![]() |
Sandi Ibnu Syam |
Disebutkan
dalam laporan Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah yang disampaikan pada
Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar, terutama bagaimana proyeksi kondisi
IPM salah satu pengaruhnya adalah tentang sebuah corak berislaman IPM. IPM
dalam konsep keberislamannya mengalami proses kegamangan sampai ke tingkat grassroot
(akar rumput) sehingga banyak dari kader IPM yang beralih ke “rumah” yang
lain untuk mengasah konsep keberislamannya. Proses kegamangan ini terjadi
ketika kita gagal dalam mendalami konsep keberislaman IPM, sehingga dinilai
perlu untuk membuat formulasi baru tentang konsep beserta perangkat praksisnya
sehingga bisa menjadi kekuatan yang sekiranya didalami oleh seluruh kader di
semua level organisasi. Hal inilah yang menjadi salah satu kekuatan yang
diharapkan terinternalisasi dan termanifestasikan dalam kehidupan ritual dan
social kader (Laporan Organisasi Otonom, Lampiran : Laporan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah).
Perlu
diketahui bahwa judul tulisan di atas sebenarnya adalah tema yang diangkat oleh
Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam
Balebo yang melihat kondisi kader-kadernya sangat memprihatinkan dan perlu
perhatian yang serius. Mereka pun terkadang menemui banyak kekecewaan dan
keresahan yang mendalam melihat kader-kadernya tidak terlalu banyak yang ingin
aktif di IPM, tentunya ini sesuai dengan realitas yang terjadi di Rantingnya.
Namun demikan, semua harus dipahami untuk melihat dari sisi mana yang harus
dibenahi. Sebab, ini sangat erat kaitannya dengan pola dan efektifitas item
perkaderan yang dilakukan. Menurut kebanyakan orang kader IPM tak lagi memilki
militansi dan loyalitas gerakan. Mereka (baca: pelajar zaman 90-2000an) yang mendapatkan kekaderan yang didapatinya
sangat berbeda dengan yang ada hari ini.
Tidak
salah juga jika dikatakan demikian, hanya saja kita harus mendalami betul pola
yang dilakukan IPM saat ini. sehingga sebagian yang lain tidak beranggapan
bahwa IPM saat ini sedang krisis kader. Namun, yang pastinya bahwa IPM dengan
segala perangkat system saat ini telah cocok dengan realitas kondisi saat ini.
apalagi ditambah dengan kondisi kader hari ini yang seakan mereka sangat jauh
dari pedoman hidupnya yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Menurut Indra Jaya Sikumbang dalam Indonesia
Maju dan Bermartabat Refleksi Pemikiran Aktivis IPM ia menyebutkan bahwa
tantangan masa depan para pelajar sudah ada dihadapan mata dan hampir membunuh
mentalitas para pelajar. Para pelajar sebagai entitas social yang paling
dominan di Indonesia sudah layaknya menjadi subjek perubahan bagi peradaban
kemanusiaan dan kebangsaan nusantara. Imajinasi yang kosong akan berkemaknaan
sudah saatnya diisi dengan langkah progesif dan produktif. Untuk menghadapi
tantangan budaya global tentunya kita harus memanfaatkan kearifan, dan cara
efektif yang dimiliki mesin global. Oleh sebab itu, perlunya modifikasi gerakan
dengan strategi klasik kearah yang lebih kreatif, namun tetap menjaga
nilai-nilai dan norma-norma asli. Di sini kita akan menilik kepada
spiritualisme Islam yang sudah menjadi rumah gerakan pelajar Islam.
Spiritualisme
Islam sebagai rumah gerakan gerakan tentunya harus mempunyai visi yang jelas
dan terarah. Jika ditilik lebih jauh lagi dalam tanfidz Muktamar ke XX di
Samarinda disana tercantum sebuah visi bagaimana untuk merealisasikan
spiritualisme Islam adalah dengan mengembangkan dakwah Islam pelajar yang
bersifat inspiratif, menggembirakan dan mencerahkan. Dakwah yang memahami
karakteristik mad’u kontemporer. Sehingga Islam menjadi sumber hidup kreatif
bagi pengembangan kehidupan sehari-hari pelajar, visi ini adalah perwujudan
visi dari bidang Kajian dan Dakwah Islam.
harapan
demi harapan harus selalu ada bagi kita semua bagaimana agar mampu mewujudkan
pelajar muslim yang berkarakter qur’ani. Ini sebenarnya adalah pekerjaan yang
tidak semudah membalikkan telapak tangan. Mengapa demikian? Sebab ini
memerlukan pendekatan yang lebih khusus atau spesifik untuk mampu mendiagnosa
setiap pelajar untuk membentuk menjadi pelajar yang berkarakter sesuai dengan
Al-Qur’an. Jauh sebelum itu, pelajar harus mampu mengetahui terlebih dahulu
bahwa salah satu manusia di muka bumi ini yang mempunyai karakter Qur’ani
adalah Nabi Muhammad saw. sehingga segala apa yang dilakukan oleh pelajar harus
merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah.
Jika
apa yang ada di atas mampu diterapkan oleh seorang pelajar Muslim maka ini akan
menjadi hal yang sangat dibutuhkan dalam Ikatan. IPM sendiri adalah gerakan
dakwah yang mengharuskan semua kadernya untuk mampu berpartisipasi dalam setiap
item kegiatan yang mengarah mengarah kepada dakwah Islam terutama dikalangan 3yang
telah dijabarkan oleh IPM dan tidak boleh keluar dari koridor yang telah
ditetapkan. Hal ini memungkinkan IPM dan pelajar pada khususnya yang menjadi
subjek untuk melakukan sebuah perubahan yang signifikan. Apa yang ingin tersampaikan
adalah sebenarnya sangat sederhana saja dalam tulisan ini adalah sebuah hal
yang niscaya untuk dilakukan adalah semua bermuara pada proses. Proses inilah
yang akan menjadikan pelajar betul-betul mampu untuk menjadikannya pelajar yang
berkarakter.
Oleh
karena itu, seorang pelajar harus mempunyai citra sebagaimana yang dijelaskan
oleh Ruddin Emang (Psikologi Agama hal : 63-77), citra segi jasmaniah, kejiwaan
dan rohaniyah. Segi jasmaniyah terdiri dari memelihara kesehatan, menjaga
kebersihan. Citra segi kejiwaan di antaranya adalah kecerdasan, kemampuan
menyesuaikan diri, semangat juang, dan sikap. Selanjutnya dari citra segi
rohaniyah adalah takwa dan tawakkal. Semua itu harus bersatu padu dalam satu
kesatuan untuk bagaimana pelajar mampu mewujudkan semua itu tentu dengan
usaha-usaha yan signifikan dan kontinyu.
Selain
itu, pelajar harus mengetahui bagaimana perilaku belajar sebagaimana dijelaskan
oleh Tohirin (Psikologi Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam {Berbasis Integrasi dan Kompetensi}), di antaranya
adalah perilaku belajar untuk menjadi (learning to be), perilaku belajar untuk
belajar (learning to learn), dan perilaku untuk bekerja (leaning to work).
Inilah sebuah pendekatan dalam aspek-aspek psikologis dalam proses pembelajaran
agama Islam. Sekaligus merupakan sebuah metode yang perlu untuk dicermati dan
selanjutnya dilakukan dalam proses yang bertahap dalam melakukan ketiga
perilaku belajar tersebut terutama dalam pembentukan karakter yang berdasarkan
nilai-nilai dari Al-Qur’an.
Sehubungan
dengan itu semua salah satu langkah yang diambil adalah dengan menerapkan sebuah
metode yang mampu mendekatkan pelajar dengan Al-Qur’an sa;ah satunya sebuah
program yang dicanangkan oleh Pimpinan Wilayah IPM Sulsel pada Musyawarah
Wilayah ke XXI di Makassar yang telah di tanfidzkan. Program tersebut dalam
bentuk agenda aksi yang bernama “SAHABAT QUR’AN”. Sahabat Qur’an ini merupakan
pendampingan pelajar dengan menfokuskan perhatian terhadap Al-Qur’an sebagai
pedoman dalam menjalankan kehidupan. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat
menimbulkan kecintaan pelajar terhadap Al-Qur’an dan kelak menjadi pemuda
Qur’ani. Tidak seperti kegiatan yang lain yang sifatnya peminatan, kegiatan ini
diharapkan keikutsertaan setiap pelajar yang telah menjadi almni perkaderan di
tingkat awal. Tujuannya untuk meningkatkan pemahaman kader terhadap ilmu tajwid
dan ilmu-ilmu yang terkait dengan Al-Qur’an secara khusus, perbaikan tahsinul
Qira’ah sehingga memahamkan secara intensif terhadap Al-Qur’an.
Target
dari kegiatan ini antara lain:
a. Terwujudnya pelajar Muhammadiyah yang
Qur’ani yang sejalan dengan tujuan Muhammadiyah.
b. Terwujudnya hafidz/hafidzah maupun ahli
qiroat dikalangan pelajar Muhammadiyah.
c. Terwujudnya pehamanan yang mendalam
terhadap kitab suci Al-Qur’an serta tercermin akhlaq dalam kehidupan
sehari-hari dengan akhlaq Al-Qur’an.
Waktu dan tempat
a. Waktu kegiatan dapat dilakukan sekali
atau dua kali dalam sepekan tergantung kesepakatan pimpinan IPM setempat.
b. Tempat pelaksanaan dapat dilakukan di
Masjid, sekolah, atau sesuai dengan kesepakatan peserta kegiatan.
Kegiatan ini dapat diselenggarakan di
tingkat daerah maupun cabang oleh pimpinan IPM setempat. Pada kegiatan ini
materi yang dapat disajikan adalah khusus yang berkaitan dengan Al-Qur’an
antara lain ‘ulumul Qur’an, tajwid dan yang lainnya.
Oleh karena itu, pelajar selain mempunyai
karakter Qur’ani, diharapkan juga mempunyai karakter moral dan karakter
kinerja.secara moral kader-kader IPM memiliki moral defense karena
dibentuk sejak dini diusia belasan tahun melalui pendampingan, perkaderan, dan
pelatihan. Dalam kinerja kader IPM memiliki etos keswadayaan, kesukarelaan (volunteerism)
yang tinggi.
Ada empat model kader IPM yaitu, 1).
Super, kader yang memiliki energi fisik dan mental yang tinggi tak kenal lelah
dan rela berkorban apapun dan dimanapun, 2). Excellent yang cerdas dan pandai
mengatur strategi dan energi sehingga semua bisa di atasi tanpa menghabiskan
banyak energi, 3). Good kader yang sukses secara organisasi dan akademik karena
berhasil mengatur posisi sebagai aktivis sekaligus pelajar yang punya kewajiban
study, dan terakhir 4). Inspiring kader yang bertanggungjawab, amanah, memiliki
integritas tinggi, menjadi uswah dan panutan bagi lainnya. Jadilah kader yang
Super, Excellent, Good dan Inspiring. Generasi berkemajuan mendorong
terciptanya sumber daya manusia yang unggul dalam bidang ilmu pengetahuan,
karakter dan keterampilan hidup (life and hard skill).
Dengan potensi yang dimiliki oleh Ikatan
Pelajar Muhammadiyah baik struktur, suprastruktur maupun infrastruktur, kita
semua harus optimis IPM akan terus mampu melewati dan melampaui zaman. Kiranya
inilah harapan-harapan dari Ketua Umum PP IPM M. Khoirul Huda dalam Pidato
Iftitahnya Muktamar ke XX di Samarinda. Yang juga menjadi harapan-harapan
bagaimana seorang kader mampu untuk menjadi pelajar Muslim yang berkarakter
Qur’ani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar