Hujan gerimis membasahi persada bumi menandakan awal datang hujan
setelah musim kemarau panjang. Banyak orang yang bersuka ria melihat
tanda-tanda bahwa hujan akan turun. Begitulah juga yang dialami Risa, ia begitu
senang sebab tempat yang ia tinggali lama tak mendapatkan air apalagi setiap
hari mengangkat air dari sumur yang jaraknya juah dari tempat tinggalnya. Risa
lama merenung, memikirkan sesosok lelaki idamannya. Ia merasa kesepian sebab ia
ditinggal pergi setelah beberapa tahun lamanya. Ia bahkan sudah jarang
mendapatkan kabar darinya. Baik dari sms (sort message service), lewat
telpon bahkan dari media sosial (medsos) seperti FB dan yang lainnya. Namun,
dengan hati yang sabar ia senantiasa menantikan kehadirannya walau hanya sesaat
saja. Terkadang dengan hati yang gundah ia mengadukan keluh kesahnya dihadapan
Rabbnya. Bahwa ia sangat mencintai lelaki yang sangat didamba kehadirannya dan
ia berdoa jika ia benar-benar adalah jodohnya agar kiranya ditetapkan hatinya
dan menjaganya dengan baik. Dan ia juga rela jika kelak bukan dia jodohnya agar
hatinya ditetapkan kesabaran.
Tak lama kemudian, Risa dibangunkan dari
lamunannya oleh tantenya untuk pergi lagi mengambil air di sumur yang letak
jauh. Apalagi ia sedang asyiknya istirahat sambil menikmati hujan gerimis di
atas genteng rumahnya. Dan sempat terjadi percakapan dengan tantenya yang
sangat ia cintai karena telah dirawatnya sejak dari kecil.
“Risa, tolong bantu tante ambil sebentar air di sumur jika selesai
istirahat?” Ungkap tantenya (dari dalam rumah).
“Ia Tante” Jawab Risa (yang berad di beranda rumah).
Tak lama kemudian,
Anna datang mengajak sepupunya untuk pergi ke sumur. Dengan sigap dan siap
sedia Risa langsung beranjak dari tempat duduk manisnya untuk bersama-sama ke
sumur. Hujan gerimis tadi telah reda dan meninggalkan jejak kaki pejalan kaki
yang ada di jla termasuk mereka berdua yang sedang menuju ke sumur. Sesampainya
di sumur ternyata banyak orang mengantri untuk mengambil air. Untungnya mereka
berdua hanya langsung mengambil air saja dan tidak perlu lagi menunggu seperti
orang yang ada di sana sebab Paman Risa alias Ayah dari Anna sejak dari tadi
subuh setelah shalat subuh sudah siap siaga dan stanby untuk menanti banyaknya
air. Dan Pak Agus (Ayah Anna) berkata, dari mana saja kalian berdua,(dengan
nada kesal). Dan Risa menimpali Pamannya. Tadi kami berdua istirahat sejenak
dan menunggu Anna yang pergi membeli minyak di warung dekat rumah. Setelah itu
baru kami berdua kesini. Jawab Risa dengan agak gugup. Untungnya mereka jauh
dari keramaian ketika ia dan Anna di tanya.
Tak lama kemudian
Risa dan Anna berlalu begitu saja sambil membawa air ke rumah. Sekitar lima
menit mereka berdua sampai di rumah dengan tergopo-gopo. Wajar saja jika mereka
agak lambat ke sumur tadi. Mereka berdua kemudian masuk di rumah untuk membantu
Ibu Anna yang sejak dari menunggu untuk dibantu memasak. Ibu Anna menggoreng
Ikan yang dibeli tadi pagi dari penjual ikan keliling kampung. Anna mencuci
piring dan Risa memasak nasi. Dengan peluh yang masih bercucuran Risa mengusap
peluhnya dengan handuk yang diambil di kamarnya sambil memasak nasi yang masih
memasak dengan cara tradisional dengan memasak pakai kayu kering dan batu tiga
sebagai pengalas panci.
Ayah Anna baru
saja tiba dari sumur. Sambil istirahat di beranda rumah. Lalu masuk ke rumah
untuk menyantap makan pagi bersama. Dengan lahapnya Risa sempat menghabiskan
dua piring dan yang lainnya bengong saja melihat tingkah Risa itu. Sambil
cengiran Risa melihat mereka (Anna, Pak Agus dan Ibu Aisyah). “Wah, kak Risa
hebat pagi ini” Anna mengejek Risa. Kemudian dinalas juga oleh Risa, “Oh, tentu
saya memang hebat, siapa dulu dong Risa kau lawan” Risa ikut berseloroh.
Pagi itu mereka
sekeluarga merasakan kebahagiaan yang sangst mendalam, tetapi di sisi lain ada
yang mengganjak di hati Risa. Ia sempat terpikirkan kembali tentang bagiamana
keadaan sesosok lelaki yang di dambanya. Diam-diam Anna memperhatikan agak jauh
dari tempat duduk Risa di beranda rumah. “Bruuk” sekujur tubuh Risa merasakan
sakit dan langsung mengejar Anna yang mengagetkannya. Karena Anna tak dapat
dikejarnya. Risa kembali ke rumah. Dengan hati yang dongkol Risa berkata,
“Nanti kalau kamu pulang ke rumah saya akan memukulmu”, dari kejauhan Anna
hanya mengejeknya terus sambil berkata, pukul saja kalau berani. Ejek Anna
kepada sepupunya. Anna memang suka jahil kepada sepupunya yakni Risa. Namun
Risa, dengan kesabaran penuh ia menrima semua itu. Tetapi ketika dijahilin si
Anna, Ia hanya mengejar Anna dan Anna dengan kelincahan kakinya ia seperti
cahaya yang langsung terbang hanya dalam satu kedipan mata. Dan ketika sampai
di rumah, Risa dan Anna berkelahi seperti anak kecil bahkan sampai saling tarik
rambut di dalam kamar. Dan Ibu Aisyah sering dibuatnya marah oleh tingkah laku mereka
berdua. “Kalian ini seperti saja Tom dan Jerry yang ketika bertemu langsung
berkelahi dan saling menarik rambut.” Kata Ibu Aisyah dengan agak marah.
Tetapi sebenarnya
mereka berdua akur-akur saja, buktinya ketika mereka berdua pergi mengambil air
di sumur. Mereka berdua saling kerjasama baik ketika suruh mengambil air maupun
ketika di dapur ada yang mencuci piring, memasak nasi, dan bahkan ketika mereka
berdua di suruh membersihkan mereka saling bekerjasama sehingga mereka sangat
akrab sekali. Bahkan ketika Anna di tanya dimana sepupumu Risa. Ia berkata ia
kakakku. Dan jangan pernah lagi sebut ia sepupuku jika bertanya padaku. Risa
dengan senang hati menerima semua iu
walaupun ia sering dijahilin oleh sepupunya Anna.
Risa telah lama
tinggal satu rumah dengan Pak Agus dan Ibu Aisyah ketika mereka berdua
baru-baru saja menikah karena lama baru punya anak dan Ibu Risa meninggal
ketika masih kecil. Risa diasuh oleh Ibu Anna itulah salah satu sebab Anna
sangat menyayangi kakaknya, Ia juga sadar bahwa sering menjahili kakaknya. Dan
disisi lain. Risa adalah sepupu dari Anna atau ia adalah keponakan dari Pak
Agus dan Ibu Aisyah.
Allahu
Akbar....Allahu Akbar...!!! Suara Adzan Maghrib berkumandang mereka satu
keluarga bergegas ke Masjid yang tak jauh dari rumahnya jaraknya Cuma enam
puluh lima meter dari rumah Pak Agus. Usai shalat Maghrib mereka mengaji di
Masjid beberapa menit kemudian ke rumah mempersipkan makan malam. Pak Agus,
Alam dan Ihsan tinggal di Masjid sedangkan Ibu Aisyah, Risa dan Anna pulang
kembali ke rumah untuk persiapan makan malam.
Malam begitu
mencekam di bawah sinar rembulan yang bersinar terang. Risa memandangi bulan
tersebut. Dan berkata dalam hati, apakah ia juga seperti Aku yang selalu memikirkannya
dan memandang rembulan yang menampakkan sinarnya. Aku sangat merindukan akan
kehadiranmu, Aku akan tetap disini dan tak akan pergi kemana hingga kau datang
disaat yang tepat. Risa memandangi sepupunya Anna sudah tertidur pulas. Dengan rasa
kantuk yang tak tertahankan dan sudah larut malam Risa kembali ke peraduan
untuk memimpikan akan indanya dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar