Kata Mutiara

Tidak akan kembali hari-hari yang telah berlalu

Minggu, 24 Juni 2018

PELAJAR NEXT GENERATION

Sandi Ibnu Syam

Dalam Tanfidz Muktamar XX di Samarinda dijelaskan pokok kebijakan program jangka panjang IPM merupakan pedoman arah gerak persyarikatan yang dilaksanakan bertahap melalui program dua (2) tahunan selama sepuluh (10) tahun.  Tahapan-tahapan tersebut program jangka panjang tersebut adalah sebagai berikut.
1.    Muktamar XVIII (2012-2014) : diarahkan kepada penumbuhan kesadaran kritis dan akdi kreatif pelajar serta penjagaan karakter pelajar dengan paradigma gerakan pelajar berkemajuan menuju gerakan yang kritis dan progresif.
2.    Muktamar XIX (2014-2016) : diarahkan kepada pembangunan kekuatan dan kualitas pelaku gerakan, ideologi gerakan IPM dengan mengoptimalkan system perkaderan sebagai pendukung terwujudnya “Gerakan Pelajar Berkemajuan” dan beroriensi ke masa depan, sehingga memiliki sumberdaya yang siap menjadi actor dan subjek gerakan.
3.    Muktamar XX (2016-2018) : diarahkan kepada IPMsebagai gerakan ilmu, manifestasi Gerakan Pelajar Berkemajuan yang ungguk dikalangan pelajar serta terciptanya trisi dan habitus iqra’ didunia pelajar sebagai factor-faktoor pendukung bagi terwujudnta masyarakat utama berperabadan.
4.    Muktamar XXI (2018-2020) : di arahkan kepada pembangunan komunitas kreatif sebagai strategi kultural Gerakan Pelajar Berkemajuan untuk melakukan trnsformasi social, dan transformasi kebudayaan di tengan masyarakat di tengah masyarakat global.
5.    Muktamar XXII (2020-2022) : diarahkan transformasi (perubahan cepat kea rah kemajuan) dan terciptanyaseluruh elemen system organisassi dan jaringan IPM yang maju, professional, dan modern; berkembangnya system kaderisasi, gerakan ilmu, serta penigkatan dan pengembangan peran strategis IPM dalam kehidupan umat, bangsa dan dinamika global.
6.    Muktamar XXIII (2020-2024) : diarahkan perjuangan pembentkan masyarakat ilmu sebagai cikal bakal terwujudnya tujuan Muhammadiyah, yaitu masyarakat Islam yang sebenar-benarnya atau masyarakat  utama, yang bertujuan terbentuknya peradaban utama.
Dari setiap rentetan Muktamar di atas dapat diketahui bahwa pelajar sebagai next generation harus mampu mewujudkan dari setiap arah kebijakan program telah disepakati. Tentu saja tidak meweujudkan semua itu, perlu kerja sama yang baik antara Pusat hingga ke Ranting-Ranting yang ada di seluruh Indonesia. Jika dalam setiap dua tahunan telah ditentukan arah kebijakannya maka hal itu menjadi semua kewajiban bagi para pimpinan Selain itu, setiap pergantian pimpinan pada Muktamar pasca IRM berubah menjadi IPM, maka ditetapkan visi misi masing-masing untuk bagaimana mengarahkan perlajar sebagai estafet kepemimpinan di antaranya, sebagaimana dalam Laporan Organisasi Otonom pada tahun 2015 lalu di Makassar.
1.    Muktamar XVII di Bantul (2010-2012) dengan visi gerakan, “IPM Sebagai Rumah Kreatif Pelajar Indonesia”. Misinya, Membangun budaya kritis, meningkatkan jaringan komunikasi efektif, mengaktualisasikan nilai-nilai Islam transformative dan membangun tradisi ilmiah.
2.    Muktamar XVIII di Palembang (2012-2014) dengan visi gerakan, “Pelajar Kritis dan Progresif”, misinya meningkatkan kualitas keilmuan dan keislaman kader, meningkatkan semangat perjuangan dalam berorganisasi, intensifikasi infrastruktur dan suprastruktur organisasi, meningkatkan jaringan kemitraan dan kewirausahaan, memberdayakan minat dan bakat pelajar Indonesia, meningkatkan tradisi Equel Acces bagi pelajar Indonesia, Mobilisasi informasi dan IPM Branding.
3.    Muktamar XIX di Jakarta (2014-2016) dengan visi gerakan, “Menjadikan IPM sebagai Rumah Inspiratif Pelajar Indonesia”, misinya adalah menciptakan system gerakan IPM yang maju, unggul dan professional dilandasi dengan nilai-nilai keikhlasan dan komitmen gerakan yang disertai dengan pemahaman ideologi dan paradigma gerakan yang kuat, membentuk manajemen dan kepemimpinan organisasi yang kuat dengan prinsip kolejtif-kolegial didasari dengan keteladanan yang transformative, mengembangkan jaringan organisasi IPM, baik pada level internal maupun eksternal dialndasi prinsip-prinsip trust dan kejujuran, mengola sumber daya organisasi IPM baik pada sisi manusia, finansial, dan infrastruktur yang berkualitas, meningkatkan aksi dan program IPM yang sesuai dengan kebutuhan pelajar ditataran basis massa.
4.    Muktamar XX di Samarinda (2016-2018) dengan visi gerakan “Terwujudnya Pelajar Muslim yang berkemajuan”, dengan misi untuk membebaskan pelajar dengan Tauhid yang murni yang berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah, mencerdaskan pelajar dari kebodohan, dengan melakukan tradisi Iqra’ dan keilmuan, memberdayakan individu dan komunitas pelajar, dengan pendekatan apresiatif terhadap minat, bakat dan potensi pelajar.
Untuk mengetahui apakah setiap Muktamar ada pencapaian atau tidak, atau hanya sebatas ajang seremonial saja dalam Muktamar tersebut? Ini dapat diketahui dari progrest report program IPM di antaranya adalah,
1.    Muktamar XVII IPM di Bantul mampu meraih Juara 1 OKP (Organisasi Kepemudaan) terbaik se-Indonesia oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga RI di Jakarta, selanjutan IPM mampu meraih penghargaan ASEAN TAYO di Bangkok Thailand dan beberapa sederetan prestasi yang dicapainya hasil Muktamar XVII ini.
2.    Muktamar XVIII IPM di Palembang. Dalam Muktamar XVIII ini IPM kembali meraih prestasi penghargaan ASEAN TAYO tahun 2014 lalu dan beberapa lagi pencapaiannya.
3.    Muktamar XIX IPM di Jakarta yang paling menarik dari programnya adalah program “DialoGue” yang dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan dan wawasan kepada pelajar tentang sastra dan budaya. Kemudian IPM juga mendapat Penghargaan pemuda Indonesia sebagai OKP terbaik dalam kategori socialpreneur.
Sebenarnya masih ada lagi beberapa program yang terlaksana yang tidak disebutkan dalam tulisan ini, tetapi bukan berarti tidak adanya dalam tulisan ini tidak penting tetapi dari setiap program yang telah terlaksana di atas untuk memberikan stimulus kepada kepada semua kalangan pelajar bahwa inilah IPM yang mampu meraih prestasinya dengan segala usaha yang dilakukannya dan bukan bermaksud untuk menyombongkan diri. Ini hanyalah refresentatif dari apa yang telah  IPM lakukan hingga sampai sekarang.
Hasil setiap ajang Muktamar di atas dapat diketahui bagaimana IPM ingin terus bertransformaasi dari setiap gerakannya. Tentunya dari Muktamar ke Muktamar selanjutnya telah Nampak hasil dan pencapainnya, ini menandakan IPM sebagai organisasi yang modern dan berkemajuan mampu melintasi dari setiap zamannya. Lalu, kira-kira bagaimana langkah selanjutnya dari Muktamar yang belum terlaksana? tentu IPM sampai saat ini terus berusaha menjadi yang terbaik dan terdepan dalam mengawal pelajar Indonesia ini dapat lihat sendiri dari arah gerakan dan kebijakan di atas melalui tahapan-tahapan yang telah ditetapkannya.
Oleh karena itu, IPM dengan gerakannya mampu untuk terus mengawal pelajar sebagai basis massanya untuk terus menjadi generasi yang dapat diharapkan untuk masa yng akan datang. Menurut Danik Eka Rahmaningtiyas dalam buku Indonesia Maju dan Bermartabat mengatakan pelajar sebagai sosok yang tak terlepas dari Pendidikan dan usia remaja, memiliki energi ekstra daripada kaum tua karena masih dalam masa “golden age” perkembangan manusia serta tidak terlepas dari dunia intelektualitas karenam memang tuntutan dunianya. Pelajar menyimpan beragam potensi dan energi luar biasa yang apabila tidak tersalurkan dengan baik akan mengarah pada kenakalan remaja (juvenile delenguence). Oleh sebab itu pelajar haruslah memiliki ruang khusus untuk mengenali dan pengembangan potensi kreatifnya.
Selama pelajar diidentikkan dengan status manusia yang belum bisa mandiri sepenuhnya, serta masih tergantung dengan orang-orang dewasa baik dalam memenuhi kebutuhannya maupun dalam menentukan keputusan. Padahal di sisi lain, pelajar juga membutuhkan kebutuhan yang luar biasa baik itu yang bersifat sekadar aktualisasi maupun memang tuntutan kehidupannya. Rata-rata pelajar diluar tugas utamanya untuk belajar (bersekolah), mereka lebih suka menghabiskan waktunya untuk memenuhi hasrat keingintahuan, ingin mencoba, dan tampil beda melalui hal-hal yang kurang produktif (konsumtif). Walaupun juga ada beberapa pelajar yang mengisi hari-harinya dengan mainstream produktivitas.
Pola pembelajaran mental kemandirian sejak dini dirasa sangat perlu dibangun dalam mempersiapkan generasi tangguh masa depan. Membangkitkan pola piker kreatif dan produktif diharapkan mampu menjadikan pelajar-pelajar Indonesia lebih siap dan mandiri dalam menyambut masa depannya, hal ini otomatis akan berdampak pada perekonomian bangsa yang kian mandiri.
Pelajar sebagai Next Generation menurut Komaruddin Hidayat dalam bukunya Ungkapan Hikmah membuka Mata, Menangkap Makna mengatakan bahwa pelajar sebagai manusia memiliki ragam dimensi kesadaran sesuai dengan dimensinya masing-masing. Menurutnya, kesadaran yang paling awal adalah kesadaran indrawi atau sensual. Melalui pancaindra, manusia dapat menyadari lingkungan sekitar. Lingkungan yang dimaksud tentu saja lingkungan fisik dan empiris. Kedua, kesadaran yang tidak sebatas indrawi, tetapi kesadaran yang paling nyata adalah keberadaan jantung sebagi pusat dimensi tubuh. Selanjutnya Komaruddin Hidayat memberikan tips sekaligus nasehat untuk bagaimana pelajar untuk menjadi seorang pemimpin karena memang mampu untuk memimpin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar