ujian atau musibah itu sesuatu yang pasti akan menimpa siapa, dimana dan kapanpun itu. Telah jelas dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 155-156, bunyinya, “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan, harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu apabila orang-orang ditimpa musibah, mereka berkata, “Inna lillah wa inna ilaihi raji’un (sesungghnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali.”
Mari terus berbenah hati, tiada yang dapat membolak-balikkan hati seorang hamba kecuali Allah. Yah, kembali ke jalan Allah dengan jalan yang lurus bukan jalan yang sesat dan bukan pula jalan yang dimurkai-Nya. Istiqamahkan hati kita kepada Allah, kita harus yakin bahwa Allah adalah Pemberi rezeki, jodoh, kesehatan, kesempatan dan lain-lainnya. Mari kita lapangkan dada kita sebagaimana Nabi Muhammad saw . dilapangkan hatinya oleh Allah yang terdapat dalam Qur’an Surah Al-Insyirah ayat 1, bunyinya, “Bukankah Kami telah melapangkan dadamu(Muhammad)?,
Ayat ini menandakan bahwa seorang hamba hatinya harus lapang(baca:luas) sebab hati umpama wadah atau tempat untuk meletakkan sesuatu. Jika wadah itu sempit tidak akan menampung sesuatu itu, namun jika wadahnya luas maka wadah tersebut akan menampung segala sesuatunya. Sekali lagi mari lapangkan dada kita segala apa yang terjadi disana ada sebuah petunjuk Allah bahwa masih ada secerca harapan. Sebab hamba yang ketika musibah menimpanya Allah sangat rindu mendengar rintihan, keluhan hambanya. Malaikat akan turun ke bumi melihat hamba Allah yang merasa kekurangan baik jiwa, harta, motivasi kemudian Malaikat menghadap Kepada Allah untuk melaporkan bahwa ada hamba-MU yang tertimpa masibah dan senantiasa menyebut nama-Mu.
Segala penyakit baik fisik mapun psikis ada obatnya, tinggal bagaimana obat tersebut kita temukan dengan mencari dimana obat tersebut berada. Intinya, tidak ada kata putus asa sebab putus asa hanya bagi mereka yang ingkar terhadap nikmat Allah. Telah jelas dalam Qur’an Surah Yusuf ayat 87 bunyinya, “Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang kafir,”.
Marilah kita untuk terus berusaha agar rahmat Allah selalu mengelilingi kita. Agar rahmat tersebut kita jaga dan tentu Allah akan memberikan rahmat-Nya kepada kita semua. Semua itu tidak akan tercapai jika bukan dari pribadi hamba tersebut. Sebab hanya kita masing-masing yang dapat mengubah semua itu. Sebagaimana dalam firman Allah Qur’an Surah Ar-Rad ayat 11, bunyinya, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah nasib mereka,”. Apakah ini tidak jelas, tentu jelaslah.
Intinya seorang hamba harus senantiasa mengingat Allah swt. “Maka ingatlah kepada-Ku. Akupun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan jangan kamu ingkar kepada-Ku.(QS.Albaqarah:152). Mengapa demikian, “Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah yang mendapat petunjuk,”(QS.Al-Baqarah:157).  Sebuah petunjuk Tuhan kepada manusia jika mereka ingat dan bersyukur kepada Tuhan kita Allah swt. dan mudah-mudahan kita semua tidak mendustakan segala nikmat yang Allah berikan kepada hamba_Nya. “Maka nikmat yang manakah yang kamu dustakan?”. Oleh karena itu, seorang hamba Allah janganlah lupa kepada-Nya apalagi jika seakan-akan lupa kepada-Nya maka Allah akan melupakan untuk diri kita masing-masing.
Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.”(QS.Al-Hasyr:19). Ngeri juga yah. Tiada yang yang pantas kita ucapkan kecuali Maha suci Allah, Tuhan semesta Alam. Kiranya ini sebagai pengingat bagi mereka yang lupa. Sebagai penerang obor bagi mereka yang diliputi rahmat dan sebagai renungan bagi mereka yang ingkar dan sombong akan kekuasaan Allah.
Tulisan di atas hanyalah untuk merawat kegelisahan yang menimpa diriku dengan menulis untuk mengabadikan zaman. Tak lebih dan tak kurang hanya sebagai pelipur laraku dalam setiap kegundahan karena Aku yakin Allah bersama orang-orang yang sabar dan semoga ini sebagai kabar gembira dari Allah sebagaimana dalam firman-Nya, bunyinya, “Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “ Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati, dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu”.
Aku berharap kepada Allah, dengan segala musibah yang menimpaku selama ini semoga itu menjadi penggugur dosa-dosaku baik yang sengaja Aku lakukan maupun yang tidak sengaja Aku lakukan. Kiranya inilah caraku merawat kegelisahanku dan mengabadikan zaman dengan cara menuliskan isi hatiku yang tak mampu Aku utarakan lewat lisan. Sekali ini hanyalah caraku mengolah hati agar menjadi tenang dengan mengingat Allah swt. dengan mengingat Firman Allah, “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentramdengan mengingat Allah. Ingatlah,hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram,”(QS. Ar-Rad:28).