1. PENGERTIAN
EMANSIPASI
Emansipasi ialah istilah yang digunakan untuk
menjelaskan sejumlah usaha untuk mendapatkan hak politik maupun persamaan
derajat, sering bagi kelompok yang tak diberi hak secara spesifik, atau secara
lebih umum dalam pembahasan masalah seperti itu.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia emansipasi
ialah pembebasan dari perbudakan, persamaan hak dl berbagai aspek kehidupan
masyarakat
Emansipasi wanita ialah proses pelesapan diri para
wanita dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah atau dari pengekangan hukum
yang membatasi kemungkinan untuk berkembang dan untuk maju.
Dan bicara emansipasi wanita, maka pasti
membicarakan Kartini, seorang wanita priyayi Jawa yang memiliki pemikiran maju
di masanya yang kemudian diangkat namanya menjadi penggerak emansipasi wanita
Indonesia, berkat surat-surat2 korespondennya pada sahabat Belandanya yang
kemudian diangkat menjadi sebuah buku berjudul ‘Habis Terang Terbitlah Terang’.
Jadi bila disimpulkan arti Emansipasi dan apa yang
dimaksudkan oleh Kartini adalah agar wanita mendapatkan hak untuk
mendapatkan pendidikan, seluas-luasnya, setinggitingginya. Agar wanita juga di
akui kecerdasannya dan diberi kesempatan yang sama untuk mengaplikasikan keilmuan
yang dimilikinya dan Agar wanita tidak merendahkan dan di rendahkan derajatnya
di mata pria.
Dalam hal ini tidak ada perkara yang menyatakan
bahwa wanita menginginkan kesamaan hak keseluruhan dari pria, karena pada
hakikatnya pria dan wanita memliki kelebihannya masing- masing.
Lantas sekarang, emansipasi dijadikan kedok
‘kebebasan’ para wanita. Jadi akan menjadi sangat miris bila pengertian
emansipasi wanita ini lantas di anggap sebagai pemberontakan wanita dari kodrat
kewanitaannya. Dimana wanita melupakan ‘kewanitaannya’ dan lebih menunjukkan
keperkasaannya secara fisik, yang notabene bukan ‘lahannya’ namun memaksakan
agar ‘diakui’. Saat wanita lupa bahwa selain cerdas di luar sana juga harus
cerdas didalam rumahnya.
Dan emansipasi wanitapun dijadikan kedok untuk
memperdagangkan diri dalam balutan kontes putri dan ratu dengan tameng menguji
kecerdasan kontestannya.Apakah hubungannya kecerdasan yang dinilai dalam
balutan baju seksi dan wajah mempesona?? Dan ada juga yang menjual kecantikan
untuk memperoleh ‘nilai’ lebih dalam hal pendidikan, pekerjaan bahkan status
sosial, suatu bentuk pelacuran terselubung yang malah menghancurkan derajat
wanita dimata pria.
Lantas di mana letak kebanggaan seorang wanita??
Jadi apa arti emansipasi bila akhirnya hanya menjadi olok-olokan??
‘Jika Kartini sekarang masih hidup, dia pasti akan
menyerang pengertian emansipasi yang ada seperti sekarang ini. Kartini akan
menyerang kontes ratu-ratuan yang mengumbar aurat, Kartini akan menyerang
keinginan perempuan untuk menjadi seperti pria yang sebenarnya berangkat dari
perasaan rendah diri dan pengakuan jika pria lebih unggul, sebab menurut
Kartini, perempuan dan laki-laki itu memiliki keunggulan dan juga kelemahannya
masing-masing yang unik, sebab itu mereka memerlukan satu dengan yang lainnya,
saling melengkapi‘
ARAH PERJUANGAN KARTINI
Sejarah bangsa merupakan catatan pengalaman
perkembangan bangsa. Pri bahasa mengatakan bahwa pengalaman adalah guru
yang terbaik. Oleh karena itu bangsa yang mau maju sudah tentu harus
belajar sejarah.
Kalau bangsa ini ingin memiliki masyarakat wanita
yang maju sesuai dengan cita-cita dan perjuangan Kartini, maka sejarah Kartini
perlu dicermati kembali. Sebab kalau tidak demikian perjuangan para
Kartini masa kini bisa saja kurang sesuai lagi dengan apa yang menjadi
cita-cita ibu Kartini, walaupun sekarang ini sudah banyak wanita Indonesia yang
berpendidikan tinggi dan menduduki jabatan penting di berbagai instansi.
Perjuangan Kartini dilator belakangi kehidupan para
wanita pada zamannya yang pada umumnya hanya menjalankan kehidupan sebagai ibu
rumah tangga. Apa yang dikerjakan ibu rumah tangga pada waktu itu juga
terbatas pada tugas menjalankan fungsi sebagai istri, mengasuh anak, mengurus
dapur, dan pekerjaan rumah tangga lainnya.
Kartini melihat para wanita pada waktu itu tidak
memiliki hak dan kebebasan yang sama dengan kaum lelaki untuk mengenyam
pendidikan tinggi. Dalam kondisi seperti itu Kartini juga
melihat adanya kesenjangan intelektual di antara suami istri dalam
hal pendidikan. Padahal untuk bisa membentuk keluarga yang baik, terutama
dalam mendidik anak, selain diperlukan seorang ayah yang berpendidikan tinggi,
juga diperlukan seorang ibu yang juga berpendidikan tinggi.
Dari latar belakang sejarah perjuangan Kartini sudah
jelaslah bahwa arah perjuangan Kartini adalah memajukan kaum wanita yang
dimulai dari pendidikan. Kartini tidak pernah menganggap pekerjaan
sebagai ibu rumah tangga sebagai pekerjaan yang lebih rendah daripada pekerjaan
yang dilakukan oleh kaum lelaki.
Dalam perjuangannya untuk memajukan kaum wanita
Indonesia yang antara lain melalui buku yang ditulisnya dengan judul “Habis
Gelap Terbitlah terang” ternyata Kartini mendapat dukungan penuh dari
suaminya. Ini artinya perjuangan Kartini tidak dimaksudkan untuk bersaing
atau mengalahkan kaum lelaki.
Sisi lain yang sangat penting dari kenyataan
tersebut adalah bahwa suami Ibu Kartini adalah seorang lelaki
yang hidup pada zaman dulu tapi berpikir maju atau
modern. Dukungan terhadap istrinya yang memperjuangkan persamaan hak
wanita menunjukkan bahwa suami Ibu Kartini sangat mengerti kalau perjuangan hak
azasi adalah perjuangan universal yang sebetulnya tidak perlu memandang jenis
kelamin. Sikap suami Ibu Kartini tersebut kiranya cukup layak dicontoh
oleh kaum lelaki Indonesia dalam menyikapi perjuangan emansipasi wanita
Indonesia masa kini.
PERJUANGAN KARTINI MASA KINI
Sekarang ini kita sudah bisa melihat
kemajuan para wanita Indonesia dalam suatu indikasi di mana pekerjaan
atau jabatan yang dulu hanya diduduki oleh kaum lelaki sudah banyak yang
diduduki oleh kaum wanita. Berbagai pekerjaan atau jabatan mulai
dari pegawai negeri / swasta, pilot, pengacara, notaris, dokter, direktur,
menteri, bahkan sampai jabatan presiden sudah banyak diperankan oleh wanita
Indonesia.
Pertanyaan yang mungkin perlu direnungkan adalah,
apakah peran sebagai ibu rumah tangga pada zaman sekarang ini dianggap lebih
rendah daripada peran sebagai wanita karir ?Apakah wanita yang tetap memilih
kehidupan sebagai ibu rumah tangga dapat dianggap sebagai ketinggalan
zaman ?
Perlu diingat kembali bahwa pada zaman dulu di mana
belum banyak bermuncuan wanita karir, para ibu rumah tangga sangat menguasai
paling sedikit 2 macam keterampilan yang tidak banyak dikuasai kaum lelaki,
yaitu memasak dan menjahit.
Ke dua macam keterampilan tersebut sampai
sekarang dan sampai kapanpun dapat dijadikan lahan bisnis yang
menjanjikan. Pada zaman sekarang ini, makin sedikit saja ibu rumah tangga
yang bisa memasak dan menjahit. Bahkan lebih dari itu kelihatannya lebih
banyak kaum lelaki yang bisa memasak dan menjahit. Apakah ini suatu
kemajuan ataukah kemunduran ?
Di masa sekarang dan masa yang akan datang, sesuai
dengan kemajuan teknologi terutama dalam bidang internet, sangat mungkin akan
semakin banyak orang yang memilih untuk bekerja di rumah. Saya dan istri
telah memulai sejak beberapa tahun yang lalu. Bukankah hal ini bisa
menjadi salah satu indikasi bahwa persamaan hak perlu diperjuangkan oleh
kaum wanita dengan dukungan dari kaum lelaki seperti yang dilakukan oleh Ibu
Kartini dan suaminya ?
4. KEBEBASAN DALAM
EMANSIPASI
Kebebasan dari emansipasi adalah
kebebasan dari perbudakan, persamaaan hak dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat, misal : persamaan hak, seperti kaum wanita dengan kaum pria. Di
zaman modern seperti sekarang ini banyak kaum wanita menganggap bahwa
emansipasi menunjukkan tidak ada lagi diferensiasi antara kaum wanita dengan
kaum pria dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat.
Masalah inilah yang
timbul dan saat ini menjadi kendala besar untuk meningkatkan martabat kaum
wanita, padahal menurut ilmu histories, pelopor emansipasi kaum wanita R.A
Kartini menguraikan bahwa emansipasi bertujuan untuk membebaskan kaum wanita
dari perbudakan dan keterbelakangan, misal pada waktu dijajah pada pada waktu
dijajah oleh bangsa Belanda kaum wanita tidak diperbolehkan untuk sekolah
seperti kaum pria, kaum wanita pada waktu itu hanya dijadikan budak penjajah
dan mengurusi semua keperluan dapur. Maka dari itu emansipasi dijadikan sebagai
tonggak baru untuk mengangkat dan memajukan derajat kaum wanita dan untuk bias
mewujudkannya beliau mendirikan sebuah sekolah yang khusus untuk kaum wanita.
Semenjak terdapat sekolah untuk kaum wanita yang
didirikan R.A Kartini, banyak putrid bangsa ini yang mampu meningkatkan
martabat kaum wanita dengan kepandaian dan keuletannyadalam berbagai
bidang.Terbukti di zaman modern sekarang ini yang sudah merdeka, banyak anak-
anak sekolah yang berprestrasi bahkan sebagian besar prestasi banyak diraih
oleh kaum wanita.
Tetapi dengan adanya prestasi-prestasi itulah kaum
wanita sekarang merasa bias menandingi kemampuan dan berbagai kegiatan yang
dimiliki kaum pria, misalkan saja dalam hal pacaran seorang wanita tidak malu
untuk menyatakan perasaannya kepada kaum pria dan juga dalam hal kegiatan
olahraga, seni, dll. Biasanya jika terdapat kejadian seperti orang-orang akan
mengatakan bahwa ini adalah zamannya emansipasi, jadi harus menyamakan dengan
kaum pria. Tetapi itu merupakan sebuah kesalahan, kita pasti sudah tahu bahwa
kodrat kaum wanita pasti dibawahnya kaum pria dan bila kaum wanita di atas kaum
pria itu tidak akan terjadi bahkan itu bisa menjatuhkan kehormatan dan martabat
kaum wanita itu sendiri di mata masyarakat.
Kesalahan kaum wanita yang lain adalah merokok,
minum-minuman keras, pecandu narkoba, pergaulan bebas, dan masih banyak lagi,
bukankah itu semua dilarang oleh agama islam baik kaum pria dan kaum wanita.
Masalah lainnya yaitu bolos sekolah untuk anak-anak yang masih sekolah dan pecandu
narkoba untuk orang yang suka memakai, kalau kedua hal itu sudah jelas ada
dalam UUD dan pasti orang yang melakukannya akan mendapatkan hukuman. Jadi
disini jika sampai ketahuan terdapat kaum wanita yang melakukannya, dimana rasa
malu mereka ?dan dimana rasa kasihan mereka terhadap kaum wanita lainnya ? yang
tidak tahu apa-apa tetapi malah menerima dampak buruknya.
Dengan adanya masalah-masalah yang terjadi di
atas, sudah dapat disimpulkan bahwa emansipasi, awalnya memang sebuah kemajuan
tetapi di akhir berbanding terbalik, yaitu kemunduran yang didapatkan mungkin
itu semua didasari karena masalah intern, misal : terlalu dibebaskan pergaulan
kita oleh orang tuanya, tidak diperhatikan keluarganya atau ditinggal bekerja
orang tuanya, jadi emansipasi disini termasuk kebebasan yang kebablasan.
Jadi sebaiknya para orang tua harus hati-hati
menjaga anak-anaknya, khususnya anak perempuan khususnya dalam bidang
pergaulan. Apalagi anak-anak remaja perempuan sekarang mudah sekali untuk
dirayu, dibujuk dan dipengaruhi, jadi jangan sampai orang tua membebaskan
anak-anak perempuanya dalam pergaulan karena akan cepat merubah perkembangannya
dan itu adalah perkembangan yang negative. Dan bagi perempuan-perempuan dewasa
yang dianggap sudah bisa mengatur diri sendiri harus tetap diawasi dalam
pergaulan, misal : hal pacaran, orang tua harus tetap membatasinya, karena jika
terlalu dibebaskan mungkin hanya akan mengakibatkan penyesalan bagi semua oran
terutama orang tua.
5. Emansipasi
Perempuan di Era Globalisasi
Seiring dengan perkembangan zaman, melalui gerakan
emansipasi ini, perempuan Indonesia akhirnya dapat mensejajarkan diri dengan
kaum pria dalam berbagai bidang kehidupan, baik di bidang politik, ekonomi
maupun sosial. Perempuan sudah dapat men-duduki posisi-posisi penting di bidang
birokrasi. Perempuan juga sudah dapat berkiprah di bidang politik. Selain itu,
perempuan juga sudah banyak yang sukses di bidang sosial dan ekonomi.
Di era globalisasi ini, perempuan tidak hanya
bekerja di lingkungan rumah ataupun melayani suami walaupun hal tersebut adalah
salah satu kewajiban perempuan mengikuti kodratnya. Akan tetapi, perempuan juga
dapat berperan untuk bangsa di ranah politik, ekonomi dan sosial. Bukti nyata
dari hal tersebut dapat dilihat pada Pasal 65 ayat 1 UU (Undang-Undang)
Nomor 12 Tahun 18 Februari 2003 yang berbunyi “Setiap partai politik
peserta pemilu dapat mengajukan calon anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat),
DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) provinsi dan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah) kabupaten/kota untuk setiap daerah pemilihan dengan memperhatikan
keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%”. Ketentuan dari UU
(Undang-Undang) di atas merupakan tindak lanjut dari konvensi PBB (Persatuan
Bangsa-Bangsa), yaitu persoalan yang menyangkut penghapusan segala bentuk
diskriminasi terhadap perempuan. Selain itu, Uni Antar Parlemen (Inter
Parliamentary Union) pada tahun 1997 di New Delhi mendeklarasikan “Hak politik
perempuan harus dianggapi sebagai satu kesatuan dengan hak asasi manusia. Oleh
karena itu, hak politik perempuan tidak dapat dipisahkan dari hak asasi
manusia”. UU (Undang-Undang) dan konvensi PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa)
tersebut menandakan bahwa dalam ranah politik peran perempuan sudah mulai
diakui dan diperhitungkan.
Di bidang ekonomi, tidak sedikit perempuan yang
menjadi tulang punggung keluarga atau membantu suami bekerja. Bahkan, ada
beberapa perempuan yang mengerjakan pekerja-an laki-laki sebagai supir bus. Hal
ini terlihat pada Perusahaan Transjakarta Busway yang memiliki 80
pengemudi perempuan. Dalam bidang sosial, perempuan yang dulu lekat dengan
stigma kasur, sumur, dan dapur sekarang telah mampu bangkit dan menggeser
stigma kasar tersebut. Bahkan, dalam bidang sosial ini kaum perempuan telah
memiliki benteng untuk melindungi diri dari pengaruh globalisasi dalam bidang
sosial ini. Kaum perempuan telah dilindungi oleh UU (Undang-Undang) pornografi
dan pornoaksi yang banyak menyita perhatian khalayak. Pada hakikatnya UU
(Undang-Undang) tersebut adalah sebuah bentuk perlindungan kehormatan perempuan
yang dijadikan bahan eksploitasi oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Beberapa perempuan Indonesia sudah membuktikan
kepada bangsa bahwa mereka mampu memegang peran penting dalam membangun bangsa.
Salah satu dari mereka adalah Mari Elka Pangestu seorang ekonom Indonesia
kelas dunia. Kita juga mengenal Susi Susanti yang sudah mengharumkan nama
Indonesia dalam bidang olahraga (bulu tangkis), beliau adalah peraih piala emas
Olimpiade Bercelona pada tahun 2002. Sosok yang masih tergambar jelas di hati
rakyat adalah mantan presiden kelima kita yaitu Megawati Soekarnoputri, wanita
pertama yang pernah memerintah negara ini. Mereka semua adalah pelaku
emansipasi perempuan. Mereka memanfaatkan jasa Raden Ajeng Kartini tersebut
untuk membekali diri mereka sendiri dengan keahlian, pengetahuan, dan wawasan
berfikir yang luas. Mereka mencari dan menggali potensi mereka tanpa menuntut
selalu diistimewakan sebagai perempuan. Ibu kita Kartini pasti bangga pada
mereka.
Lain halnya dengan generasi sekarang, perempuan
generasi muda sekarang sudah telah banyak terlena dan terombang-ambing oleh
arus globalisasi yang semakin mewarnai dan meracuni bangsa. Tidak sedikit efek
dari era globalisasi ini berpengaruh negatif sehingga tidak menutup kemungkinan
partisipasi perempuan dalam pembangunan bangsa pada masa mendatang tidak dapat
berjalan, sehingga tidak ada lagi pembuktian bahwa perempuan mampu berdiri
membangun bangsa. Bahkan, persoalan ini apabila dibiarkan dan tidak ada usaha
untuk melakukan perbaikan akan dapat menciptakan generasi muda yang bimbang dan
tidak memiliki masa depan yang pasti.
Dewasa ini emansipasi seringkali disala artikan.
Emansipasi sering kali menjadi alasan yang dicari bagi kaum perempuan,
khususnya remaja putri untuk mendapatkan kebebasan seluas-luasnya, dan
seringkali berlebihan kadarnya. Kita bisa melihat fakta-fakta yang terjadi di
era ini, seperti riset yang dilakukan yang menyatakan bahwa dari data yang
dihimpun dari 100 remaja, terdapat 51 remaja perempuannya sudah tidak lagi
perawan. Hasil Riset ini disampaikan oleh Sugiri kepada sejumlah media dalam
Grand Final Kontes Rap dalam memperingati Hari AIDS sedunia di lapangan parkir
IRTI Monas, Minggu (28/ 11/2010). Sugiri juga merincikan bahwa di Surabaya
perempuan yang sudah tidak perawan lagi mencapai 54%, di Medan 52%, serta
Bandung mencapai 47% dan data ini dikumpulkan selama kurun waktu 2010 saja.
Selain itu, lebih ekstrim lagi jika kita membicarakan pelacur-an anak gadis di
bawah umur. Wajah lugu dan pikiran yang masih polos diracuni oleh paham-paham
hidup senang secara praktis. Sungguh mengerikan, karena paham itu ditanamkan
orang tua mereka sendiri. Akibatnya, tidak jarang kita temui orang tua yang
tega menjual anaknya demi materi. Selebihnya dilakukan sendiri oleh si
perempuan muda tersebut dengan alasan untuk mendapatkan hidup yang
lebih layak dan untuk menghidupi orangtuanya di rumah. Perbuatan ini tanpa
mereka sadari telah menjatuhkan harga diri perempuan secara global.
Permasalahan di atas menyebabkan status perempuan
semakin tenggelam dalam kekelaman masa. Harapan, angan-angan untuk maju telah
ternoda dengan kenyataan tersebut. Akibat dari permasalahan tersebut, perempuan
semakin direndahkan. Tidak ada lagi rasa nasionalisme mengingat jasa pahlawan
yang sudah memperjuangkan emansipasi. Harga diri wanita yang semakin rendah
dengan perbuatan keji seperti itu jelas-jelas Raden Ajeng Kartini kecewa.
Kecewa dengan kaum penerusnya yang menyalahgunakan perjuangannya untuk
meningkatkan harkat perempuan. Pembebasan atas diskriminasi pada perempuan
seharusnya dimanfaatkan untuk mengembangkan dan membangkitkan eksistensi kaum
perempuan secara terhormat, bukan menginjak dan menurunkan harga diri kaum
perempuan itu sendiri.
Di zaman yang semakin maju dan semakin pesat ini apakah
emansipasi perempuan akan dibiarkan seperti ini? Mengingat perjuangan para
pahlawan yang mengabdikan dirinya hanya untuk bangsa tercinta ini. Sedikit pun
mereka tidak mau menurunkan harga diri meski harus kehilangan nyawa.
Masih rendahnya keterlibatan dan partisipasi
perempuan khususnya generasi muda di dalam pembangunan ekonomi, sosial, politik
dan bidang lainnya yang bersifat membangun bangsa ditambah lagi oleh efek
negatif globalisasi yang mempengaruhi pikiran-pikiran gene-rasi muda
(perempuan) bangsa harus menjadi musuh bersama kita, dalam rangka menyukses-kan
pembangunan menyeluruh di negeri ini.
Demi membangun bangsa ini agar menjadi lebih baik
lagi, kaum perempuan tidak boleh melupakan hakikatnya sebagai seseorang
perempuan yang mempunyai sumber ke-lembutan. Sudah selayaknya kaum perempuan
perlu menyadari akan kodratnya. Perempuan diharapkan bisa menjadi pendidik
pertama dan utama bagi anak-anak yang dilahirkannya. Menjadi Ibu yang dapat
membimbing mereka menjadi anak yang kuat, cerdas, dan mem-punyai etika yang
baik agar dapat berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Itulah sebenarnya peran
wanita yang utama selain berbagai peran di ketiga bidang kehidupan ekonomi,
politik dan sosial. Wanita dituntut untuk menjalani kehidupan sesuai perannya masing-masing.
Wanita telah menjadi sosok yang harus di hormati dan dilindungi dari berbagai
kekerasan dan penganiayaan. Namun, wanita juga harus sadar akan tugas utamanya.
Tugas ini mampu untuk menyadarkan perempuan generasi muda untuk menjadi
perempuan yang terhormat, berharga dan sebagai kebanggaan bangsa.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah
melupakan sejarah dan jasa-jasa pahlawannya yang berjuang hanya untuk bangsa
tercinta ini” ujar Ir. Soekarno. Kita seharusnya dapat meman-faatkan emansipasi
perempuan yang sudah diperjuangkan Kartini dengan sebaik-baiknya, yaitu
membekali diri untuk berpartisipasi membangun bangsa ini, mengharumkan nama
kaum perempuan, membuat bangga bangsa dan tidak menjadi seseorang yang
menjatuhkan martabatnya sebagai seorang perempuan. Emansipasi perempuan ini
seharusnya dapat men-jadikan generasi muda perempuan yang cerdas bukan menjadi
lemah. Jadikan perempuan sebagai subjek bagi bangsa ini dan tidak hanya menjadi
objek. Sekaranglah saatnya generasi muda perempuan mencatatkan dirinya sebagai
pelaku emansipasi yang mampu berdiri meng-ambil peran penting untuk membangun
bangsa yang tercinta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar