![]() |
Sumber : Kompasiana.com |
Di
era media online yang beritanya menjamur, masyarakat yang budaya literasinya
rendah tampak gagap dan tergopoh-gopoh menghadapinya. Parahnya, saat ini berita
hoax kian menyebar tanpa filter. Berita hoax adalah berita palsu yang ditujukan
untuk menipu atau mengakali pembaca dan pendengarnya untuk mempercayai sesuatu.
Fakta melimpahnya “lautan informasi” adalah siklus sejarah kehidupan yang terus
berulang dan direkam Al-Qur’an dan Hadits. Satu contoh, klarifikasi (tabayyun)
yang dialkukan oleh nabi Sulaiman tentang berita yang dibawa ajudannya, burung
hud-hud, telah menyelamatkan negeri dan rakyat Saba’ dari serangan pasukannya
(Qs Al_Naml:22-27).
Banyak
riwayat mengisahkan informasi yang salah dan terlebih dulu dicek, di antaranya:
Dari
Abu Zhabyan al-Janbi, didatngkan kepada Umar bin al-Khaththab ra seorang wanita
yang berbuat zina. Umar memutuskan dan memerintahkan orang-orang untuk
merajamnya. Wanita itu lalu dibawa melewati (Ali bin Abu Thalib ra) ia bertanya
,”ada apa dengan wanita ini?” orang-orang (tim eksekusi) menjawab, “Wanita ini
telah berzina dan Umar memerintahkan untuk merajamnya” Ali lalu berpaling dari
tim eksekusi dan menolak tindakan rajam tersebut. Tim eksekusi pun kembali,
lalu Umar bertanya: “Kenapa kalian kembali Jawab mereka: “Ali tidak menyetujui
tindakan raja mini”. Umar berkata: “Tentu mempunyai alas an tersendiri”. Umar
lalu mengirim utusan pada Ali, dan Ali mendatangi Umar dengan muka agak marah,
Umar berkata”Kenapa engkau tidak menolak tim eksekusi?” Jawab Ali:Aku pernah
mendengar Nabi saw bersabda: “Pena pencatat dosa diangkat dari tiga hal : orang
tertidur hinnkan nga bangun; anak kecil hingga ia dewasa; orang gila hingga ia
sadar-waras”. Umar menjawab “ Ya”. Ali berkata :Wanita ini dari suku
fulan-kabilah fulan, Mungkin saja perzinaan itu terjadi saat gilanya kambuh,
:Jawab Umar : , Aku tidak tahu, “ Ali menimpa , Aku juga tidak tahu.: Umar lalu
tidak jadi meramnya.”(HR.Ahmad)
Ada
beberapa peristiwa dimasa nabi saw, berupa dampak negative yang tidak di
tabayyun. Pertama, sewaktu umat Islam hijrah pertama kali dan tiba di
Habasyah-Ethiopia, beredar kabar hoax (isya’ah) dari seorang munafik, bahwa kaum
kafir di Makkah kebanyakan masuk islam. Rombongan umat Islam di Habasyah pun
termakan berita itu, lalu memutuskan kembali ke Makkah, dengan harapan Makkah
damai dan ramah untuk mereka. Setibanya di Makkah, berita tersebut tidaklah
benar dan mereka malah disiksa kaum kafir. Kedua, ditengah perang Uhud, beredar
desas-desus bahwa Nabi saw meninggal, lalu pecahlah pasukan Muslim. Ada yang
pergi melarikan diri ke berbagai arah, kocar-kacir. Namun, sebagian tidak
mempercayai itu, meneruskan niat perjuangan Nabi saw. padahal yang meninggal
adalah Mush’ab bin Umar ra.
Ketiga,
peristiwa terbesar dan direspon Al-Qur’an, dalam hal ini adalah haditsul-ifki,
yaitu kabar bohong yang menimpa istri Nabi saw, Aisyah ra. Ia dituduh melakukan
tindakan yang tidak senonoh dikarenakan saat tertinggal dari rombongan perang
yang kembali pulang k Madinah. Ia pulang bersama sahabat bernama Shafwan bin
al-Muathal ra. Kisahnya, ketika dalam perjalanan pulang, rombongan berhenti di
suatu tempat, dimana Aisyah sempat menjauh dari rombongan untuk buang hajat,
dan melanjutkan perjalanan yang tanpa sadar telah meninggalkan Aisyah. Shafwan
yang berjalan paling belakang dari rombongan menemukan Aisyah yang saat itu
tertidur. Dia pun mengenali Aisyah yang Nampak seperti bayangan hitam pada malam
hari. Dia mendekati Aisyah dan kaget yang ada didepannya adalah istri Nabi saw.
dia berucap Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un (kalimat Istirja’). Shafwan
lalu meminta Aisyah menaiki kendaraannya tanpa ada sepatah kata pun keluar di
antara keduanya. Setibanya di Madinah, menyebarlah fitnah bahwa istri Nabi
telah melakukan perbuatan tidak senonoh. Nabi saw pun ikut termakan berita
tersebut. Aisyah pun harus berpisah sebentar dengan Nabi dan tinggal di rumah
orangtunya. Kemudian turunlah wahyu surat al-Nur:11 yang mengklarifikasi dan sebagai pembebasan untuk Aisyiyah dari
tuduhan fitnah tersebut.
Nabi
Saw dalam berbagai riwayat menekankan agar Muslim cerdas dalam menyikapi
informasi. Beberapa tuntunan praktis (fikih informasi) yang dapat dilakukan
dalam hal ini antara lain :
a.
Menggali
dan meningkatkan pengetahuan tentang bagaimana mencari, menerima, megolah, dan
menyebarkan informasi yang baik dan benar sesuai nilai ajaran Islam.
b.
Melakukan
penilaian awal suatu informasi dan mengolahnya, apakah terindikasi berisi pesan
kebaikan amar ma’ruf nahi mungkar. Informasi tidak boleh berisikan gossip
(ghibah), berita palsu (hoax), fitnah-tuduhan, hingga mengumbar aurat
(pornografi), dan hal lain yang dilarang Islam.
c.
Memiliki
dan menyimpan hingga menyebar-sampaikan informasi yang baik sesuai dengan nilai
ajaran Islam.
“Dari Abu hurairah dari nabi saw bersabda:
jauhilah prasangka, karena berprasangka adalah pembicaraan paling dusta.
Janganlah saling mencari kesalahan, saling memata-matai, saling mendengki,
saling membelakangi dan saling membenci. Jadilah kalian hamba Allah yang
bersaudara.” (HR.Al-Bukhari)
“Abu Abdillah yaitu Hudzaifah bertanya kepada Ibnu
Mas’ud, “Apa yang pernah kau dengan dari Rasulullah tentang “katanya”?” Ibnu
Mas’ud berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Sejelek-jelek
kendaraan yang ditunggangi seseorang adalah “katanya, katanya, (ini,itu). (HR.
Abu Dawud)
Nabi saw bersabda, “ kebohongan terberat ialah
apabila seseorang mengaku kedua matanya melihat sesuatu di dalam tidur, padahal
ia tidak melihatnya,” (HR.Al-Bukhari)
Oleh : Muhsin Rahmanto (Suara Muhammadiyah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar