Kata Mutiara

Tidak akan kembali hari-hari yang telah berlalu

Minggu, 24 Juni 2018

PELAJAR MUSLIM YANG BERKARAKTER QUR’ANI

Sandi Ibnu Syam

            Disebutkan dalam laporan Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah yang disampaikan pada Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar, terutama bagaimana proyeksi kondisi IPM salah satu pengaruhnya adalah tentang sebuah corak berislaman IPM. IPM dalam konsep keberislamannya mengalami proses kegamangan sampai ke tingkat grassroot (akar rumput) sehingga banyak dari kader IPM yang beralih ke “rumah” yang lain untuk mengasah konsep keberislamannya. Proses kegamangan ini terjadi ketika kita gagal dalam mendalami konsep keberislaman IPM, sehingga dinilai perlu untuk membuat formulasi baru tentang konsep beserta perangkat praksisnya sehingga bisa menjadi kekuatan yang sekiranya didalami oleh seluruh kader di semua level organisasi. Hal inilah yang menjadi salah satu kekuatan yang diharapkan terinternalisasi dan termanifestasikan dalam kehidupan ritual dan social kader (Laporan Organisasi Otonom, Lampiran : Laporan Pimpinan Pusat Muhammadiyah).
            Perlu diketahui bahwa judul tulisan di atas sebenarnya adalah tema yang diangkat oleh Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam Balebo yang melihat kondisi kader-kadernya sangat memprihatinkan dan perlu perhatian yang serius. Mereka pun terkadang menemui banyak kekecewaan dan keresahan yang mendalam melihat kader-kadernya tidak terlalu banyak yang ingin aktif di IPM, tentunya ini sesuai dengan realitas yang terjadi di Rantingnya. Namun demikan, semua harus dipahami untuk melihat dari sisi mana yang harus dibenahi. Sebab, ini sangat erat kaitannya dengan pola dan efektifitas item perkaderan yang dilakukan. Menurut kebanyakan orang kader IPM tak lagi memilki militansi dan loyalitas gerakan. Mereka (baca: pelajar zaman 90-2000an)  yang mendapatkan kekaderan yang didapatinya sangat berbeda dengan yang ada hari ini.
            Tidak salah juga jika dikatakan demikian, hanya saja kita harus mendalami betul pola yang dilakukan IPM saat ini. sehingga sebagian yang lain tidak beranggapan bahwa IPM saat ini sedang krisis kader. Namun, yang pastinya bahwa IPM dengan segala perangkat system saat ini telah cocok dengan realitas kondisi saat ini. apalagi ditambah dengan kondisi kader hari ini yang seakan mereka sangat jauh dari pedoman hidupnya yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.  Menurut Indra Jaya Sikumbang dalam Indonesia Maju dan Bermartabat Refleksi Pemikiran Aktivis IPM ia menyebutkan bahwa tantangan masa depan para pelajar sudah ada dihadapan mata dan hampir membunuh mentalitas para pelajar. Para pelajar sebagai entitas social yang paling dominan di Indonesia sudah layaknya menjadi subjek perubahan bagi peradaban kemanusiaan dan kebangsaan nusantara. Imajinasi yang kosong akan berkemaknaan sudah saatnya diisi dengan langkah progesif dan produktif. Untuk menghadapi tantangan budaya global tentunya kita harus memanfaatkan kearifan, dan cara efektif yang dimiliki mesin global. Oleh sebab itu, perlunya modifikasi gerakan dengan strategi klasik kearah yang lebih kreatif, namun tetap menjaga nilai-nilai dan norma-norma asli. Di sini kita akan menilik kepada spiritualisme Islam yang sudah menjadi rumah gerakan pelajar Islam.
            Spiritualisme Islam sebagai rumah gerakan gerakan tentunya harus mempunyai visi yang jelas dan terarah. Jika ditilik lebih jauh lagi dalam tanfidz Muktamar ke XX di Samarinda disana tercantum sebuah visi bagaimana untuk merealisasikan spiritualisme Islam adalah dengan mengembangkan dakwah Islam pelajar yang bersifat inspiratif, menggembirakan dan mencerahkan. Dakwah yang memahami karakteristik mad’u kontemporer. Sehingga Islam menjadi sumber hidup kreatif bagi pengembangan kehidupan sehari-hari pelajar, visi ini adalah perwujudan visi dari bidang Kajian dan Dakwah Islam.
            harapan demi harapan harus selalu ada bagi kita semua bagaimana agar mampu mewujudkan pelajar muslim yang berkarakter qur’ani. Ini sebenarnya adalah pekerjaan yang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Mengapa demikian? Sebab ini memerlukan pendekatan yang lebih khusus atau spesifik untuk mampu mendiagnosa setiap pelajar untuk membentuk menjadi pelajar yang berkarakter sesuai dengan Al-Qur’an. Jauh sebelum itu, pelajar harus mampu mengetahui terlebih dahulu bahwa salah satu manusia di muka bumi ini yang mempunyai karakter Qur’ani adalah Nabi Muhammad saw. sehingga segala apa yang dilakukan oleh pelajar harus merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah.
            Jika apa yang ada di atas mampu diterapkan oleh seorang pelajar Muslim maka ini akan menjadi hal yang sangat dibutuhkan dalam Ikatan. IPM sendiri adalah gerakan dakwah yang mengharuskan semua kadernya untuk mampu berpartisipasi dalam setiap item kegiatan yang mengarah mengarah kepada dakwah Islam terutama dikalangan 3yang telah dijabarkan oleh IPM dan tidak boleh keluar dari koridor yang telah ditetapkan. Hal ini memungkinkan IPM dan pelajar pada khususnya yang menjadi subjek untuk melakukan sebuah perubahan yang signifikan. Apa yang ingin tersampaikan adalah sebenarnya sangat sederhana saja dalam tulisan ini adalah sebuah hal yang niscaya untuk dilakukan adalah semua bermuara pada proses. Proses inilah yang akan menjadikan pelajar betul-betul mampu untuk menjadikannya pelajar yang berkarakter.
            Oleh karena itu, seorang pelajar harus mempunyai citra sebagaimana yang dijelaskan oleh Ruddin Emang (Psikologi Agama hal : 63-77), citra segi jasmaniah, kejiwaan dan rohaniyah. Segi jasmaniyah terdiri dari memelihara kesehatan, menjaga kebersihan. Citra segi kejiwaan di antaranya adalah kecerdasan, kemampuan menyesuaikan diri, semangat juang, dan sikap. Selanjutnya dari citra segi rohaniyah adalah takwa dan tawakkal. Semua itu harus bersatu padu dalam satu kesatuan untuk bagaimana pelajar mampu mewujudkan semua itu tentu dengan usaha-usaha yan signifikan dan kontinyu.
            Selain itu, pelajar harus mengetahui bagaimana perilaku belajar sebagaimana dijelaskan oleh  Tohirin (Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam {Berbasis Integrasi dan Kompetensi}), di antaranya adalah perilaku belajar untuk menjadi (learning to be), perilaku belajar untuk belajar (learning to learn), dan perilaku untuk bekerja (leaning to work). Inilah sebuah pendekatan dalam aspek-aspek psikologis dalam proses pembelajaran agama Islam. Sekaligus merupakan sebuah metode yang perlu untuk dicermati dan selanjutnya dilakukan dalam proses yang bertahap dalam melakukan ketiga perilaku belajar tersebut terutama dalam pembentukan karakter yang berdasarkan nilai-nilai dari Al-Qur’an.
            Sehubungan dengan itu semua salah satu langkah yang diambil adalah dengan menerapkan sebuah metode yang mampu mendekatkan pelajar dengan Al-Qur’an sa;ah satunya sebuah program yang dicanangkan oleh Pimpinan Wilayah IPM Sulsel pada Musyawarah Wilayah ke XXI di Makassar yang telah di tanfidzkan. Program tersebut dalam bentuk agenda aksi yang bernama “SAHABAT QUR’AN”. Sahabat Qur’an ini merupakan pendampingan pelajar dengan menfokuskan perhatian terhadap Al-Qur’an sebagai pedoman dalam menjalankan kehidupan. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat menimbulkan kecintaan pelajar terhadap Al-Qur’an dan kelak menjadi pemuda Qur’ani. Tidak seperti kegiatan yang lain yang sifatnya peminatan, kegiatan ini diharapkan keikutsertaan setiap pelajar yang telah menjadi almni perkaderan di tingkat awal. Tujuannya untuk meningkatkan pemahaman kader terhadap ilmu tajwid dan ilmu-ilmu yang terkait dengan Al-Qur’an secara khusus, perbaikan tahsinul Qira’ah sehingga memahamkan secara intensif terhadap Al-Qur’an.
            Target dari kegiatan ini antara lain:
a.    Terwujudnya pelajar Muhammadiyah yang Qur’ani yang sejalan dengan tujuan Muhammadiyah.
b.    Terwujudnya hafidz/hafidzah maupun ahli qiroat dikalangan pelajar Muhammadiyah.
c.    Terwujudnya pehamanan yang mendalam terhadap kitab suci Al-Qur’an serta tercermin akhlaq dalam kehidupan sehari-hari dengan akhlaq Al-Qur’an.
Waktu dan tempat
a.    Waktu kegiatan dapat dilakukan sekali atau dua kali dalam sepekan tergantung kesepakatan pimpinan IPM setempat.
b.    Tempat pelaksanaan dapat dilakukan di Masjid, sekolah, atau sesuai dengan kesepakatan peserta kegiatan.
Kegiatan ini dapat diselenggarakan di tingkat daerah maupun cabang oleh pimpinan IPM setempat. Pada kegiatan ini materi yang dapat disajikan adalah khusus yang berkaitan dengan Al-Qur’an antara lain ‘ulumul Qur’an, tajwid dan yang lainnya.
Oleh karena itu, pelajar selain mempunyai karakter Qur’ani, diharapkan juga mempunyai karakter moral dan karakter kinerja.secara moral kader-kader IPM memiliki moral defense karena dibentuk sejak dini diusia belasan tahun melalui pendampingan, perkaderan, dan pelatihan. Dalam kinerja kader IPM memiliki etos keswadayaan, kesukarelaan (volunteerism) yang tinggi.
Ada empat model kader IPM yaitu, 1). Super, kader yang memiliki energi fisik dan mental yang tinggi tak kenal lelah dan rela berkorban apapun dan dimanapun, 2). Excellent yang cerdas dan pandai mengatur strategi dan energi sehingga semua bisa di atasi tanpa menghabiskan banyak energi, 3). Good kader yang sukses secara organisasi dan akademik karena berhasil mengatur posisi sebagai aktivis sekaligus pelajar yang punya kewajiban study, dan terakhir 4). Inspiring kader yang bertanggungjawab, amanah, memiliki integritas tinggi, menjadi uswah dan panutan bagi lainnya. Jadilah kader yang Super, Excellent, Good dan Inspiring. Generasi berkemajuan mendorong terciptanya sumber daya manusia yang unggul dalam bidang ilmu pengetahuan, karakter dan keterampilan hidup (life and hard skill).
Dengan potensi yang dimiliki oleh Ikatan Pelajar Muhammadiyah baik struktur, suprastruktur maupun infrastruktur, kita semua harus optimis IPM akan terus mampu melewati dan melampaui zaman. Kiranya inilah harapan-harapan dari Ketua Umum PP IPM M. Khoirul Huda dalam Pidato Iftitahnya Muktamar ke XX di Samarinda. Yang juga menjadi harapan-harapan bagaimana seorang kader mampu untuk menjadi pelajar Muslim yang berkarakter Qur’ani.

           
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar