Kata Mutiara

Tidak akan kembali hari-hari yang telah berlalu

Selasa, 30 Mei 2017

MERAWAT KEGELISAHAN

Sandi Ibnu Syam
(Ketua Umum PD IPM Jeneponto)

Jika Aku harus hijrah kembali maka Aku akan lebih matangkan hatiku ikhlas. Sebab itulah satu-satunya mengharap ridha-Nya. Memang tak mudah mengambil sebuah keputusan yang tepat dari segala apa yang telah kita lakukan. Jalan terjal selalu meghampiri kita namun seiring dengan itu jalan lain itupun selalu ada. Hanya satu hal yaitu dengan keyakinan kita kepada sang Khaliq bahwa segala apa yang telah terjadi karena sunnatullah walau harus disadari ada usaha yang kita lakukan.
Dilematis itu selalu menghantui diriku, diri ini seakan goyah tak berperih selalu saja ada sesuatu yang mengganjal, nyatanya itu sebuah keragu-raguan. Dan keragu-raguan itu datangnya dari bisikan syaithan. Kategori syaithan pun ada dua macam. Syaithan dari bentuk jin makhluk ghaib tak kasat mata dan syaithan dari bentuk manusia yang kasat mata. Ini dapat kita sinyalir dari sebuah ayat dalam Al-Qur’an yang terdapat pada Qur’an Surah An-Nas ayat 6 yang berbunyi, “Dari godaan Jin dan manusia”,
Ayat di atas mengisyaratkan kepada kita sebagai manusia untuk selalu berhati-hati dalam mengambil sebuah keputusan. Apakah keputusan itu tepat atau malah sebaliknya kurang tepat. Hanya ada satu hal yang bias kita lakukan dengan senantiasa yakin kepada Allah swt. atas segala apa yang kita lakukan dengan terus memohon dengan petunjuk-Nya.
Ada satu hadits yang terdapat dalam Hadits Arbain An-Nawawiyah hadits ke-11 tentang meninggalkan sesuatu yang meragukan. Hadits itu berbunyi, Dari Abu Muhammad Hasan bin Ali bin Abu Thalib ra., cucu dan kesayangan Rasulullah saw. Berkata: Saya hafal dari Rasulullah saw, “Tinggalkanlah apa yang meragukanmu dan kerjakanlah apa yang tidak meragukanmu.” (HR. Tirmidzi dan Nasa’I, Tirmidzi berkomentar, “ini adalah hadits hasan sahih.”)
 Kiranya hadits di atas bias kita lakukan dimana dan kapanpun kita berada serta segala aktivitas yang akan kita lakukan. Persoalan keraguan itu selalu saja menghampiri siapa saja baik kalangan bawah, menengah dan kalangan atas. Sebenarnya, ragu, gelisah, sedih, apapun itu semua itu hanya satu dari sekian ujian yang Allah berikan kepada hambanya. Terkadang Allah menguji hambanya dengan kesenangan, kesedihan dan kesabaran. Tiga hal itu berpacu dalam satu melodi cinta, bahwa Allah begitu dekat dengan kita. Nyatanya kitalah seorang manusia terkadang lupa dan kita seakan-akan lupa kepadanya.
Jika demikian, ada satu hal yang mestinya seorang hamba harus tahu, boleh jadi kita pernah melakukan satu kesalahan (baca:dosa) atau beberapa kesalahan terhadap sang Khaliq lalu ia menimpakan kepada kita sebuah musibah. Dalam Al-Qur’an beberapa ayat menjelaskan hal itu tentang musibah yang menimpa diri masing-masing hamba. Itu terjadi ketika apa yang pernah kita lakukan itu telah kita lupakan lalu kemudian Allah menimpakan musibah tersebut.
Ujian atau musibah itu sesuatu yang pasti akan menimpa siapa, dimana dan kapanpun itu. Telah jelas dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 155-156, bunyinya, “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan, harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu apabila orang-orang ditimpa musibah, mereka berkata, “Inna lillah wa inna ilaihi raji’un (sesungghnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali.”
Mari terus berbenah hati, tiada yang dapat membolak-balikkan hati seorang hamba kecuali Allah. Yah, kembali ke jalan Allah dengan jalan yang lurus bukan jalan yang sesat dan bukan pula jalan yang dimurkai-Nya. Istiqamahkan hati kita kepada Allah, kita harus yakin bahwa Allah adalah Pemberi rezeki, jodoh, kesehatan, kesempatan dan lain-lainnya. Mari kita lapangkan dada kita sebagaimana Nabi Muhammad saw . dilapangkan hatinya oleh Allah yang terdapat dalam Qur’an Surah Al-Insyirah ayat 1, bunyinya, “Bukankah Kami telah melapangkan dadamu(Muhammad)?,
Ayat ini menandakan bahwa seorang hamba hatinya harus lapang(baca:luas) sebab hati umpama wadah atau tempat untuk meletakkan sesuatu. Jika wadah itu sempit tidak akan menampung sesuatu itu, namun jika wadahnya luas maka wadah tersebut akan menampung segala sesuatunya. Sekali lagi mari lapangkan dada kita segala apa yang terjadi disana ada sebuah petunjuk Allah bahwa masih ada secerca harapan. Sebab hamba yang ketika musibah menimpanya Allah sangat rindu mendengar rintihan, keluhan hambanya. Malaikat akan turun ke bumi melihat hamba Allah yang merasa kekurangan baik jiwa, harta, motivasi kemudian Malaikat menghadap Kepada Allah untuk melaporkan bahwa ada hamba-MU yang tertimpa masibah dan senantiasa menyebut nama-Mu.
Segala penyakit baik fisik mapun psikis ada obatnya, tinggal bagaimana obat tersebut kita temukan dengan mencari dimana obat tersebut berada. Intinya, tidak ada kata putus asa sebab putus asa hanya bagi mereka yang ingkar terhadap nikmat Allah. Telah jelas dalam Qur’an Surah Yusuf ayat 87 bunyinya, “Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang kafir,”.
Marilah kita untuk terus berusaha agar rahmat Allah selalu mengelilingi kita. Agar rahmat tersebut kita jaga dan tentu Allah akan memberikan rahmat-Nya kepada kita semua. Semua itu tidak akan tercapai jika bukan dari pribadi hamba tersebut. Sebab hanya kita masing-masing yang dapat mengubah semua itu. Sebagaimana dalam firman Allah Qur’an Surah Ar-Rad ayat 11, bunyinya, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah nasib mereka,”. Apakah ini tidak jelas, tentu jelaslah.
Intinya seorang hamba harus senantiasa mengingat Allah swt. “Maka ingatlah kepada-Ku. Akupun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan jangan kamu ingkar kepada-Ku.(QS.Albaqarah:152). Mengapa demikian, “Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah yang mendapat petunjuk,”(QS.Al-Baqarah:157).  Sebuah petunjuk Tuhan kepada manusia jika mereka ingat dan bersyukur kepada Tuhan kita Allah swt. dan mudah-mudahan kita semua tidak mendustakan segala nikmat yang Allah berikan kepada hamba_Nya. “Maka nikmat yang manakah yang kamu dustakan?”. Oleh karena itu, seorang hamba Allah janganlah lupa kepada-Nya apalagi jika seakan-akan lupa kepada-Nya maka Allah akan melupakan untuk diri kita masing-masing.
Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.”(QS.Al-Hasyr:19). Ngeri juga yah. Tiada yang yang pantas kita ucapkan kecuali Maha suci Allah, Tuhan semesta Alam. Kiranya ini sebagai pengingat bagi mereka yang lupa. Sebagai penerang obor bagi mereka yang diliputi rahmat dan sebagai renungan bagi mereka yang ingkar dan sombong akan kekuasaan Allah.
Tulisan di atas hanyalah untuk merawat kegelisahan yang menimpa diriku dengan menulis untuk mengabadikan zaman. Tak lebih dan tak kurang hanya sebagai pelipur laraku dalam setiap kegundahan karena Aku yakin Allah bersama orang-orang yang sabar dan semoga ini sebagai kabar gembira dari Allah sebagaimana dalam firman-Nya, bunyinya, “Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “ Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati, dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu”.
Aku berharap kepada Allah, dengan segala musibah yang menimpaku selama ini semoga itu menjadi penggugur dosa-dosaku baik yang sengaja Aku lakukan maupun yang tidak sengaja Aku lakukan. Kiranya inilah caraku merawat kegelisahanku dan mengabadikan zaman dengan cara menuliskan isi hatiku yang tak mampu Aku utarakan lewat lisan. Sekali ini hanyalah caraku mengolah hati agar menjadi tenang dengan mengingat Allah swt. dengan mengingat Firman Allah, “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentramdengan mengingat Allah. Ingatlah,hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram,”(QS. Ar-Rad:28).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar