Kata Mutiara

Tidak akan kembali hari-hari yang telah berlalu

Rabu, 10 Mei 2017

MENYIKAP HOAX

Sumber : Kompasiana.com
Di era media online yang beritanya menjamur, masyarakat yang budaya literasinya rendah tampak gagap dan tergopoh-gopoh menghadapinya. Parahnya, saat ini berita hoax kian menyebar tanpa filter. Berita hoax adalah berita palsu yang ditujukan untuk menipu atau mengakali pembaca dan pendengarnya untuk mempercayai sesuatu. Fakta melimpahnya “lautan informasi” adalah siklus sejarah kehidupan yang terus berulang dan direkam Al-Qur’an dan Hadits. Satu contoh, klarifikasi (tabayyun) yang dialkukan oleh nabi Sulaiman tentang berita yang dibawa ajudannya, burung hud-hud, telah menyelamatkan negeri dan rakyat Saba’ dari serangan pasukannya (Qs Al_Naml:22-27).
Banyak riwayat mengisahkan informasi yang salah dan terlebih dulu dicek, di antaranya:
Dari Abu Zhabyan al-Janbi, didatngkan kepada Umar bin al-Khaththab ra seorang wanita yang berbuat zina. Umar memutuskan dan memerintahkan orang-orang untuk merajamnya. Wanita itu lalu dibawa melewati (Ali bin Abu Thalib ra) ia bertanya ,”ada apa dengan wanita ini?” orang-orang (tim eksekusi) menjawab, “Wanita ini telah berzina dan Umar memerintahkan untuk merajamnya” Ali lalu berpaling dari tim eksekusi dan menolak tindakan rajam tersebut. Tim eksekusi pun kembali, lalu Umar bertanya: “Kenapa kalian kembali Jawab mereka: “Ali tidak menyetujui tindakan raja mini”. Umar berkata: “Tentu mempunyai alas an tersendiri”. Umar lalu mengirim utusan pada Ali, dan Ali mendatangi Umar dengan muka agak marah, Umar berkata”Kenapa engkau tidak menolak tim eksekusi?” Jawab Ali:Aku pernah mendengar Nabi saw bersabda: “Pena pencatat dosa diangkat dari tiga hal : orang tertidur hinnkan nga bangun; anak kecil hingga ia dewasa; orang gila hingga ia sadar-waras”. Umar menjawab “ Ya”. Ali berkata :Wanita ini dari suku fulan-kabilah fulan, Mungkin saja perzinaan itu terjadi saat gilanya kambuh, :Jawab Umar : , Aku tidak tahu, “ Ali menimpa , Aku juga tidak tahu.: Umar lalu tidak jadi meramnya.”(HR.Ahmad)
Ada beberapa peristiwa dimasa nabi saw, berupa dampak negative yang tidak di tabayyun. Pertama, sewaktu umat Islam hijrah pertama kali dan tiba di Habasyah-Ethiopia, beredar kabar hoax (isya’ah) dari seorang munafik, bahwa kaum kafir di Makkah kebanyakan masuk islam. Rombongan umat Islam di Habasyah pun termakan berita itu, lalu memutuskan kembali ke Makkah, dengan harapan Makkah damai dan ramah untuk mereka. Setibanya di Makkah, berita tersebut tidaklah benar dan mereka malah disiksa kaum kafir. Kedua, ditengah perang Uhud, beredar desas-desus bahwa Nabi saw meninggal, lalu pecahlah pasukan Muslim. Ada yang pergi melarikan diri ke berbagai arah, kocar-kacir. Namun, sebagian tidak mempercayai itu, meneruskan niat perjuangan Nabi saw. padahal yang meninggal adalah Mush’ab bin Umar ra.
Ketiga, peristiwa terbesar dan direspon Al-Qur’an, dalam hal ini adalah haditsul-ifki, yaitu kabar bohong yang menimpa istri Nabi saw, Aisyah ra. Ia dituduh melakukan tindakan yang tidak senonoh dikarenakan saat tertinggal dari rombongan perang yang kembali pulang k Madinah. Ia pulang bersama sahabat bernama Shafwan bin al-Muathal ra. Kisahnya, ketika dalam perjalanan pulang, rombongan berhenti di suatu tempat, dimana Aisyah sempat menjauh dari rombongan untuk buang hajat, dan melanjutkan perjalanan yang tanpa sadar telah meninggalkan Aisyah. Shafwan yang berjalan paling belakang dari rombongan menemukan Aisyah yang saat itu tertidur. Dia pun mengenali Aisyah yang Nampak seperti bayangan hitam pada malam hari. Dia mendekati Aisyah dan kaget yang ada didepannya adalah istri Nabi saw. dia berucap Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un (kalimat Istirja’). Shafwan lalu meminta Aisyah menaiki kendaraannya tanpa ada sepatah kata pun keluar di antara keduanya. Setibanya di Madinah, menyebarlah fitnah bahwa istri Nabi telah melakukan perbuatan tidak senonoh. Nabi saw pun ikut termakan berita tersebut. Aisyah pun harus berpisah sebentar dengan Nabi dan tinggal di rumah orangtunya. Kemudian turunlah wahyu surat al-Nur:11 yang mengklarifikasi  dan sebagai pembebasan untuk Aisyiyah dari tuduhan fitnah tersebut.
Nabi Saw dalam berbagai riwayat menekankan agar Muslim cerdas dalam menyikapi informasi. Beberapa tuntunan praktis (fikih informasi) yang dapat dilakukan dalam hal ini antara lain :
a.       Menggali dan meningkatkan pengetahuan tentang bagaimana mencari, menerima, megolah, dan menyebarkan informasi yang baik dan benar sesuai nilai ajaran Islam.
b.       Melakukan penilaian awal suatu informasi dan mengolahnya, apakah terindikasi berisi pesan kebaikan amar ma’ruf nahi mungkar. Informasi tidak boleh berisikan gossip (ghibah), berita palsu (hoax), fitnah-tuduhan, hingga mengumbar aurat (pornografi), dan hal lain yang dilarang Islam.
c.       Memiliki dan menyimpan hingga menyebar-sampaikan informasi yang baik sesuai dengan nilai ajaran Islam.

“Dari Abu hurairah dari nabi saw bersabda: jauhilah prasangka, karena berprasangka adalah pembicaraan paling dusta. Janganlah saling mencari kesalahan, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi dan saling membenci. Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara.” (HR.Al-Bukhari)

“Abu Abdillah yaitu Hudzaifah bertanya kepada Ibnu Mas’ud, “Apa yang pernah kau dengan dari Rasulullah tentang “katanya”?” Ibnu Mas’ud berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Sejelek-jelek kendaraan yang ditunggangi seseorang adalah “katanya, katanya, (ini,itu). (HR. Abu Dawud)


Nabi saw bersabda, “ kebohongan terberat ialah apabila seseorang mengaku kedua matanya melihat sesuatu di dalam tidur, padahal ia tidak melihatnya,” (HR.Al-Bukhari)

Oleh : Muhsin Rahmanto (Suara Muhammadiyah) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar