Kata Mutiara

Tidak akan kembali hari-hari yang telah berlalu

Senin, 23 November 2015

Takkan Kemana Tetap di sini


Hujan gerimis membasahi persada bumi menandakan awal datang hujan setelah musim kemarau panjang. Banyak orang yang bersuka ria melihat tanda-tanda bahwa hujan akan turun. Begitulah juga yang dialami Risa, ia begitu senang sebab tempat yang ia tinggali lama tak mendapatkan air apalagi setiap hari mengangkat air dari sumur yang jaraknya juah dari tempat tinggalnya. Risa lama merenung, memikirkan sesosok lelaki idamannya. Ia merasa kesepian sebab ia ditinggal pergi setelah beberapa tahun lamanya. Ia bahkan sudah jarang mendapatkan kabar darinya. Baik dari sms (sort message service), lewat telpon bahkan dari media sosial (medsos) seperti FB dan yang lainnya. Namun, dengan hati yang sabar ia senantiasa menantikan kehadirannya walau hanya sesaat saja. Terkadang dengan hati yang gundah ia mengadukan keluh kesahnya dihadapan Rabbnya. Bahwa ia sangat mencintai lelaki yang sangat didamba kehadirannya dan ia berdoa jika ia benar-benar adalah jodohnya agar kiranya ditetapkan hatinya dan menjaganya dengan baik. Dan ia juga rela jika kelak bukan dia jodohnya agar hatinya ditetapkan kesabaran.
             Tak lama kemudian, Risa dibangunkan dari lamunannya oleh tantenya untuk pergi lagi mengambil air di sumur yang letak jauh. Apalagi ia sedang asyiknya istirahat sambil menikmati hujan gerimis di atas genteng rumahnya. Dan sempat terjadi percakapan dengan tantenya yang sangat ia cintai karena telah dirawatnya sejak dari kecil.
“Risa, tolong bantu tante ambil sebentar air di sumur jika selesai istirahat?” Ungkap tantenya (dari dalam rumah).
“Ia Tante” Jawab Risa (yang berad di beranda rumah).
            Tak lama kemudian, Anna datang mengajak sepupunya untuk pergi ke sumur. Dengan sigap dan siap sedia Risa langsung beranjak dari tempat duduk manisnya untuk bersama-sama ke sumur. Hujan gerimis tadi telah reda dan meninggalkan jejak kaki pejalan kaki yang ada di jla termasuk mereka berdua yang sedang menuju ke sumur. Sesampainya di sumur ternyata banyak orang mengantri untuk mengambil air. Untungnya mereka berdua hanya langsung mengambil air saja dan tidak perlu lagi menunggu seperti orang yang ada di sana sebab Paman Risa alias Ayah dari Anna sejak dari tadi subuh setelah shalat subuh sudah siap siaga dan stanby untuk menanti banyaknya air. Dan Pak Agus (Ayah Anna) berkata, dari mana saja kalian berdua,(dengan nada kesal). Dan Risa menimpali Pamannya. Tadi kami berdua istirahat sejenak dan menunggu Anna yang pergi membeli minyak di warung dekat rumah. Setelah itu baru kami berdua kesini. Jawab Risa dengan agak gugup. Untungnya mereka jauh dari keramaian ketika ia dan Anna di tanya.
            Tak lama kemudian Risa dan Anna berlalu begitu saja sambil membawa air ke rumah. Sekitar lima menit mereka berdua sampai di rumah dengan tergopo-gopo. Wajar saja jika mereka agak lambat ke sumur tadi. Mereka berdua kemudian masuk di rumah untuk membantu Ibu Anna yang sejak dari menunggu untuk dibantu memasak. Ibu Anna menggoreng Ikan yang dibeli tadi pagi dari penjual ikan keliling kampung. Anna mencuci piring dan Risa memasak nasi. Dengan peluh yang masih bercucuran Risa mengusap peluhnya dengan handuk yang diambil di kamarnya sambil memasak nasi yang masih memasak dengan cara tradisional dengan memasak pakai kayu kering dan batu tiga sebagai pengalas panci.
            Ayah Anna baru saja tiba dari sumur. Sambil istirahat di beranda rumah. Lalu masuk ke rumah untuk menyantap makan pagi bersama. Dengan lahapnya Risa sempat menghabiskan dua piring dan yang lainnya bengong saja melihat tingkah Risa itu. Sambil cengiran Risa melihat mereka (Anna, Pak Agus dan Ibu Aisyah). “Wah, kak Risa hebat pagi ini” Anna mengejek Risa. Kemudian dinalas juga oleh Risa, “Oh, tentu saya memang hebat, siapa dulu dong Risa kau lawan” Risa ikut berseloroh.
            Pagi itu mereka sekeluarga merasakan kebahagiaan yang sangst mendalam, tetapi di sisi lain ada yang mengganjak di hati Risa. Ia sempat terpikirkan kembali tentang bagiamana keadaan sesosok lelaki yang di dambanya. Diam-diam Anna memperhatikan agak jauh dari tempat duduk Risa di beranda rumah. “Bruuk” sekujur tubuh Risa merasakan sakit dan langsung mengejar Anna yang mengagetkannya. Karena Anna tak dapat dikejarnya. Risa kembali ke rumah. Dengan hati yang dongkol Risa berkata, “Nanti kalau kamu pulang ke rumah saya akan memukulmu”, dari kejauhan Anna hanya mengejeknya terus sambil berkata, pukul saja kalau berani. Ejek Anna kepada sepupunya. Anna memang suka jahil kepada sepupunya yakni Risa. Namun Risa, dengan kesabaran penuh ia menrima semua itu. Tetapi ketika dijahilin si Anna, Ia hanya mengejar Anna dan Anna dengan kelincahan kakinya ia seperti cahaya yang langsung terbang hanya dalam satu kedipan mata. Dan ketika sampai di rumah, Risa dan Anna berkelahi seperti anak kecil bahkan sampai saling tarik rambut di dalam kamar. Dan Ibu Aisyah sering dibuatnya marah oleh tingkah laku mereka berdua. “Kalian ini seperti saja Tom dan Jerry yang ketika bertemu langsung berkelahi dan saling menarik rambut.” Kata Ibu Aisyah dengan agak marah.
            Tetapi sebenarnya mereka berdua akur-akur saja, buktinya ketika mereka berdua pergi mengambil air di sumur. Mereka berdua saling kerjasama baik ketika suruh mengambil air maupun ketika di dapur ada yang mencuci piring, memasak nasi, dan bahkan ketika mereka berdua di suruh membersihkan mereka saling bekerjasama sehingga mereka sangat akrab sekali. Bahkan ketika Anna di tanya dimana sepupumu Risa. Ia berkata ia kakakku. Dan jangan pernah lagi sebut ia sepupuku jika bertanya padaku. Risa dengan senang hati menerima semua iu  walaupun ia sering dijahilin oleh sepupunya Anna.
            Risa telah lama tinggal satu rumah dengan Pak Agus dan Ibu Aisyah ketika mereka berdua baru-baru saja menikah karena lama baru punya anak dan Ibu Risa meninggal ketika masih kecil. Risa diasuh oleh Ibu Anna itulah salah satu sebab Anna sangat menyayangi kakaknya, Ia juga sadar bahwa sering menjahili kakaknya. Dan disisi lain. Risa adalah sepupu dari Anna atau ia adalah keponakan dari Pak Agus dan Ibu Aisyah.
            Allahu Akbar....Allahu Akbar...!!! Suara Adzan Maghrib berkumandang mereka satu keluarga bergegas ke Masjid yang tak jauh dari rumahnya jaraknya Cuma enam puluh lima meter dari rumah Pak Agus. Usai shalat Maghrib mereka mengaji di Masjid beberapa menit kemudian ke rumah mempersipkan makan malam. Pak Agus, Alam dan Ihsan tinggal di Masjid sedangkan Ibu Aisyah, Risa dan Anna pulang kembali ke rumah untuk persiapan makan malam.

            Malam begitu mencekam di bawah sinar rembulan yang bersinar terang. Risa memandangi bulan tersebut. Dan berkata dalam hati, apakah ia juga seperti Aku yang selalu memikirkannya dan memandang rembulan yang menampakkan sinarnya. Aku sangat merindukan akan kehadiranmu, Aku akan tetap disini dan tak akan pergi kemana hingga kau datang disaat yang tepat. Risa memandangi sepupunya Anna sudah tertidur pulas. Dengan rasa kantuk yang tak tertahankan dan sudah larut malam Risa kembali ke peraduan untuk memimpikan akan indanya dunia.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar