![]() |
Sandi Ibnu Syam |
Dalam Tanfidz Muktamar XX di
Samarinda dijelaskan pokok kebijakan program jangka panjang IPM merupakan
pedoman arah gerak persyarikatan yang dilaksanakan bertahap melalui program dua
(2) tahunan selama sepuluh (10) tahun.
Tahapan-tahapan tersebut program jangka panjang tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Muktamar XVIII (2012-2014) : diarahkan
kepada penumbuhan kesadaran kritis dan akdi kreatif pelajar serta penjagaan
karakter pelajar dengan paradigma gerakan pelajar berkemajuan menuju gerakan
yang kritis dan progresif.
2. Muktamar XIX (2014-2016) : diarahkan
kepada pembangunan kekuatan dan kualitas pelaku gerakan, ideologi gerakan IPM dengan
mengoptimalkan system perkaderan sebagai pendukung terwujudnya “Gerakan Pelajar
Berkemajuan” dan beroriensi ke masa depan, sehingga memiliki sumberdaya yang
siap menjadi actor dan subjek gerakan.
3. Muktamar XX (2016-2018) : diarahkan
kepada IPMsebagai gerakan ilmu, manifestasi Gerakan Pelajar Berkemajuan yang
ungguk dikalangan pelajar serta terciptanya trisi dan habitus iqra’ didunia
pelajar sebagai factor-faktoor pendukung bagi terwujudnta masyarakat utama
berperabadan.
4. Muktamar XXI (2018-2020) : di arahkan
kepada pembangunan komunitas kreatif sebagai strategi kultural Gerakan Pelajar
Berkemajuan untuk melakukan trnsformasi social, dan transformasi kebudayaan di
tengan masyarakat di tengah masyarakat global.
5. Muktamar XXII (2020-2022) : diarahkan
transformasi (perubahan cepat kea rah kemajuan) dan terciptanyaseluruh elemen
system organisassi dan jaringan IPM yang maju, professional, dan modern;
berkembangnya system kaderisasi, gerakan ilmu, serta penigkatan dan
pengembangan peran strategis IPM dalam kehidupan umat, bangsa dan dinamika
global.
6. Muktamar XXIII (2020-2024) : diarahkan
perjuangan pembentkan masyarakat ilmu sebagai cikal bakal terwujudnya tujuan
Muhammadiyah, yaitu masyarakat Islam yang sebenar-benarnya atau masyarakat utama, yang bertujuan terbentuknya peradaban
utama.
Dari setiap rentetan Muktamar di atas
dapat diketahui bahwa pelajar sebagai next generation harus mampu
mewujudkan dari setiap arah kebijakan program telah disepakati. Tentu saja
tidak meweujudkan semua itu, perlu kerja sama yang baik antara Pusat hingga ke
Ranting-Ranting yang ada di seluruh Indonesia. Jika dalam setiap dua tahunan
telah ditentukan arah kebijakannya maka hal itu menjadi semua kewajiban bagi
para pimpinan Selain itu, setiap pergantian pimpinan pada Muktamar pasca IRM
berubah menjadi IPM, maka ditetapkan visi misi masing-masing untuk bagaimana
mengarahkan perlajar sebagai estafet kepemimpinan di antaranya, sebagaimana
dalam Laporan Organisasi Otonom pada tahun 2015 lalu di Makassar.
1. Muktamar XVII di Bantul (2010-2012)
dengan visi gerakan, “IPM Sebagai Rumah Kreatif Pelajar Indonesia”. Misinya,
Membangun budaya kritis, meningkatkan jaringan komunikasi efektif,
mengaktualisasikan nilai-nilai Islam transformative dan membangun tradisi
ilmiah.
2. Muktamar XVIII di Palembang (2012-2014)
dengan visi gerakan, “Pelajar Kritis dan Progresif”, misinya meningkatkan
kualitas keilmuan dan keislaman kader, meningkatkan semangat perjuangan dalam
berorganisasi, intensifikasi infrastruktur dan suprastruktur organisasi,
meningkatkan jaringan kemitraan dan kewirausahaan, memberdayakan minat dan
bakat pelajar Indonesia, meningkatkan tradisi Equel Acces bagi pelajar
Indonesia, Mobilisasi informasi dan IPM Branding.
3. Muktamar XIX di Jakarta (2014-2016)
dengan visi gerakan, “Menjadikan IPM sebagai Rumah Inspiratif Pelajar
Indonesia”, misinya adalah menciptakan system gerakan IPM yang maju, unggul dan
professional dilandasi dengan nilai-nilai keikhlasan dan komitmen gerakan yang
disertai dengan pemahaman ideologi dan paradigma gerakan yang kuat, membentuk
manajemen dan kepemimpinan organisasi yang kuat dengan prinsip
kolejtif-kolegial didasari dengan keteladanan yang transformative,
mengembangkan jaringan organisasi IPM, baik pada level internal maupun
eksternal dialndasi prinsip-prinsip trust dan kejujuran, mengola sumber daya
organisasi IPM baik pada sisi manusia, finansial, dan infrastruktur yang
berkualitas, meningkatkan aksi dan program IPM yang sesuai dengan kebutuhan
pelajar ditataran basis massa.
4. Muktamar XX di Samarinda (2016-2018)
dengan visi gerakan “Terwujudnya Pelajar Muslim yang berkemajuan”, dengan misi
untuk membebaskan pelajar dengan Tauhid yang murni yang berlandaskan Al-Qur’an
dan As-Sunnah, mencerdaskan pelajar dari kebodohan, dengan melakukan tradisi Iqra’
dan keilmuan, memberdayakan individu dan komunitas pelajar, dengan pendekatan
apresiatif terhadap minat, bakat dan potensi pelajar.
Untuk mengetahui apakah setiap Muktamar
ada pencapaian atau tidak, atau hanya sebatas ajang seremonial saja dalam
Muktamar tersebut? Ini dapat diketahui dari progrest report program IPM di
antaranya adalah,
1. Muktamar XVII IPM di Bantul mampu meraih Juara
1 OKP (Organisasi Kepemudaan) terbaik se-Indonesia oleh Kementerian Pemuda dan
Olahraga RI di Jakarta, selanjutan IPM mampu meraih penghargaan ASEAN TAYO di
Bangkok Thailand dan beberapa sederetan prestasi yang dicapainya hasil Muktamar
XVII ini.
2. Muktamar XVIII IPM di Palembang. Dalam
Muktamar XVIII ini IPM kembali meraih prestasi penghargaan ASEAN TAYO tahun
2014 lalu dan beberapa lagi pencapaiannya.
3. Muktamar XIX IPM di Jakarta yang paling
menarik dari programnya adalah program “DialoGue” yang dilaksanakan untuk
memberikan pengetahuan dan wawasan kepada pelajar tentang sastra dan budaya. Kemudian
IPM juga mendapat Penghargaan pemuda Indonesia sebagai OKP terbaik dalam
kategori socialpreneur.
Sebenarnya masih ada lagi beberapa
program yang terlaksana yang tidak disebutkan dalam tulisan ini, tetapi bukan
berarti tidak adanya dalam tulisan ini tidak penting tetapi dari setiap program
yang telah terlaksana di atas untuk memberikan stimulus kepada kepada semua
kalangan pelajar bahwa inilah IPM yang mampu meraih prestasinya dengan segala
usaha yang dilakukannya dan bukan bermaksud untuk menyombongkan diri. Ini
hanyalah refresentatif dari apa yang telah
IPM lakukan hingga sampai sekarang.
Hasil setiap ajang Muktamar di atas dapat
diketahui bagaimana IPM ingin terus bertransformaasi dari setiap gerakannya.
Tentunya dari Muktamar ke Muktamar selanjutnya telah Nampak hasil dan
pencapainnya, ini menandakan IPM sebagai organisasi yang modern dan berkemajuan
mampu melintasi dari setiap zamannya. Lalu, kira-kira bagaimana langkah
selanjutnya dari Muktamar yang belum terlaksana? tentu IPM sampai saat ini
terus berusaha menjadi yang terbaik dan terdepan dalam mengawal pelajar
Indonesia ini dapat lihat sendiri dari arah gerakan dan kebijakan di atas
melalui tahapan-tahapan yang telah ditetapkannya.
Oleh karena itu, IPM dengan gerakannya
mampu untuk terus mengawal pelajar sebagai basis massanya untuk terus menjadi
generasi yang dapat diharapkan untuk masa yng akan datang. Menurut Danik Eka
Rahmaningtiyas dalam buku Indonesia Maju dan Bermartabat mengatakan pelajar
sebagai sosok yang tak terlepas dari Pendidikan dan usia remaja, memiliki
energi ekstra daripada kaum tua karena masih dalam masa “golden age” perkembangan
manusia serta tidak terlepas dari dunia intelektualitas karenam memang tuntutan
dunianya. Pelajar menyimpan beragam potensi dan energi luar biasa yang apabila
tidak tersalurkan dengan baik akan mengarah pada kenakalan remaja (juvenile
delenguence). Oleh sebab itu pelajar haruslah memiliki ruang khusus untuk
mengenali dan pengembangan potensi kreatifnya.
Selama pelajar diidentikkan dengan status
manusia yang belum bisa mandiri sepenuhnya, serta masih tergantung dengan
orang-orang dewasa baik dalam memenuhi kebutuhannya maupun dalam menentukan
keputusan. Padahal di sisi lain, pelajar juga membutuhkan kebutuhan yang luar
biasa baik itu yang bersifat sekadar aktualisasi maupun memang tuntutan
kehidupannya. Rata-rata pelajar diluar tugas utamanya untuk belajar
(bersekolah), mereka lebih suka menghabiskan waktunya untuk memenuhi hasrat
keingintahuan, ingin mencoba, dan tampil beda melalui hal-hal yang kurang
produktif (konsumtif). Walaupun juga ada beberapa pelajar yang mengisi
hari-harinya dengan mainstream produktivitas.
Pola pembelajaran mental kemandirian
sejak dini dirasa sangat perlu dibangun dalam mempersiapkan generasi tangguh
masa depan. Membangkitkan pola piker kreatif dan produktif diharapkan mampu
menjadikan pelajar-pelajar Indonesia lebih siap dan mandiri dalam menyambut
masa depannya, hal ini otomatis akan berdampak pada perekonomian bangsa yang
kian mandiri.
Pelajar sebagai Next Generation menurut
Komaruddin Hidayat dalam bukunya Ungkapan Hikmah membuka Mata, Menangkap
Makna mengatakan bahwa pelajar sebagai manusia memiliki ragam dimensi
kesadaran sesuai dengan dimensinya masing-masing. Menurutnya, kesadaran yang
paling awal adalah kesadaran indrawi atau sensual. Melalui pancaindra, manusia
dapat menyadari lingkungan sekitar. Lingkungan yang dimaksud tentu saja
lingkungan fisik dan empiris. Kedua, kesadaran yang tidak sebatas indrawi,
tetapi kesadaran yang paling nyata adalah keberadaan jantung sebagi pusat
dimensi tubuh. Selanjutnya Komaruddin Hidayat memberikan tips sekaligus nasehat
untuk bagaimana pelajar untuk menjadi seorang pemimpin karena memang mampu
untuk memimpin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar