![]() |
Sandi Ibnu Syam (Ketua Umum PD IPM Jeneponto) |
Jika Aku harus hijrah kembali maka Aku akan lebih
matangkan hatiku ikhlas. Sebab itulah satu-satunya mengharap ridha-Nya. Memang
tak mudah mengambil sebuah keputusan yang tepat dari segala apa yang telah kita
lakukan. Jalan terjal selalu meghampiri kita namun seiring dengan itu jalan
lain itupun selalu ada. Hanya satu hal yaitu dengan keyakinan kita kepada sang
Khaliq bahwa segala apa yang telah terjadi karena sunnatullah walau harus
disadari ada usaha yang kita lakukan.
Dilematis itu selalu menghantui diriku, diri ini seakan
goyah tak berperih selalu saja ada sesuatu yang mengganjal, nyatanya itu sebuah
keragu-raguan. Dan keragu-raguan itu datangnya dari bisikan syaithan. Kategori syaithan
pun ada dua macam. Syaithan dari bentuk jin makhluk ghaib tak kasat mata dan
syaithan dari bentuk manusia yang kasat mata. Ini dapat kita sinyalir dari
sebuah ayat dalam Al-Qur’an yang terdapat pada Qur’an Surah An-Nas ayat 6 yang
berbunyi, “Dari godaan Jin dan manusia”,
Ayat di atas mengisyaratkan kepada kita sebagai manusia
untuk selalu berhati-hati dalam mengambil sebuah keputusan. Apakah keputusan
itu tepat atau malah sebaliknya kurang tepat. Hanya ada satu hal yang bias kita
lakukan dengan senantiasa yakin kepada Allah swt. atas segala apa yang kita
lakukan dengan terus memohon dengan petunjuk-Nya.
Ada satu hadits yang terdapat dalam Hadits Arbain
An-Nawawiyah hadits ke-11 tentang meninggalkan sesuatu yang meragukan. Hadits itu
berbunyi, Dari Abu Muhammad Hasan bin Ali bin Abu Thalib ra., cucu dan
kesayangan Rasulullah saw. Berkata: Saya hafal dari Rasulullah saw, “Tinggalkanlah apa yang meragukanmu dan
kerjakanlah apa yang tidak meragukanmu.” (HR. Tirmidzi dan Nasa’I, Tirmidzi
berkomentar, “ini adalah hadits hasan
sahih.”)
Kiranya hadits di
atas bias kita lakukan dimana dan kapanpun kita berada serta segala aktivitas
yang akan kita lakukan. Persoalan keraguan itu selalu saja menghampiri siapa
saja baik kalangan bawah, menengah dan kalangan atas. Sebenarnya, ragu,
gelisah, sedih, apapun itu semua itu hanya satu dari sekian ujian yang Allah
berikan kepada hambanya. Terkadang Allah menguji hambanya dengan kesenangan,
kesedihan dan kesabaran. Tiga hal itu berpacu dalam satu melodi cinta, bahwa
Allah begitu dekat dengan kita. Nyatanya kitalah seorang manusia terkadang lupa
dan kita seakan-akan lupa kepadanya.
Jika demikian, ada satu hal yang mestinya seorang hamba
harus tahu, boleh jadi kita pernah melakukan satu kesalahan (baca:dosa) atau
beberapa kesalahan terhadap sang Khaliq lalu ia menimpakan kepada kita sebuah
musibah. Dalam Al-Qur’an beberapa ayat menjelaskan hal itu tentang musibah yang
menimpa diri masing-masing hamba. Itu terjadi ketika apa yang pernah kita
lakukan itu telah kita lupakan lalu kemudian Allah menimpakan musibah tersebut.
Ujian atau musibah itu sesuatu yang pasti akan menimpa
siapa, dimana dan kapanpun itu. Telah jelas dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah
ayat 155-156, bunyinya, “Dan Kami pasti
akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan, harta, jiwa
dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu
apabila orang-orang ditimpa musibah, mereka berkata, “Inna lillah wa inna
ilaihi raji’un (sesungghnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali.”
Mari terus berbenah hati, tiada yang dapat
membolak-balikkan hati seorang hamba kecuali Allah. Yah, kembali ke jalan Allah
dengan jalan yang lurus bukan jalan yang sesat dan bukan pula jalan yang
dimurkai-Nya. Istiqamahkan hati kita kepada Allah, kita harus yakin bahwa Allah
adalah Pemberi rezeki, jodoh, kesehatan, kesempatan dan lain-lainnya. Mari kita
lapangkan dada kita sebagaimana Nabi Muhammad saw . dilapangkan hatinya oleh
Allah yang terdapat dalam Qur’an Surah Al-Insyirah ayat 1, bunyinya, “Bukankah Kami telah melapangkan
dadamu(Muhammad)?,
Ayat ini menandakan bahwa seorang hamba hatinya harus
lapang(baca:luas) sebab hati umpama wadah atau tempat untuk meletakkan sesuatu.
Jika wadah itu sempit tidak akan menampung sesuatu itu, namun jika wadahnya
luas maka wadah tersebut akan menampung segala sesuatunya. Sekali lagi mari
lapangkan dada kita segala apa yang terjadi disana ada sebuah petunjuk Allah
bahwa masih ada secerca harapan. Sebab hamba yang ketika musibah menimpanya
Allah sangat rindu mendengar rintihan, keluhan hambanya. Malaikat akan turun ke
bumi melihat hamba Allah yang merasa kekurangan baik jiwa, harta, motivasi
kemudian Malaikat menghadap Kepada Allah untuk melaporkan bahwa ada hamba-MU
yang tertimpa masibah dan senantiasa menyebut nama-Mu.
Segala penyakit baik fisik mapun psikis ada obatnya,
tinggal bagaimana obat tersebut kita temukan dengan mencari dimana obat
tersebut berada. Intinya, tidak ada kata putus asa sebab putus asa hanya bagi
mereka yang ingkar terhadap nikmat Allah. Telah jelas dalam Qur’an Surah Yusuf
ayat 87 bunyinya, “Dan janganlah kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat
Allah, hanyalah orang-orang kafir,”.
Marilah kita untuk terus berusaha agar rahmat Allah
selalu mengelilingi kita. Agar rahmat tersebut kita jaga dan tentu Allah akan
memberikan rahmat-Nya kepada kita semua. Semua itu tidak akan tercapai jika
bukan dari pribadi hamba tersebut. Sebab hanya kita masing-masing yang dapat
mengubah semua itu. Sebagaimana dalam firman Allah Qur’an Surah Ar-Rad ayat 11,
bunyinya, “Sesungguhnya Allah tidak akan
mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah nasib mereka,”.
Apakah ini tidak jelas, tentu jelaslah.
Intinya seorang hamba harus senantiasa mengingat Allah
swt. “Maka ingatlah kepada-Ku. Akupun akan
ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan jangan kamu ingkar
kepada-Ku.(QS.Albaqarah:152). Mengapa demikian, “Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan
mereka itulah yang mendapat petunjuk,”(QS.Al-Baqarah:157). Sebuah petunjuk Tuhan kepada manusia jika
mereka ingat dan bersyukur kepada Tuhan kita Allah swt. dan mudah-mudahan kita
semua tidak mendustakan segala nikmat yang Allah berikan kepada hamba_Nya. “Maka nikmat yang manakah yang kamu
dustakan?”. Oleh karena itu, seorang hamba Allah janganlah lupa kepada-Nya
apalagi jika seakan-akan lupa kepada-Nya maka Allah akan melupakan untuk diri
kita masing-masing.
“Dan janganlah kamu
seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka
lupa akan diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.”(QS.Al-Hasyr:19).
Ngeri juga yah. Tiada yang yang pantas kita ucapkan kecuali Maha suci
Allah, Tuhan semesta Alam. Kiranya ini sebagai pengingat bagi mereka yang lupa.
Sebagai penerang obor bagi mereka yang diliputi rahmat dan sebagai renungan
bagi mereka yang ingkar dan sombong akan kekuasaan Allah.
Tulisan di atas hanyalah untuk merawat kegelisahan yang
menimpa diriku dengan menulis untuk mengabadikan zaman. Tak lebih dan tak
kurang hanya sebagai pelipur laraku dalam setiap kegundahan karena Aku yakin
Allah bersama orang-orang yang sabar dan semoga ini sebagai kabar gembira dari
Allah sebagaimana dalam firman-Nya, bunyinya, “Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “ Tuhan kami adalah Allah”
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun
kepada mereka (dengan berkata), “janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu
bersedih hati, dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah
dijanjikan kepadamu”.
Aku berharap kepada Allah, dengan segala musibah yang
menimpaku selama ini semoga itu menjadi penggugur dosa-dosaku baik yang sengaja
Aku lakukan maupun yang tidak sengaja Aku lakukan. Kiranya inilah caraku merawat
kegelisahanku dan mengabadikan zaman dengan cara menuliskan isi hatiku yang tak
mampu Aku utarakan lewat lisan. Sekali ini hanyalah caraku mengolah hati agar
menjadi tenang dengan mengingat Allah swt. dengan mengingat Firman Allah, “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka menjadi tentramdengan mengingat Allah. Ingatlah,hanya dengan mengingat
Allah hati menjadi tentram,”(QS. Ar-Rad:28).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar