Kata Mutiara

Tidak akan kembali hari-hari yang telah berlalu

Senin, 23 November 2015

MELUKIS PELANGI


Teng....Teng.....Teng......!!!! bunyi lonceng
“Anna, mana jemputanmu” Rika bertanya ke Anna dari belakang
“Belum datang, emangnya kenapa” Anna menimpali (menunggu jemputan).
“Sini, Aku antar kamu ke rumahmu, karena Anti sedang sakit jadinya sendiri pulang dan daripada Aku pulang sendiri, Aku bonceng kamu saja, gimana” Jawab Rika lagi.
“Gimana yach, Aku telpon lagi Ayahku, mudah-mudahan ia bisa angkat terlponku,” Sahut Anna
Tuuut.... Tuuut.... Tuuuut....!!! bunyi dering Hp
“Gimana, Ayahmu angkat atau tidak” Rika bertanya
“Ia tidak angkat telponku, padahal dari tadi Aku hubungi, tapi tidak pernah diangkat” Seru Anna lagi.
“Begini saja, Aku antar kamu saja sampai di rumahmu, nanti Aku singgah di rumahku untuk beritahu Ibuku untuk mengantarmu ke rumahmu,” Jawab Rika (mengajak Anna untuk di antar pulang)
“Ok deh, Aku nurut saja,” Ujar Anna
“Gitu dong,” Seru Rika
   Mereka berdua berboncengan pulang dan di atas motor Anna berusaha menelpon Pak Agus agar tidak menjemput dan memberitahukan bahwa ia pulang dengan temannya. Lima belas kemudian mereka berdua sampai di rumah Rika. Mereka berdua naik tangga dan mengucapkan salam
“Assalamu Alaikum, Bu” ujar Rika mengucapkan salam
“Walaikum salam, oh ada tamu yach silahkan masuk,” Jawab Ibu dari dalam rumah
Anna senyum saja sambil masuk ke dalam rumah Rika. Mereka berdua masuk ke rumah Ibu Rika dan duduk di sofa yang ada di ruang tamu.
“Kita istirahat saja dulu, cuaca masih panas” ujar Rika kepada Anna.
“Iya, kita istirahat saja dulu” jawab Anna (sambil menghubungi Ayahnya yang sejak dari tadi terus menghubunginya)
“Kamu mau minum,” Ujar Rika lagi ke Anna
“Air putih saja” Seru Anna lagi
“Ok” Jawab Rika
Tak lama kemudian jam telah menunjukkan pukul 02. 13 Anna telah agak lama di rimah Rika dan ia meminta untuk segera pulang ke rumahnya karena biasanya ia tidak lambat pulang. Sudah lima bela menit dari tadi istirahat, bahkan ia di suruh untuk tetapi Anna menolak karena ingin segera pulang. Sebelum mereka berdua berangkat, Rika pamit ke Ibunya untuk mengantar Anna ke rumahnya yang jaraknya sekitar satu kilometer lebih.
“Ibu, Aku pergi dulu antar Anna ke rumahnya” Ucap Rika sambil mencimu tangan Ibu Hanum.
“Aku pamit dulu Tante,” Ujar Anna juga
“Hati-hati yach, Rika jangan di balap-balap motornya” Sahut Ibu Hanum
“Iya Bu” Seru Rika lagi
“Anna ayo kita berangkat” Ujar Rika ke Anna
  Mereka berdua pun berangkat menuju ke rumah Anna, dan akhirnya Anna dapat tersambung dengan Ayahnya.
(Dari kejauhan) kamu ada dimana Nak,” Pak Agus bertanya lewat telpon.
“Aku sedang menuju ke rumah,” Sahut Anna
“Siapa yang antar kamu” Pak Agus bertanya lagi
“Rika, Pak teman satu kelas Anna” Sahut Anna lagi
“Oh iya Aku tunggu di rumah,” ujar Pak Agus
“Iya Pak, sebentar lagi sampai” seru Anna lagi
Sekitar sepuluh menit kemudian mereka berdua telah sampai di rumah Anna.
“Rika, terimah kasih banyak, telah merepotkanmu” ujar Anna setelah turun dari motor
“Iya sama-sama” jawab Rika (sambil memutar motornya)
“Naik dulu di rumah” ujar Anna lagi
“Aku keburu ke rumahku, ada PR matematika dari Pak Adnan” ucap Rika
“Kalau begitu, hati-hati di jalan yach,” seru Anna
   Rika berlalu bagai petir yang menyambar pohon, motor yang dipakai Rika motor matic berwarna putih biru. Ia mengendarai motor dengan sangat kencan jika tidak ada yang diboncengnya. Wajar saja Ibunya menasehatinya untuk berhati-hati dalam mengendarai motor sebab ia pernah jatuh dari motor akibat ulahnya sendiri dn waktu itu sempat di larikan ke rumah sakit karena banyak darah dari sekujur tubuhnya selama dua bulan. Ketika masih SMP dulu.
   Anna langsung saja masuk ke rumah setelah mengucapkan salam dan dijawab oleh Ayahnya yang sejak dari tadi menunggunya. Pak Agus tidak menjemputnya karena sementara memperbaiki motornya dan Hp-nya tadi ia charger dan nada suaranya didiamkan. Kemudian Anna langsung masuk kamar dan hanya menyinpan tas lalu bergegas ke dapur untuk mencari makanan sebab provinsi jawa tengahnya sedang berbahasa inggris. Dengan lahapnya makan ia pun kenyang dan obat penunda laparnya telah terobati oleh makanan yang dimasak oleh Risa.
  Anna masuk ke kamarnya untuk istirahat sejenak dan tidur siang sebelum shalat Ashar. Anna melihat kakaknya tidur pulas di atas kasur, Anna ingin ganggu tidur kakaknya tetapi tidak jadi lantaran ia melihat kakaknya enak sekali tidur dan ia takut dimarahi oleh kakaknya.
  Sambil istirahat ia membaca buku pelajarannya kembali dan mengerjakan tugas PR(pekerjaan rumah) matematika dari Pak Adnan. Sebab berusaha sungguh-sungguh untuk mencapai cita-cita kelak dan Anna ingin melukis pelangi di langit biru nantinya. Setelah membaca dan mengerjakan tugas PR-nya iapun istirahat untuk tidur siang agar tubuhnya kembali segar bugar.


SECERCA HARAPAN


Pagi yang indah memberi semangat baru Mentari kembali menampakkan sinarnya di ufuk timur. Semua orang pergi ke sawah ladang bagi para petani, ada yang ke sekolah baik siswa-siswi maupun guru dan dan pegawai untuk melaksanakan tugasnya masing-masing. Semua orang lalu lalang di depan rumah Risa yang sedang menyapu halaman rumah. Terlihat pak Agus dari dalam rumah juga ingin pergi ke kebun untuk membersihkan rumput-rumput liar yang mengganggu tanaman tomat dan lombok.
“Risa beri tahu Anna untuk membantumu menyapu halaman ini” seru Pak Agus sambil berlalu ke jalan menuju kebun. “Iya Paman nanti saya sampaikan, lagian ia masih bermesraan dengan bantalnya”. Sahut Risa
Ibu Aisyah datang dari rumah sebelah karena ada urusannya kemudian berkata, “mana Anna?” ujar Ibu Aisyah
“Masih tidur Bu” jawab Risa
“Kok masih tidur ini kan sudah pagi, ayo bangunkan dulu” Jawab Ibu Aisyah lagi.
Risa kemudian menyimpan sapunya dan melangkah masuk ke kamar untuk membangunkan Anna. Risa kemudian membangunkan Anna yang masih terlelap dalam tidurnya. Anna biasanya mencuci piring dan peralatan dapur setiap paginya jika malamnya belum ia cuci.
“Masih ngantuk kak,” ucap Anna yang masih di pembaringannya.
“Ayo bangun, nanti rezekinya di patok burung” Risa menimpali dengan agak keras.
“Ia deh kak, Aku bangun” Jawab Anna lagi dengan muka murung.
Risa lalu bergegas menyelesaikan tugasnya di halaman rumah untuk menyapa sebab dari tadi belum kelar-kelar. Untung tinggal sedikit dan setelah itu, Risa akan memasak nasi untuk sarapan pagi.
“Kak, bisa minta tolong, pliiisss, bisa yach kak” rayu Anna ke Risa
“Kalau Aku nggak mau” Jawab Risa
“Masa, kakak nda sayang mha adeknya” jawab Anna lagi.
“Pokoknya Aku nggak mau bantu” sambil berlalu meninggalkan Anna yang mencuci piring.
“Kalau kakak nda mau bantu, iya nda apa-apa” seru Anna.
“Emang Gue Pikirin”, sahut Risa lagi
 Risa melanjutkan untuk memasak nasi sementara Anna masih berkutat dengan sabun dan cucian yang melimpah. Sebenarnya Anna ke pengen di bantu cuci piring, sebab ia akan pergi ke sekolah setelah sarapan pagi dan ia harus cepat ke sekolah dan kebetulan hari itu adalah hari senin. Dan Risa juga tahu bahwa itu hanyalah akal-akalan Anna supaya dibantu lagi mencuci piring. Hampir setipa hari Anna dibantu oleh kakaknya untuk cuci piring. Dan hari itu, ia ingin agar Anna mengerjakan pekerjaannya sendiri. Risa juga ketika itu memasak dan menggoreng tempe dan memasaka sayur. Wajar saja Risa menolak untuk membantu Anna karena ia juga ingin menyelsaikan pekerjaannya.
Semua sarapan pagi telah siap, nasi, sayur, tempe goreng campur kecap dan lainnya siap sedia di meja makan. Risa, Anna, Ibu Aisyah dan kedua adik Anna.
“Wah, kak Risa memang hebat masak tidak seperti kak Anna yang kalau masak biasanya gosong” ujar Alam di sela-sela makan pagi.
“Ia memang kak Risa enak masakannya” Jawab Anna sedikit kecewa dengan adiknya Alam.
“Sudah-sudah, tidak bagus banyak cerita jika sementara makan” Ibu Aisyah melerai.
Risa diam saja mendengar sepupunya dan Tantenya bercerita.
Biasanya Pak Agus tidak makan bersama dengan mereka sebab ia cepat sekali makan. Dan kadang-kadang juga makan bersama dengan mereka.
Anna dan kedua adiknya berangkat ke sekolah.
“Saya pamit dulu bu” pamit Anna sambil menjulurkan tangannya untuk mencium tangan Ibunya diikuti kedua adiknya.
Risa masih di dalam rumah membereskan piring dan sisa-sisa makanan dan membersihkan piring dan yang lainnya.

Risa berharap untuk sepupunya agar tetap melanjutkan studi ketika mereka telah selesai di SMK. Begitupun kedua adik Anna agar bisa meraih cita-citanya kelak. Sebab Risa setelah selesai dari MA, tidak dapat melanjutkan kuliahnya dan sekarang ia tinggal saja di rumah. Terkadang ia juga merasa bosan tinggal di rumah terus dan belum mendapatkan pekerjaan selepas selesai dari Madrasah tempat ia menimba ilmu. Ia rencananya akan ke Makassar mencari pekerjaan dan akan tinggal di rumah kakaknya yang ada di Makassar.

DAKWAH PENCERAHAN KELAS MENENGAH

  
Dakwah pencerahan adalah dakwah yanh dilakukan untuk memberdayakan menjadi manusia/masyarakat mandiri. Secara metodologis, konsep dakwah pencerahan ala Muhammadiyah dilakukan dan meliputi tiga dimensi. Dimensi pertama, dakwah pencerahan dalam arti membebaskan. Membebaskan manusia dari berbagai hal, bukan hanya tahayul, bid’ah, dan khurafat, tetapi juga dari kemiskinan dan kebodohan. Dimensi kedua, pemberdayaan. Yaitu membedayakan masyarakat, agar mereka mampu hidup secara mandiri. Ini merupakan modal sosial yang sangat penting yang akan membantu mendorong terciptanya masyarakat yang berkemajuan, sehingga tercipta masyarakat khaeru ummah, sebagaimana diinginkan oleh Al-Qur’an. Simensi ketiga, adalah dakwah yang bersifat memajukan masyarakat. Memajukan ini merupakan konsep yang penting sebab dunia selalu berubah dan selalu terjadi kemajuan. Dengan berbagai perkembangan teknologi, makan Muhammadiyah kemudian melakukan berbagai kemajuan.
          Muhammadiyah tidak bekerja menggunakan otot, melainkan bekerja dengan otak. Secara sosiologis, Muhammadiyah juga dikenal sebagai kelas menengah. Banyak para pendukung Muhammadiyah umumnya berasal dari kelas menengah ini. Kyai Dahlan sendiri adalah berasal dari kelas menengah; beliau merupakan seorang priyayi, adbi dalem keraton, seorang ulama dan juga menekuni profesi sebagai pedagang. Para pendukungnya juga banyak dan kaum pedagaang dan kaum terpelajar.
          Kebanyakan masyarakat kelas menengah tertarik dengan pengajian yang lebih mengedepankan ritual dzikir-dzikir serta do’a-do’a tertentu. Pengajian di Muhammadiyah lebih memperhatikan aspek dzikir dan fikir umat Islam dan manusia secara umum agar masyarakat tidak terdorong hanya membenahi spiritualismenya saja, namun mereka mampu membenahi negeri ini. Secara teoretik, definisi tentang kelas menengah sangat bervariasi. Max Weber mendefinisikan elas mengah tiada lain adalah kelompok lapisan masyarakat yang lebih terdidik, berkesadaran literasi tinngi, beretos kerja ulet, tidak mudah putus asa, rasional dan sekaligus menjadi agen perubahan dalam masyarakat. Karl Marx, sebagai tokoh klasik,  juga mendifinisikan kelas menengah tiada lain adalah kamum borjuis, kelas pemilik modal, yang umumnya bersifat parasit, eksploitatif, pemnghambat dan penindas masyarakat kelas proletar, yaitu kelas yang tidak memiliki alat-alat produksi, yang dalam teologi al-Ma’un, disebut dengan mustadh’afin, kelompok masyarakat yang lemah. Kelas menengah adalah penindas kaum dhu’afa.
          Menarik bahwa menurut perhitungan ADB (Asian Development Bank) jumlah kelas menengah di Indonesia senantiasa mengalami penaikan dari waktu ke waktu. ADB menunjukkan, dalam sepuluh tahun terakhir, terjadi peningkatan distribusi populasi kelompok menengah di Indonesia dari sekitar 25 % pada tahun 1999 menjadi 43% atau sejumlah 93,3 juta jiwa pada tahun 2009. Dalam pandangan BPS (Badan Pusat Statistik), kenaikan jumlah lapisan menengah ini terjadi dengan seiring menyusutnya jumlah penduduk miskin sejak 1999. Hampir di seluruh dunia sedang mengalami pertumbuhan atau kenaikan dalam jumlah yang signifikan.
Naiknya jumlah kelas menengah dalam sebuah negara juga berkontribusi positif secara politik dan budaya. Tesis Almold dan Verba, misalnya, dinyatakan bahwa semakin tinggi derajat ekonomi suatu negara akan semakin demokratis, begitu juga dengan riset yang dikukan oleh Pew Global Attiude Survey, seperti di Chile, Rusia, Polandia, Afrika Selatan, Malaysia, Meksiko, Brasil, Mesir dan India. Apakah gejla tersebut juga berlaku di Indonesia?. Penelitian Merlyna dari Arizona State University, Amerika Serikat di Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia masih pada tahapa memenuhi kebutuhan untuk dirinya sendiri, dan belum mampu memberdayakan orang lain. Kelas menengah di Indonesia cenderung bersifat aautis dan abai dan tidak peduli terhadap lingkungannya. Selain itu, tingkat kepatuhan terhadap peraturan rendah (misalnya; bangga melanggar peraturan rambu-rambu di jalan raya, tidak mengindahkan infornasi dari crew pesawat untuk mematikan HP dan alat elektronik lainnya saat pesawat sedang melaju di run way, suka membuang sampah sembarang tempat, tidak mau tertib antri dan lain sebagainya). Alih-alih produktif, kelas menengah di Indonesia sangat konsumtif juga apolitis. Membenarkan tesis Karl Marx tentang kelas menengah, terutama di Indonesia adalah penghisap darah rakyat dengan menjadi perampok berdasi dan suka melakukan korupsi terhadap uang negara.
          Muhammadiyah sebagai gerakan pencerahan sudah semestinya membangun dan mengembangkan proposal dakwahnyanya untuk masyarakat kelas menengah. Kelas menengah yang ideal yang harus dikembangkan oleh Muhammadiyah adalah kelas menengah yang bisa menjadi pelaku tajdid (perubahan dan pembaruan), yang dengan modal iman, ilmu dan amalnya mampu membuat kemajuan, progress, kebajikan di tengah masyarakat dan peradaban global seperti saat ini. Kemudian perlu diktahui bahwa dunia sedang menghadapi  sembilan K: kelaparan, kemiskinan, ketimpangan, kebodohan, kemerosotan, kerusakan, kekerasan, ketidakadialan, dan korupsi. Pada tahap dan untuk kepantingan inilah, seharusnya dakwah Muhammadiyah kepada kaum kelas menengah seharusnya dilakukan.
          Menurt Elizabeth Warren, Amerika mampu berdiri sebagai super adidaya, karena adanya kelompok kelas menengah yang banyak dan kuat (Strong middle class). Amerika mampu hidup dan mempertahankan life style kelas menegahnya di atas tumpukan hutang. Sehingga sejatinya mereka keropos dari dalam. Uang dan barang, siapa saja yang memiliki kedua sumber pokok tersebut akan menggenggam dunia. Tak perlu diragukan lagi bahwa IMF adalah biang kekacauan di dunia. Karena kekuatannya, IMF berhasil memaksa negara-negara terutama negara berkembang untuk berhutang. Daftar tour IMF yang telah terbukti dalam catatan sejarah menyebabkan krisis ekonomi pada negara brsangkutan : a. Chile pada tahun 1973, b. Zaire pada tahun 1980, c. Rumania pada tahun 1982, d. Rusia pada tahun 1992, e. Indonesia pada tahun 1997, f. Brazil pada tahun 1998, g. Argentina pada tahun 2001, h, Latvia pada tahun 2010 dan i. Yunani pada tahun 2010. Di negeri Amerika sendiri, menurut Rainjan Sarkar dan Ravi Batara, terdapat tiga kelompok yang sangat menentukan bulat lonjongnya Amerika. Ketiga kelompok tersebut yakni, kelompok intelektual (rule og ideas), acquisitor (rule of wealth), dan warrior (rule of force). Presiden Amerika, John F. Kennedy membenarkan hal itu. Ia pernah mengungkapkan bahwa “ada plot di negeri ini untuk memperbudak setiap orang, sebelum saya meninggalkan jabatan dan mulia, saya berniat untuk mengekspos plot ini”.
Masyarakat kapitalisme adalah masyarakat konsumen. Konsumsi merupakan barang penting dalam abad modern yang serba materi sekarang ini, sehingga muncul adigium yang berlaku bahwa hidup manusia dalam balutan kapitalisme, hanyalah sekedar work, eat, buy, konsume then die. Ada tiga tipe penduduk dunia; Mereka yang membuat sesuatu terjadi, mereka yang menonton sesuatu terjadi, dan mereka bertanya-tanya apa yang terjadi. Dalam survey Happy Planet Index, Indonesia termasuk dalam kategori negara miskin tapi bahagia (poor but happy), bersam dengan negara Bhutan, Burma, Cina, India, Laos, Malaysia, Maroko, Pakistan, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Sementara itu negara yang termasuk miskin dan tidak bahagia adalah Kamboja, Etiopia, Georgia, Irak, Kenya, Madagaskar, Mongolia, Nogeria, Polandia, Rusia, Sudan, dan Uganda. Negara kaya dan bahagia adalah Austria, Belgia, Finlandia, Perancis, Jerman, Belanda, Singapura, Swedia dan Swiss. Negara kaya namun tidak bahagia adalah Australia, Kanada, Yunani, Iran, Jepang, Kuwait, Luxemburg, Selandia baru, Norwegia, Spanyol, Inggris dan Amerika. Kissinger mengatakan; Control oil and  you contrl nations, control food and you control people.
          Dalam hal benih dan bahan baku poko dalam indistri pangan, misalnya dikuasai oleh Dupon, Mosanto, Syngenta, dan Limograin. Keempat raksasa tersebut menguasai dan mendominasi lebih dari 50% industri bibit dunia. Sementara itu, Cargill, Bunge dan ADM menguasai lebih dari 90% perdaganagan gandum sejagad. Industri makanan dunia nyaris dikuasai oleh Nestle. Perusahaan ini merupakan perusahaan makanan terbesar di dunia. Konsumsi masyarakat Indonesia tidak disuplai oleh negara tetapi disediakan oleh perusahaan global. Soekarno jauh-jauh hari sudah memperingatkan bahwa urusan pangan adalah hidup-mati bangsa. Sampai pada tahapan ini, kondisi tersebut membuat Muhammadiyah berada dalam posisi dilematis dalam melakukan penguatan kebijakan dan mempengaruhi dunia dalam bidang ekonomi. Pada sisi yang lain, perbankan yang didirikan/dirintis oleh Muhammadiyah pun “guling tikar” karena masih lemah dalam manajerial dan permainan perbankan dunia.
          Nasr menggunakan istialah “kelas menegah Muslim baru”. Seperti diungkapkan Nasr, konsumerisme menjadi salah satu karakter kelas menengah Muslim baru di negara Muslim yang mengalami economic booming. Tetapi, itu hanya sebagian saja dari keseluruhan kisah kelas menengah Muslim baru. Indonesia sepanjang sejarah kebangkitannya, kelas menengah Muslim baru semula bersikap a-polits vis-a-vis- rejim Soeharto; tetapi dengan segera mereka menjadi salah satu pilar utama gerakan Indonesia menuju demokratisasi Indonesia. Apa ukuran seseorang atau satu keluarga tertentu termasuk kelas menengah (middle class)? Secara sederhana, ukrannya adalah perbelanjaan per kapita sekitar 5-20 dollar (45.000-180.000) perhari. Sebaliknya, mereka dengan pendapatan kurang dari jumlah itu, apalagi Cuma dua dollar perhari, termasuk kelas bawah (lower class). Tegasnya bahkan miskin. Termasuk kelas menengah jika memiliki gelar sarjana, pekerjaan tetap (apakah ayah atau ibu atau kedua-duanya) dengan pemasukan tetap, rumah dan sejumlah kendaraan (meski secara cicilan) dan sejumlah tabungan. Untuk tambahan lain, mampu membiayai liburan dengan segenap anggota kelaurga minimal sekali dalam setahun. Sekitar 88,2 persen penduduk Indonesia beragama Islam; sehingga ada orang yang berkata, jika batu dilemparkan ke tengah kumpulan orang, ‘pastilah’ yang terkna lemparan itu adalah orang Muslim. Berkat kemerdekaan, sejak akhir 1950an terjadi ekspansi kesempatan memperoleh pendidikan bagi anak bangsa pada berbagai tingkatannya. Hasil ekspansi pendidikan tinggi ini jelas sudah. Sejak akhir 1960an dan selanjutnya sampai sekarang terjadilah apa yang disebut almarhum Nurcholish Madjid sebagai “panen sarjana” kaum Muslimin Indonesia. Mobilitas pendidikan dan intektual hampir secara progresif menghasilkan mobilitas ekonomi dan sosial. Mereka yang beroleh pendidikan, khususnya perguruan tinggi, dapat berbagai lapangan kerja pada beragam sektor, yang sebelumnya tidak pernah diduduki kaum santri. Perkembangan membaik dalam ekonomi dan keuangan ini menimbulkan berbagai dampak perubahan yang mungkin tidak pernah terbayangkan. Sekali lagi lihatlah dalam bidang pendidikan. Berkat kondisi ekonomi dan keuangan keluarga yang kian stabil, mereka dapat menabung untuk pendidikan anak-anak mereka. Sekolah dan madrasah elit ini segera menjadi “status sosial” baru kelas menengah Muslim.
          Mengingat amat pentingnya peran pendidikan dalam mobilitas intelektual, ekonomi, sosial dan keagamaan tantangan, dan tuntutan ke depan adalah meningkatkan mutu dan keterjangkauan sekolah/madrasah, khususnya swasta. Hal ini tidak lain, karena masih banyak sekolah/madrasah yang bukan hanya bermutu rendah, bahkan prasarana belajarnya saja sangat memprihatinkan. Pertumbuhan lapisan kelas menengah Muslim yang melibatkan proses santrinisasi dan resantrinisasi memunculkan berbagai dampak luas dan panjang dalam berbagai lapangan kehidupan. Santrinisasi kelas menengah Muslim selain lewat pendidikan, proses yang sama juga terlihat dalam bidang keagamaan. Santrinisasi dan resantrinisasi yang berlangsung secara konstan meningkatkan ‘kelengketan’ (attachment) kepada Islam. Dan ini terlihat dalam berbagai gejala dan ekspresi keagamaan baik bersifat substantif maupun simbolik.Gejala ini terlihat jelas dengan meningkat dan meluasnya pemakaian jilbab.  Peningkatan attachment itu juga terlihat dari terus bertambahnya jumlah calon jamaah haji dari tahun ke tahun. Dengan begitu, masa tunggu untuk bisa diberangkatkan menjadi kian dan makin panjang atara enam sampai duabelas tahun. Hasilnya, kian banyak yang melakukan umrah, yang disebut fiqh sebagai ‘haji kecil’ menurut berbagai kalkulasi jumlah jmaah umrah setiap tahunnya lebih dari dua juta orang. Dengan berbagai ekspresi attachment kepada Islam, kelas menengah Muslim Indonesia telah dan terus menjadi tulang punggung proliferasi lembaga-lembaga Islam yang bergerak hampir dalam seluruh bidang kehidupan. Bisa dipastikan, kecenderungan ini terus meningkat di tahun-tahun mendatang. Harus diakui, ekspresi keagamaan kelas menengah Muslim Indonesia lebih terfokus dalam bidan-bidang yang selama ini sebagai ranah ‘Islam Kultural’.
Dalam bidang politik, kelas menengah terlihat tidak memiliki dampak yang signifikan. Sepanjang masa pasca-Soeharto, partai-partai Islam dan atau berbasis massa Muslim gagal memperoleh dukungan suara signifikan dalam tiga kali Pemilu 1999, 2004 dan 2009. Bagi ahli dan pengamat asing kenyataan ini sulit mereka pahami karena dalam persepsi mereka dengan terus meluasnya pemakaian jilbab, maka kekuatan politik Islam pasti menemukan momentumnya pula sesuai dengan teori ‘jebakan demokrasi’ (demicracy trap) yang mereka percayai. Kenyataan ini pada dasarnya merupakan konsekuensi dari santrinisasi dan resantrinisasi yang mengakibatkan lumernya batas-batas kategori keagamaan kuno seperti ‘santri’ dan ‘abangan’ yang pernah memunculkan ‘politik aliran’. Dengan pelumeran batas-batas itu, kelas menengah Muslim tidak lagi memberikan dukungan suaranya atas dasar politik aliran tersebut.
Membicarakan tentang kelas menengah, tidak bisa dilepaskan dari dunia kerja dan pendidikan. Tulisan ini ingin membicarakan sekilas pengantar tentang dinamika keberagamaan masyarakat kelas menengah dikaitkan dengan dua ranah utama kehidupan mereka, yakni dunia kerja dan pendidikan.  Dunia kerja terutama Protestan dan Katholik mempunyai perbedaan yang sangat kontras yakni etika kerja Protestan dinila progresif, sedangkan etika kerja Katholik justru lebih berpihak pada status quo dan lebih mengedepankan “kondisi perekonomian dan kehidupan masyarakat yang steady ... kerjasama, keamanan dan otoritas”.
Etika profesional sedemikina rupa tidak melulu diperkenalkan manakala individu memasuki dunia kerja. Pengenalan sejak kanak-kanak telah tertanam sejak usia dini pada kecenderungan ibu-ibu Katholik yang lebih puas apabila anak-anak mereka memperoleh pekerjaan dengan ciri adanya jaminan kstabilan dan keamanan kerja, betapapun pekerjaan semacam itu kebanyakan memberikan status dan penghasilan lebih rendah. Para ibu Yahudi dan Protestan berada pada kutub seberang. Ada tiga jenis kebutuhan menurut David McCelland, kebutuhan akan prestasi, kebutuhan akan kekuasaan, dan kebutuhan akan afiliasi, warga Protestan Amerika memiliki kebutuhan akan prestasi ebih tinggi ketimbang warga Katolik. Berdasarkan tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa keberhasilan Amerika, dan spesifik warga Protestan Paman Sam, ditentukan oleh seberapa jauh pula keberhasilan keluarga menginjeksikan nilai-nilai hidup sekaligus etika kerja Protestan ke dalam anggota keluarga mereka sejak masih usia belia. Hanya sekitar lima belas persen dari keluruhan subjek yang memandang bekerja sbagai ibadah (calling). Gaya berpikir pragmatis sekuler, bercirikan pertimbangan untung rugi, tetap merukan faktor dominan dibalik perilaku kerja sebagian besar penelitian. Untuk mengubah perilaku individu adalah penting untuk mengubah sikapnya trlebih dahulu juga ketika ransformasi dalam sebuah organisasi secara kolektif. Sikap mendahului perilaku. Dunia dalam berlaku sebelum dunia luar. Untuk menuju situasi yang lebih baik, perubahan tidak mutlak hsrus berawal dengan perubahan dimensi yang tidak kasat mata. Justru dengan terlebih dahulu mengubah aspek kasat mata (perilaku), sikap nantinya akan menyesuaikan dirinya.
Titik krusial pendidikan ini bisa diamati secara nyata pada komunitas Yahudi, masyarakat Yahudi yang tidak memiliki sentra pendidikan sungguh tak terbayangkan. Orientasi pada menjadi kaum terdidik itu menemukan habitat sempurna di masyarakat. Sepanjang 1930an hingg tahun 1990an, tokoh-tokoh ternama Yahudi meningkat hingga 900%. Di kalangn Nobel laureates (penerima hadiah Nobel), Yahudi terwakili sebanyak 30 hingga 40%. Sebuah angka yang luar biasa. Kebanyankan orang Yahudi, prestasi bermakna sebagai keberhasilan memperoleh pengetahuan agama yang diikuti dengan kesuksesan kerja.  Fakta komunitas “mencandu” akan prestasi menjadi peneguh akan pentingnya pendidikan bagi masyarakat. Survey Pew Recearch Center pada tahun 2009 di tiga belas negara sedang berkembang dengan middle income menunjukkan bahwa kaum menengah, yang secara umum memiliki derajat kepuasan lebih tinggi atas hidup mereka, juga mengalami pergeseran terkait nilai-nilai hidup yang mereka anggap penting. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang warga Amerika tempuh, semakin rendah keterlibatan agama dalam aktivitas pengambila keputusan mereka sehari-hari. Demikian pula dikaitkan dengan tingkat pendapatan, semakin tinggi pendapatan warga, semakin mimin pula mereka menjadikan agama sebagai salah satu pertimbangan mereka dalam perbuatan keputusan hidup. Deskripsi ringkas penulis, akan jauh dari sasarannya apabila dakwah tetap berkutat pada sisi gelap manusia sebagai makhluk bergelimang dosa.
Dalam nomenklatur Muhammadiyah, dakwah bil-hal atau praksis yang membebaskan, meberdayakan, dan mencerahkan itulah yang kemudian hari disebut-sebut sebagai dakwah ‘pencerahan’. Ciri kelas menengah ke atas antara lain, pertama: kemapanan ekonomi dan profesi. Kedua, pendidikan dan intektual yang tinggi. Ketiga, kedudukan dan status sosial yang tinggi. Dari segi perilaku sosial dan keagamaan, kelas menengah ini memiliki tiga karakteristik. Pertama, tingkat kemandirian yang tinggi. Kedua, pemikiran dan perilaku keagamaan yang kritis. Ketiga, kebuthan akan pengakuan status yang diekspresikan melalui berbagai perilaku sosial keagamaan. Setelah seratus tahun pergerakan Muhammadiyah di tanah air, orang miskin, terlantar, tidak berpendidikan, kelas bawah masih ada dan banyak, tetapi berbeda dari yang terdahulu, sekarang di berbagai kota di Indonesia telah benar0benar muncul kelas menengah seperti yang digambarkan di atas, kaya berkecukupan, terdidik-terpelajar, berwawasan luas, terpandang, berpengaruh, dan begitu seterusnya. Tiga kata kuci penting yaitu, ‘penceahan’, ‘kelas menengah’, dan perspektif ‘teologis’. Teologi adalah juga world-view, pandangan dunia, cosmology, pandangan hidup yang dibentuk oleh pemahaman dan penafsiran seseorang, kelompok, madzhab pemikiran atau organisasi keagamaan terhadap seperangkat system of belief yang dimiliki oleh agama. Teologi adalah dinamis, memotivasi dan menggerakkan kehidupan, dan bukannya statis, melemahkan dan mendiamkan persoalan. Ternyata, menurut hasil kajian sosio-antropologi agama, pemikiran keagamaan dan keislaman sebenarnya tidak dapat dipisahkan begitu saja dari perkembangan sosial, ekonomi, politik, dan budaya kapanpun dan dimanapun. Dakwah pencerahan untuk kelas menengah ke atas hampir-hampir tidak dapat dipahami urgensinya, sebelum para da’i dan juru dakwah mampu dan dapat mendamaikan dan melerai pergumulan dan ketegangan pemikiran keagamaan yang ada dalam dirinya sendiri, yang terrepresentasikan dalam pergumulan dan perdebatan antara absolutist dan relativist tersebut.
Masih ada lagi lima corak penafsiran teologi Islam. Pertama, apologetic Interprestation (Interprstasi keagamaan yang bercorak apologetik, pembelaan berlebihan pada jenis atau corak pemahaman, tafsiran dan pandangannya sendiri atau kelompok dengan mengetepikan, menolak pandangan dan pemahaman yang lain). Kedua, menyadari perlunya penafsiran dalam memahami teks-teks keagamaan yang ada (mu’awwal). Ketiga, dalam memahami teks keagamaan diperlukan bukti pendukung yang lain, pendukung dari keilmuan yang lain, misalnya (isti’nas). Keempat, masih ada catatan-catatan kecil atau kritik minor yang perlu diajukan dan penting untuk dipertimbangkan (fihi syai’). Kelima, bahkan ada yang berpendapat bahwa diperlukan penafsiran yang radikal terhadap pemahaman dan tafsiran keagamaan yang ada (radical interpretation). 

PERGI UNTUK KEMBALI

 Pagi-pagi buta sesudah shalat subuh Risa berangkat ke tempat sekolah di sebuah kota. Sebab jarak rumah dan sekolahnya berjauhan sekitar 3 km. Kebiasaan yang dilakukannya adalah bangun sekitar jam empat untuk shalat lail dilanjutkan dengan menunggu datangnya subuh. Risa adalah seorng perempuan yang taat dalam agamanya sehingga siapa saja yang mengenalnya pasti akan tahu bahwa Risa adalah perempuan yang taat lagi menawan bahkan Risa adalah salah satu bunga Desa yang ada di kampungnya.
Ibunya bernama Aminah dan ayahnya bernama Fattah. Ibunya bekerja sebagai Ibu rumah tangga dan ayahnya adalah seorang petani yang mengelola beberapa kebun dan sawah. Ketika Risa pulang dari sekolah Risa membantu kedua orang tuanya di dapur dan juga membantu ayahnya yang berada di kebun dan sawahnya.
Risa yang kini berada di kelas XII MA Darul I’tishan Embo yang ada di Kabupaten Jeneponto, sangat antuasias mengikuti mata pelajaran dan teman-temannya banyak yang bertanya kepadanya  jika teman-temanya tidak tahu. Dan Risa dengan ikhlas membantu mereka untuk menunjukkan jalan keluar dari masalah yang di hadapi teman-temannya.
Salah satu teman yang selalu menemani Risa adalah Rahmadani yang juga satu kelas dengannya. Sehingga dimana ada Risa di situ ada Rahmadani yang selalu menemaninya. Sebenarnya bukan hanya Rahmadani yang menjadi temannya tetapi di antara mereka ada Risna, Mirna ,Eka dan lainnya.
Suatu ketika ada lomba antar sekolah yang di adakan oleh Kementerian Agama Jeneponto dan yang pastinya semua instansi pendidikan mengikuti lomba tersebut sebab lomba itu diadakan selain untuk menjalin persahabatan dan silaturrahim antarsekolah juga di adakan untuk memeriahkan HUT Kementerian Agama Jeneponto.
Salah satu sisswi yang diikutkan lomba adalah Risa sendiri sebab Kepala Sekolah dan Guru-guru tahu Risa mempunyai kecakapan dalam berpidato apalagi mempunyai suara yang merdu. Peserta dari sekolah lain juga telah berdatangan dan salah seorang siswa dari MA Muhammadiyah Tanetea terpesona akan kelincahan berpidato dan suara merdu dari sang siswi Risa. Dengan nafas yang tidak beraturan Syam yang juga ikut lomba dalam kegiatan tersebut pikirannya buyar akibat tersihir akan lawannya dari sekolah lain.
Dengan langkah dan ritme yang pendek Syam menuju Panggung untuk menampilkan bakatnya dihadapan para Juri dan semua hadirin. Akhirnya Syam juga berhasil menghipnotis para Juri dan hadirin yang hadir. Dan salah satu siswi yang juga diam-diam takjub akan kelincahan berbicara dari seorang siswa yang bernama Syam berhasil merebut perhatian orang banyak juga oleh Risa. Ketika Syam telah turun dari panggung para Juri dan hadirin bertepuk tangan untuk memberikan semangat kepada semua peserta sebab Risa dan Syam adalah peserta terakhir dari lomba Pidato dan Tilawatil Qur’an.
Beberapa hari kemudian semua kegiatan dan lomba yang di tampilkan telah usai. Tentunya dinamika dalam lomba tersebut ada yang menang, kalah, sedih, gembira dan bahkan ada yang kecewa akibat dari kesalahan teknis yang dilakukan oleh Panitia Pelaksana kegiatan.
Saatnyalah tiba pembagian Piala dari masing-masing sekolah yang ikut lomba untuk dibagikan kepada sekolah yang telah memenangkan beberapa perlombaan dan yang keluar menjadi juara umum adalah MA Muhammadiyah Tanetea diikuti oleh MA Darul I’tishan Embo dan juga tuan rumah lomba kegiatan MAN Binamu yang berada diurutan ketiga. Dan peserta sekolah yang lain juga berada diurutan selanjutnya seperi MA DDI Kassi, MA Ci’nong, MA Muhammadiyah Bontoramba dan lain-lain.
Masing-masing membawa kemenangan piala masing-masing. Dalam suasana suka cita tersebut Syam dan Risa sempat bercakap-cakap di panggung untuk mengambil piala masing-masing dan anehnya mereka juga sempat bertukaran nomor HP (Handphone). Banyak dari siswa yang telah menebarkan senyum dan tepuk tangan meriah diikuti oleh semua orang hadir untuk memberikan apresiasi kepada masing-masing pemenang.
Tak kala acara telah usai semua yang hadir telah kembali ke rumah masing-masing sebab telah larut malam dan Panitia Pelaksana masih sibuk dengan untuk membereskan semua perlengkapan dan peralatan  yang dipakai saat acara berlangsung.
Suasana cerah para siswa kembali beraktivitas di sekolah masing-masing yang juga dilakukan oleh Risa dan kawan-kawannya. Ketika bel berbunyi semua siswa masuk ke kelas masing-masing untuk menerima mata pelajaran. Dan guru yang mengajar dikelas sangat kagum dan mengapresiasi atas apa yang di raih oleh Risa dan kawannya. Di tempat lain di MA Muhammadiyah Tanetea juga menjadi buah bibir dari semua orang baik itu Kepala Sekolah, guru dan juga siswa atas keberhasilan siswa yang berprestasi dan membawa nama harum sekolah.
Risa dan kawan-kawannya pulang berbarengan untuk menuju masing-masing ke rumah dengan jalan kaki. Dan mereka akan melintasi bukit-bukit disekitar perkampungan yang akan dilewatinya. Tiga puluh menit kemudian Risa dan kawan-kawannya tiba di rumah masing-masing. Rasa penat dan peluh bercucuran membasahi jilbab besar yang dikenakan oleh Risa. Sepulang dari sekolah Risa langsung ke ruang dapur memcari sesuatu yang bisa dimakan untuk santap siang. Kebetulan segala menu makan siang telah siap di meja makan. Akhirnya Risa makan dengan lahapnya sebab tak tahan lagi dengan rasa laparnya ketika perjalanan pulang dari sekolah. Usai makan Risa istirahat sejenak dan langsung pergi ke kamarnya untuk tidur siang. Namun, ternyata ada yang mengusik tidur siangnya sebab dering hpnya berbunyi menandakan ada sms masuk di hpnya. Isinya pun hanya singkat menanyakan tentang bagaimana keadaannya. Selidik punya selidik yang mengganggu tidur siang adalah orang menjadi pesaing ketika lomba pidato dan tilawatil Qur’an yang juga mempunyai suara nan indah. Tak lain adalah ia salah satu siswa MA Muhammadiyah Tanetea yang bernama Syam.
Diam-diam Syam sangat mengagumi seorang wanita salehah dari sekolah lain yaitu di MA Darul I’tishan Embo. Sejak awal ketika lomba diadakan Syam telah terpikat oleh wajah yang menawan dengan gaun yang dipakainya apalagi memiliki talenta yang sangat luar biasa yang jarang dimiliki oleh orang lain. Ketika Risa membuka hpnya ia biasa-biasa saja menanggapinya walaupun akhirnya sms yang dikirimi padanya ia balas. Hatinya membuncah ketika sms yang datang padanya adalah dari Syam. Sebab Risa juga sangat mengagumi apa yang ada pada diri Syam yang memiliki janggut agak panjang dan kumis yang tipis. Setelah membuka dan membaca sms dari Syam, Risa kembali keperaduan dan mematikan hpnya agar tidunya tidak di ganggu lagi oleh Syam.
Malam segera tiba dan rembulan sedang menampakkan terangnya meninari dunia malam dengan ditemani sang bintang yang ada di atas langit. Risa mendongak ke atas langit dengan rasa syukurnya pada Tuhan karena telah diberikan nikmat yang begitu banyak. Dan Risa teringat akan Sabda Tuhan bahwa “Nikmat Tuhanmu yang manakah yang Engkau dustakan?.” Manusia diberikan akal oleh Allah untuk senantiasa memikirkan segala tanda-tanda kekuasaan Tuhan yang ada di alam jagat raya ini. Dengan begitu manusia akan lebih dekat lagi dengan Tuhannya. Sebab manusia hanyalah hamba dan Tuhan adalah sang Khaliq yang harus disembah oleh manusia itu sendiri.
Tak terkecuali oleh apa yang di rasakan oleh Risa. Ia merasa sangat kecil kecil sekali di hadapan Tuhan ketika akan memikirkan nikmat yang diberikan padanya dari Tuhan. Risa sadar betul bahwa segala apa yang ada di dunia ini hanyalah milik Allah dan bahkan apa yang ada pada dirinya hanyalah amanah dan titipan yang suatu waktu Allah akan mengambilnya kembali.
Sembari memandang indahnya malam, Risa seakan dikalahkan oleh matanya yang mulai bermata jepang alias sipit. Dan Risa pun kembali kasurnya setelah menutup jendela kamarnya sebab keesokan harinya Ia akan berjuang lagi mengarungi hidup untuk masa depannya yang cemerlang. Kebiasaan Risa adalah bangun sekitar jam tiga dini hari untuk bermunajat kepada Allah mendoakan kedua orang tuanya dan dirinya dan juga muslim dan muslimat yang lain yang ada di seantero dunia ini. Risa pun bergegas menuju kamar kecil untuk berwudhu di tengah dinginny angin dini hari. Dan Risa tidak mau kalah untuk tetap bangkit dari kasur empuknya.
Shalat tahajjud yang dilakukan oleh Risa di akhiri dengan salam menoleh ke kanan dan ke kiri . Risa melanjutkan aktivitasnya dengan membaca Al-Qur’an yang menjadi pedoman dalam setiap langkahnya. Risa membaca dengan penuh penghayatan dengan berusaha memahami isi kandungan Al-Qur’an yang dibacanya. Sebab orang yang senantiasa membaca Al-Qur’an akan menjadi syafaat di akhirat kelak bagi siapa saja yang membaca Al-Qur’an sesuai dengan apa telah disabdakan oleh Rasul Allah Nabi Muhammad saw.
Seperti biasanya Risa dengan pakaian seragamnya telah siap untuk pergi ke sekolah setelah itu berpamitan dengan kedua orang tuanya. Tak lama lagi Risa akan menghadapi Ujian Nasional di MA DDI Kassi nanti. Segala persiapan telah disiapkan oleh guru dan kepala sekolahnya untuk akjam pelajaran. Termasuk sekolah atau Madrasah yang lain terutama yang ada di sekolah Syam. Syam sebagai seorang siswa yang uga sebagai ketua OSIS di sekolahnya untuk menghendel teman-temannya untuk persiapan menghadapi Ujian Nasional nanti. Semua itu dilakukan oleh Syam atas intruksi langsung dari kepala sekolah dan guru-gurunya agar tetap tekun dan rajin dalam belajar serta tidak banyak bermain ketika pulang dari sekolah.
Rasa was-was ini hampir semua siswa dan siswi dihinggapinya sebab melihat tahun-tahun sebelumnya banyak yang mengalami kegagalan dalam Ujian Nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah selama beberapa hari. Dan bahkan jika melihat persentase baik dari media elektronik seperti Televisi dan Radio serta dari media cetak seperti surat kabar, majalah, tabloit dan lain-lain memberitakan bahwa banyak yang memiliki otak cerdas dan berprestasi yang mengalami kegagalan dan bahkan berujung pada bunuh diri dan lain sebagainy akibat dari ketidak lulusannya.
Inilah juga yang dirasakan oleh Risa dan kawan-kawannya juga oleh Syam untuk tetap berusaha dan berdoa kepada Allah agar segalany berjalan dengan baik sesuai dengan harapan para siswa dan guru-guru. Salah satu langkah yang diambil pemerintah sebagai kebijakan adalah bahwa sebagian nilai yang sekolah juga akan dipertimbangkan untuk masuk dalam nilai agar para siswa dan semua elemen yang ada di sekolah agar kiranya tidak terlalu membebani siswa dalam hal mata pelajaran. Sehingga Pemerintah senantiasa jugab berusaha mengurangi angka kegagalan di dalam Ujian Nasional nanti.
Diberitakan juga bahwa banyak dari kalangan Mahasiswa menggelar aksi dalam penolakan Ujian Nasional yang banyak merenggut nyawa siswa dan kiranya Pemerintah menghapus saja Ujian Nasional sebab sebab para siswa dan siswi telah belajar selama tiga lamanya dan hanya gagal tidak lulus ketika mengikuti Ujian Nasional yang hanya dilakukan beberapa hari saja.
Tentu ini menjadi sebuah isu dan wacana yang sangat hangat di media elektronik dan media cetak apalagi masyarakat luas telah mengetahui itu semua. Sehingga rasa kawatir juga dialami oleh sebagian besar orang tua apabila dalam Ujian Nasional tersebut anak-anak mereka tidak lulus. Apalagi orang tua memiliki anak yang cerdas dan memiliki nilai yang tinggi di sekolahnya yang telah kehilangan anaknya yang membuat mereka merasa trauma dan tambah kawatir akan semua itu. Dan tak bisa dipungkiri bahwa ada yang mesti dilakukan oleh Pemerintah dan semua stakeholder yang ada terutama dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk senantiasa memperbaiki sistem pendidikan yang lebih mencerahkan lagi dan mengurangi angka kematian siswa-siswi akibat dari Ujian Nasional yang telah menjadi program pemerintah yang melegenda setiap tahun di adakan di seluruh pelosok negeri ini.
Hari yang dinantikan oleh semua siswa dan guru-guru telah tiba waktunya. Ujian Nasional akan diadakan beberapa menit lagi dan banyak dari kalangan siswa dari berbagai Madrasah telah berkumpul dalam sebuah seremonial atau upacara untuk memberikan arahan-arahan dari kepala sekolah tuan rumah pelaksana Ujian Nasional yakni Ujian Nasional di adakan di MA DDI Kassi. Kepala sekolah berpesan kepada semua peserta Ujian Nasional agar kiranya mengerjakan soal dengan cermat, tenang, teratur dan tepat dalam mengerjakan soal-soal Ujian. Beliau juga menambahkan agar mengerjakan soal yang lebih mudah dulu baru kemudian soal-soal yang dianggap sulit dalam menjawab soal ujian tersebut.
Semua peserta Ujian Nasional masing-masing masuk ke ruang kelas dan diikuti oleh pengawas dari sekolah dan pengawas yang di datangkan dari Makassar dalam hal ini terutama pengawas dari Kampus Universitas Hasanuddin. Kebetulan Ruangan Risa dan Syam bersebelahan Risa di ruang kelas nomor 10 dan Syam berada di ruang nomor 5. Hari pertama Ujian Nasional dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Semua peserta ujian mengerjakan soal dengan tenang sesuai dengan pesan yang disampaikan kepada mereka untuk tetap teratur dalam mengerjakan soal-soal yang diujiankan.
Masing-masing dari mata pelajaran yang diujiankan waktunya dua jam dengan waktu istirahat Cuma dua puluh menit. Dua jam telah selesai semua peserta Ujian Nasional kemudian menyerbu kantin setelah berperang di ruang kelas dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Risa, Rahmadani, Risna, Mirna dan Eka tidak semua satu ruangan Risa bersama Rahmadani dan ketiga temannya yang lain seperti Risna, Mirna dan Eka berada di ruang nomor 9. Dengan penuh rasa percaya diri Risa dan Rahmadani sehabis mengerjakan soal-soal yang menguras pikiran dan tenaga merasa lega ketika semua soal telah dikerjakannya walaupun dalam menjawab soal ada kesulitan yang dihadapi. Namun, tidak menyurutkan niatnya untuk bisa menjawab soal-soal Ujian Nasional.
Dilain kesempatan Syam ditemani kawannya juga sedang berada di kantin untuk mengisi perutnya yang sedang keroncongan bahkan salah satu teman Syam, Risal namanya hampir tidak bisa menjawab semua soal yang berikan padanya apalagi paket soal berbeda-beda antara satu dengan lainnya yakni sebanyak empat paket soal dan masing-masing paket soalnya acakan. Untungnya Risal dibantu oleh Syam dalam yang sesingkat-singkatnya dan dalam tmpo yang relatif pendek. Akhirnya mereka semua bisa menyelesaikan soal. Tak lama kemudian bel berbunyi menandakan waktu istirahat telah selesai dan diharapkan semua peserta Ujian Nasional untuk kembali ke ruang kelas masing-masing. Selanjutnya mereka akan menerima soal bahasa Inggris dan juga mereka akan mendengarkan Tape yang telah disediakan masing-masing sebab dalam soal tersebut ada soal speaking dengan mendengar langsung dari Tape tersebut.
Ini merupakan hal yang agak sulit dilakukan oleh peserta Ujian Nasional menjawab soal mata pelajaran Bahasa Inggris sebab banyak di antara peserta belum paham dan bahkan tidak tahu sama sekali bahasa Inggris. Tentu ini menjadi sebuah fenomena yang harus mereka selesaikan. Tetapi, jangan kawatir mereka kan mempunyai lembaran soal Bahasa Inggris walaupun paketnya beda namun apa yang ada di dengar dari Tape tersebut diambil dari soal-soal yang telah dibagikan kepada mereka. Sehingga mereka sedikit mampu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan lewat tersebut. Tidak semua soal di dengarkan melalui Tape karena ada semacam wacana yang disajikan kemudian dijawab dengan beberapa soal.Dengan begitu ini sedikit membantu para peserta untuk menjawab soal-soal yang ada dilembar soal itu. Semua peserta mengikuti dengan teratur dan tenang seperti mata pelajaran sebelumnya. Mereka harus berusaha untuk mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di lembar soal Bahasa Inggris tersebut.
Satu jam telah berlalu banyak di antara mereka berusaha mencari jawaban lewat teman-teman mereka yang didekatnya baik yang ada di depan, samping dan belakang mereka. Namun, mereka juga harus berhati-hati sebab mereka di awasi oleh para pengawas dari sejumlah sekolah dan para pengawas yang di utus dari Makassar. Alfian misalnya teman seruangan Syam yang juga satu sekolah dari MA Muhammadiyah Tanetea menghadapi kesulitan dalam menjawab soal-soal yang ada di lembaran soal apalagi paketnya pun berbeda sehingga Ia harus betul-betul mandiri untuk berusaha menjawabnya. Waktu terus berjalan para peserta Ujian menjawab soal tersebut. Tak lama kemudian, waktu tinggal tiga puluh menit kesempatan untuk menjawab soal-soal yang ada di tangan mereka masing-masing. Dilain tempat juga sama mereka agak kesulitan juga menjawab soal mata pelajaran Bahasa Inggris sehingga ada yang hampir kedapatan mencuri jawaban dari dekatnya yang sama dengan paket mereka. Namun, untungnya mereka tidak ketahuan oleh pengawas sebab pengawas ketika itu sedang ada keluar dan ini dimanfaatkan oleh mereka yang ingin mencari jawaban dari soal yang dengan paket mereka. Ini sebenarnya fenomena klasik yang biasa terjadi dikalangan pelajar ketika Ujian Nasional sedang berlangsung. Tak jarang kita dapati dari media mereka melakukan itu karena mereka dalam keadaan terpaksa dan akhirnya mereka kedapatan oleh para pengawas dan biasanya ini dimuat di media elektronik dan media cetak.
Dua jam telah berlalu dan ini dirasakan oleh para peserta Ujian Nasional terasa singkat sekali walaupun di dalam ruangan penuh dinamika-dinamika dikalangan peserta dalam menjawab soal-soal Ujian Nasional. Mereka kemudian bergegas kembali ke rumah mereka masing-masing. Ada yang memakai kuda besi, mobil dan bahkan ada yang jalan kaki saja lantaran jarak antara Madrasah dengan rumah mereka tidak jauh dari Madrasah. Syam dan kawan-kawannya sendiri ada yang naik kuda besi(baca:motor), dan naik angkutan umum menuju rumah mereka. Begitu juga yang dialami oleh Risa kebetulan ia bersama dengan temannya berbarengan dengan naik motor untuk menuju rumah mereka. Para peserta Ujian Nasional menurut harapan guru-guru dan kepala sekolah untuk tetap semangat dalam menghadapi Ujian yang diberikan kepadanya demi untuk masa depan mereka.
Hari berikutnya mereka kembali untuk melakukan Ujian Nasional hingga selesai semua mata pelajaran yang diujiankan. Banyak dari kalangan siswa dan siswi melakukan sesuatu pasca Ujian Nasional ada yang pergi rekreasi, pulang kampung, ke kota berlibur, dan ada juga yang tidak pergi kemana-mana tetap di penjara rumahnya untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Risa sendiri membantu  kedua orang tuanya berkebun dan di sawah ladang. Di lain tempat, seperti Syam dan kawan-kawannya tetap pergi ke sekolah untuk mengisi waktu luang dan memang mereka sebenarnya pasca Ujian Nasional semua siswa dan siswi tetap pergi ke sekolah untuk diberikan arahan-arahan dan pencerahan untuk tetap berdoa dan berusaha agar mereka semua lulus dengan nilai yang memuaskan. Tetapi, terkadang juga sebaliknya ketika banyak siswa dan siswi yang tidak mampu melakukan itu semua seperti yang di tayang media televisi baik nasional dan swasta dan juga dari surat kabar dan majalah nasional. Banyak di antara mereka yang berurusan dengan petugas yang berpihak akibat dari tindakan mereka yang ceroboh pada saat Ujian Nasional berlangsung dan tentunya mereka membuat sekolah merea tercemar dan kepala sekolah mereka dimintai keterangan akibat dari perbuatan-perbuatan yang tidak semestinya dilakukan.



Takkan Kemana Tetap di sini


Hujan gerimis membasahi persada bumi menandakan awal datang hujan setelah musim kemarau panjang. Banyak orang yang bersuka ria melihat tanda-tanda bahwa hujan akan turun. Begitulah juga yang dialami Risa, ia begitu senang sebab tempat yang ia tinggali lama tak mendapatkan air apalagi setiap hari mengangkat air dari sumur yang jaraknya juah dari tempat tinggalnya. Risa lama merenung, memikirkan sesosok lelaki idamannya. Ia merasa kesepian sebab ia ditinggal pergi setelah beberapa tahun lamanya. Ia bahkan sudah jarang mendapatkan kabar darinya. Baik dari sms (sort message service), lewat telpon bahkan dari media sosial (medsos) seperti FB dan yang lainnya. Namun, dengan hati yang sabar ia senantiasa menantikan kehadirannya walau hanya sesaat saja. Terkadang dengan hati yang gundah ia mengadukan keluh kesahnya dihadapan Rabbnya. Bahwa ia sangat mencintai lelaki yang sangat didamba kehadirannya dan ia berdoa jika ia benar-benar adalah jodohnya agar kiranya ditetapkan hatinya dan menjaganya dengan baik. Dan ia juga rela jika kelak bukan dia jodohnya agar hatinya ditetapkan kesabaran.
             Tak lama kemudian, Risa dibangunkan dari lamunannya oleh tantenya untuk pergi lagi mengambil air di sumur yang letak jauh. Apalagi ia sedang asyiknya istirahat sambil menikmati hujan gerimis di atas genteng rumahnya. Dan sempat terjadi percakapan dengan tantenya yang sangat ia cintai karena telah dirawatnya sejak dari kecil.
“Risa, tolong bantu tante ambil sebentar air di sumur jika selesai istirahat?” Ungkap tantenya (dari dalam rumah).
“Ia Tante” Jawab Risa (yang berad di beranda rumah).
            Tak lama kemudian, Anna datang mengajak sepupunya untuk pergi ke sumur. Dengan sigap dan siap sedia Risa langsung beranjak dari tempat duduk manisnya untuk bersama-sama ke sumur. Hujan gerimis tadi telah reda dan meninggalkan jejak kaki pejalan kaki yang ada di jla termasuk mereka berdua yang sedang menuju ke sumur. Sesampainya di sumur ternyata banyak orang mengantri untuk mengambil air. Untungnya mereka berdua hanya langsung mengambil air saja dan tidak perlu lagi menunggu seperti orang yang ada di sana sebab Paman Risa alias Ayah dari Anna sejak dari tadi subuh setelah shalat subuh sudah siap siaga dan stanby untuk menanti banyaknya air. Dan Pak Agus (Ayah Anna) berkata, dari mana saja kalian berdua,(dengan nada kesal). Dan Risa menimpali Pamannya. Tadi kami berdua istirahat sejenak dan menunggu Anna yang pergi membeli minyak di warung dekat rumah. Setelah itu baru kami berdua kesini. Jawab Risa dengan agak gugup. Untungnya mereka jauh dari keramaian ketika ia dan Anna di tanya.
            Tak lama kemudian Risa dan Anna berlalu begitu saja sambil membawa air ke rumah. Sekitar lima menit mereka berdua sampai di rumah dengan tergopo-gopo. Wajar saja jika mereka agak lambat ke sumur tadi. Mereka berdua kemudian masuk di rumah untuk membantu Ibu Anna yang sejak dari menunggu untuk dibantu memasak. Ibu Anna menggoreng Ikan yang dibeli tadi pagi dari penjual ikan keliling kampung. Anna mencuci piring dan Risa memasak nasi. Dengan peluh yang masih bercucuran Risa mengusap peluhnya dengan handuk yang diambil di kamarnya sambil memasak nasi yang masih memasak dengan cara tradisional dengan memasak pakai kayu kering dan batu tiga sebagai pengalas panci.
            Ayah Anna baru saja tiba dari sumur. Sambil istirahat di beranda rumah. Lalu masuk ke rumah untuk menyantap makan pagi bersama. Dengan lahapnya Risa sempat menghabiskan dua piring dan yang lainnya bengong saja melihat tingkah Risa itu. Sambil cengiran Risa melihat mereka (Anna, Pak Agus dan Ibu Aisyah). “Wah, kak Risa hebat pagi ini” Anna mengejek Risa. Kemudian dinalas juga oleh Risa, “Oh, tentu saya memang hebat, siapa dulu dong Risa kau lawan” Risa ikut berseloroh.
            Pagi itu mereka sekeluarga merasakan kebahagiaan yang sangst mendalam, tetapi di sisi lain ada yang mengganjak di hati Risa. Ia sempat terpikirkan kembali tentang bagiamana keadaan sesosok lelaki yang di dambanya. Diam-diam Anna memperhatikan agak jauh dari tempat duduk Risa di beranda rumah. “Bruuk” sekujur tubuh Risa merasakan sakit dan langsung mengejar Anna yang mengagetkannya. Karena Anna tak dapat dikejarnya. Risa kembali ke rumah. Dengan hati yang dongkol Risa berkata, “Nanti kalau kamu pulang ke rumah saya akan memukulmu”, dari kejauhan Anna hanya mengejeknya terus sambil berkata, pukul saja kalau berani. Ejek Anna kepada sepupunya. Anna memang suka jahil kepada sepupunya yakni Risa. Namun Risa, dengan kesabaran penuh ia menrima semua itu. Tetapi ketika dijahilin si Anna, Ia hanya mengejar Anna dan Anna dengan kelincahan kakinya ia seperti cahaya yang langsung terbang hanya dalam satu kedipan mata. Dan ketika sampai di rumah, Risa dan Anna berkelahi seperti anak kecil bahkan sampai saling tarik rambut di dalam kamar. Dan Ibu Aisyah sering dibuatnya marah oleh tingkah laku mereka berdua. “Kalian ini seperti saja Tom dan Jerry yang ketika bertemu langsung berkelahi dan saling menarik rambut.” Kata Ibu Aisyah dengan agak marah.
            Tetapi sebenarnya mereka berdua akur-akur saja, buktinya ketika mereka berdua pergi mengambil air di sumur. Mereka berdua saling kerjasama baik ketika suruh mengambil air maupun ketika di dapur ada yang mencuci piring, memasak nasi, dan bahkan ketika mereka berdua di suruh membersihkan mereka saling bekerjasama sehingga mereka sangat akrab sekali. Bahkan ketika Anna di tanya dimana sepupumu Risa. Ia berkata ia kakakku. Dan jangan pernah lagi sebut ia sepupuku jika bertanya padaku. Risa dengan senang hati menerima semua iu  walaupun ia sering dijahilin oleh sepupunya Anna.
            Risa telah lama tinggal satu rumah dengan Pak Agus dan Ibu Aisyah ketika mereka berdua baru-baru saja menikah karena lama baru punya anak dan Ibu Risa meninggal ketika masih kecil. Risa diasuh oleh Ibu Anna itulah salah satu sebab Anna sangat menyayangi kakaknya, Ia juga sadar bahwa sering menjahili kakaknya. Dan disisi lain. Risa adalah sepupu dari Anna atau ia adalah keponakan dari Pak Agus dan Ibu Aisyah.
            Allahu Akbar....Allahu Akbar...!!! Suara Adzan Maghrib berkumandang mereka satu keluarga bergegas ke Masjid yang tak jauh dari rumahnya jaraknya Cuma enam puluh lima meter dari rumah Pak Agus. Usai shalat Maghrib mereka mengaji di Masjid beberapa menit kemudian ke rumah mempersipkan makan malam. Pak Agus, Alam dan Ihsan tinggal di Masjid sedangkan Ibu Aisyah, Risa dan Anna pulang kembali ke rumah untuk persiapan makan malam.

            Malam begitu mencekam di bawah sinar rembulan yang bersinar terang. Risa memandangi bulan tersebut. Dan berkata dalam hati, apakah ia juga seperti Aku yang selalu memikirkannya dan memandang rembulan yang menampakkan sinarnya. Aku sangat merindukan akan kehadiranmu, Aku akan tetap disini dan tak akan pergi kemana hingga kau datang disaat yang tepat. Risa memandangi sepupunya Anna sudah tertidur pulas. Dengan rasa kantuk yang tak tertahankan dan sudah larut malam Risa kembali ke peraduan untuk memimpikan akan indanya dunia.