Kata Mutiara

Tidak akan kembali hari-hari yang telah berlalu

Rabu, 10 Mei 2017

MEMBUMIKAN GJDJ PELAJAR DI JENEPONTO

Ibnu Syam
(Ketua Umum PD IPM Jeneponto

Ikatan Pelajar Muhammadiyah adalah sebuah wadah bagi pelajar yang ingin mengembangkan diri melalui organisasi yang merupakan organisasi otonom Muhammadiyah. IPM harus senantiasa menyiapkan kader-kader militansi dan mempunyai loyalitas dalam berorganisasi. Mengapa demikian? Sebab ini harus dilakukan untuk bisa menjadikan mereka menjadi kader-kader yang mempunyai visi dan misi yang sesuai dengan harapan yang di dalam IPM sebagaimana yang telah digariskan di dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga di IPM yang telah ditanfidzkan dari periode ke periode.

Kabupaten Jeneponto merupakan daerah yang di dalamnya ada pelajar-pelajar yang bisa dibina dan dilatih untuk menjadi kader-kader yang mempunyai integritas tinggi dan bisa menjadi pimpinan dalam setiap tingkatan baik di ranting hingga daerah tingkat kabupaten menjadi kader pelopor, pelangsung dan menjadi penyempurna amanah dan mempunyai keterampilan, ilmu pengetahuan dan berakhlaq mulia. Dan bisa menyesuaikan diri dengan tertib ibadah, tertib belajar dan tertib organisasi.

Apa yang menjadi harapan di atas menjadi kenyataan dan bukan hanya berkutat pada wacana tetapi mampu menginspirasi dengan real action yang nyata bagi kalangan pelajar Muhammadiyah terutama yang ada di Kabupaten Jeneponto. Harus disadari bahwa dalam berorganisasi tentu ada dinamika disana-sini dan kiranya itu hal yang biasa terjadi dan seorang kader IPM harus cerdas  menyikapi dalam menghadapi dinamika tersebut. Sebenarnya bukan persoalan dinamika apa yang terjadi dalam sebuah ikatan tetapi bagaimana seorang kader mampu memandang dan melihat dari sudut pandang apa dalam memecahkan dinamika kehidupan di tubuh IPM terutama di Kabupaten Jeneponto.

Di samping itu di kabupaten Jeneponto telah banyak kader setiap diadakan pengkaderan baik di Amal Usaha Muhammadiyah sendiri maupun diluar AUM. Namun, miris rasanya yang bisa tetap untuk bisa aktif dalam berorganisasi tidak seberapa. Inilah kiranya perlu perhatian yang sangat serius bagaimana cara untuk menanggulangi semua itu. Salah satu penanganan untuk menghadapi masalah ini dengan senantiasa melakukan pengajian dan pengkajian baik sekali seminggu atau boleh juga satu kali dalam sebulan. Seorang kader bisa saja begitu karena tidak ada perhatian kepada mereka semua. Dan yang mencengankan lagi adalah jika sudah dikader di IPM tetapi lebih memiliki melakukan kajian pada wadah yang lain. Mereka juga tidak bisa disalahkan tetapi bagaimana mereka tetap mendapat perhatian dari kakanda-kakandanya agar tidak menumpang lagi di tempat lain.

Aspek lain dinamika dari tubuh IPM di Kabupaten Jeneponto adalah adanya miss comunication di antara sesama pimpinan baik itu ketua umum, ketua bidang, sekretaris bidang dan bahkan kepada anggota-anggotanya. Dinamika inilah yang biasa membuat sebuah perpecahan dalam tubuh pimpinan dan ini mesti dicarikan solusi agar tidak terjadi lagi hal yang sama untuk masa yang akan datang. Boleh jadi bukan hanya di Kabupaten Jeneponto hal seperti itu, namun hampir semua mengalami hal yang serupa.

Pentingnya Penguatan di tingkat Ranting

Untuk itulah kiranya ada beberapa hal yang dijadikan sebagai pegangan untuk menjadi kekuatan dalam tubuh IPM terutama yang ada di kabupaten Jeneponto sebagaimana apa yang telah ditulis oleh Dr. H. Haedar Nashir, M.Si sebagai berikut :

Hidup matinya Muhammadiyah sebagai gerakan keumatan dan kemasyarakatan tergantung pada aktivitasnya di basis Ranting. Ranting merupakan tolok ukur utama dari keberadaan Muhammadiyah di akar rumput. Di tingkat kepemimpinan paling bawah itulah adanya denyut nadi kehidupan jamaah umat dan masyarakat. Meskipun keberadaan Muhammadiyah kuat ditingkat kepemimpinan Pusat, Wilayah, Daerah, dan Cabang maka semuanya tidak akan kokoh jika pergerakan Rantingnya rapuh atau lemah”.[1]

Satu poin penting untuk diketahui bahwa Ranting merupakan pondasi dasar dalam menggerakkan Muhammadiyah dan ini sama saja apa yang di IPM agar terus melakukan pembaruan-pembaruan untuk menjadikan IPM sebagai gerakan yang berkemajuan. Dengan demikian yang harus dilakukan  pertama kali adalah dengan melakukan pembinaan ke-Islaman. Di Muhammadiyah sendiri salah satu langkah penting adalah revitalisasi Ranting yang menjadi fokus gerakan Muhammadiyah di akar rumput hasil Muktamar Satu Abad ialah menghidupsuburkan aktivitas ke-Islaman. Artinya menguatkan kembali kegiatan-kegiatan pembinaan ke-Islaman bagi warga umat atau masyarakat di mana Ranting itu berada. Ruh kegiatan Muhammadiyah itu ialah menyebarluaskan dan memajukan hal ihwal ajaran Islam. Ajaran Islam dalam aspek aqidah, ibadah, akhlak, dan muamalah-dunyawiyah harus diyakinkan dan dipahamkan dalam diri setiap pemeluknya untuk diamalkan dalam kehidupan. Kedua adanya prioritas gerakan, umat atau masyarakat saat ini di mana pun berada dan bagaimanapun keadaannya sangat haus atau dahaga akan nilai-nilai ke-Islaman yang dapat membimbing jalan hidup mereka. Kenapa mereka lebih tertarik pada Salafi, Jamaah Tabligh, Majelis Tafsir Al-Qur’an, Tarbiyah, dan gerakan-gerakan Islam lain sebagai pendatang baru. Tentu ada yang mereka cari dan ingin menemukan sesuatu yang dibutuhkan secara keruhanian dan nilai-nilai ke-Islaman. Apapun corak pemahamannya dari gerakan-gerakan Islam itu ternyata diminati umat atau masyarakat, yang boleh jadi tidak mereka temukan atau kurang mendapat pembinaan ke-Islaman dari Muhammadiyah dan gerakan Islam yang besar lainnya selama ini.

Jadi, dalam menghidupkan ruh ke-Islaman di basis gerakan IPM adalah dengan melakukan pembinaan ke Islaman dan prioritas gerakan.

Kaderisasi Kepemimpinan di IPM

Kaderasasi kepemimpinan di IPM sangat perlu dilakukan untuk memajukan IPM Kabupaten Jeneponto. Di Muhammadiyah sendiri sebagai gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar serta gerakan pembaruan (tajdid). Muhammadiyah sebagaimana yang dikutip oleh M. Muchlas Abrar bahwa :

Muhammadiyah adalah organisasi besar dan telah teruji dalam perjalanan sejarahnya yang panjang melintasi beberapa zaman. Muhammadiyah selain mempunyai kader, juga pasti mempunyai pimpinan. Pimpinan Muhammadiyah pada tiap tingkat terdiri atas sejumlah orang yang mendapat kepercayaan untuk mengemban amanah Persyarikatan. Para pemimpin ini tentu memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan fungsi dan peran kepemimpinan. Jadi, kepemimpinan berperan dalam kehidupan berorganisasi[2]

Apa yang menjadi harapan diatas itulah juga yang diharapkan di IPM menjadikan kepemimpinan yang mempunyai peran dalam menggerakkan jiwa kepemimpinan dalam berorganisasi.  Masih menurut M. Muchlas Abror menyatakan bahwa :

Kaderisasi kepemimpinan Muhammadiyah adalah baik sekali bila dilakukan secara berencana, teratur dan tertib, sistematis, terarah, dan disengaja. Banyak hal yang dapat dilakukan dalam rangka itu. Diantaranya memberi motivasi dan kesempatan kepada generasi muda untuk memangku jabatan pimpinan. Mengikutsertakan angkatan muda yang berbakat untuk mengikuti latihan di dalam dan di luar organisasi. Bisa pula dengan memberikan kepada anggotanya yang potensial untuk tugas belajar pada lembaga pendidikan yang jenjangnya lebih tinggi. Memberikan beasiswa atau tunjangan belajar kepada anak-anak yatim piatu yang berprestasi dan orangtuanya tidak mampu. Mereka diarahkan untuk bersekolah di Sekolah atau kuliah diPerguruan Tinggi Muhammadiyah yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Kaderisasi kepemimpinan Muhammadiyah yang berarti proses mempersiapkan seseorang atau sejumlah orang untuk menjadi pemimpin penerus Muhammadiyah di masa depan jelas mutlak perlu. Karena itu harus diprioritaskan.”

Kiranya ini adalah sebuah penegasan bahwa kaderisasi itu penting dan merupakan prioritas utama dalam sebuah kepemimpinan. Ini sesuatu yang dilakukan dalam setiap jenjang pengkaderan di IPM demi bangkit dan tegaknya struktur kepemimpinan dalam tubuh IPM.

Penguatan identitas kader IPM sebagai bagian dari Muhammadiyah apalagi IPM telah memasuki separuh abad sejak berdirinya dan Muhammadiyah sendiri telah memasuki abad kedua. Untuk itu Man Hakim yang juga adalah Pimpinan wilayah dari Bengkulu menyatakan bahwa :

Diantara hal yang patut dibanggakan adalah sistem pengelolaan organisasi dan perkaderan dalam Muhammadiyah cukup terpola dan sistematis. Dengan pengelolaan dan pembinaan yang demikian mampu melahirkan kader-kader yang memiliki loyalitas dan militansi yang cukup tinggi, memiliki ruh serta integritas dan kompetensi untuk berperan di Persyarikatan dalam kehidupan umat dan dinamika bangsa.”[3]

Apa yang termaktub di atas mudah-mudahan bisa diterapkan dalam IPM terutama di Kabupaten Jeneponto punya spirit memiliki loyalitas dan militansi dan mampu untuk membangkitkan ruh apa yang dalam organisasi ini. dan Man Hakim menambahkan ada beberapa kemungkinan usaha yang bisa dilakukan untuk meneguhkan kembali identitas kader Muhammdiyah. Pertama,  dengan melakukan pencerahan pemikiran melalui pendidikan/pelatihan baik secara formal, nonformal, informal. Kedua, pelibatan secara langsung para kader pada setiap amal usaha sesuai dengan bidang dan kemampuannya. Ketiga, pelibatan secara langsung setipa kegiatan yang diadakan oleh Muhammadiyah.[4]

Dengan ketiga usaha peneguhan identitas kader Muhammadiyah diatas termasuk di dalamnya adalah kader-kader dari IPM baik dimanapun mereka berada untuk bisa dimanfaatkan dalam usaha mencapai tujuan Muhammadiyah.

Memudarnya Literasi Membaca dan Peradaban bagi kalangan Pelajar

Dalam Majalah Khittah edisi 007 tahun III/2015 kolom khittah utama, dengan Judul “mengembangbiakkan Tradisi Literasi” Kepala Bagian Deposito Perpustakaan Wilayah Sulsel dengan tegas menyatakan bahwa tradisi literasi masyarakat, masih jauh dari harapan, bahkan semakin menurun. Survei yang dilakukan menyimpulkan, penyebab penurunan minat baca masyarakat dalam hal ini buku, adalah kemajuan teknologi.[5] Ini perlu mendapat perhatian yang serius jika literasi dan peradaban itu dapat bisa berkembang dengan baik. Mengapa demikian perlu, masyarakat sekarang ini hanya disibukkan dengan mengutak atik gadget yang super canggih. Sehebat-hebatnya gadget, secepatnya akses informasi dari providor pendukung, buku tetap merupakan jiwa dari intelektual, sehingga budaya literasi harus dihidupkan.

Kebanyakan pelajar saat ini lebih senang membawa gadget daripada buku. Ini ada sebuah penyakit sosial yang harus ditanggulangi. Kamaruddin Hidayat juga menegaskan dengan pernyataan :
Musuh utama suatu negara adalah kemiskinan. Akan tetapi, ada yang lebih menakutkan lagi dari kemiskinan, yaitu kebodohan. Karena kebodohan merupakan kemiskinan yang paling rawan, yaitu kemiskinan pengetahuan. Bangsa yang miskin, jangankan untuk menghalau dan melawan bangsa-bangsa luar, untuk berdiri bangkit sendiri saja tidak akan mampu. Bila kebodohan telah menggurita, suatu bangsa sebenarnya sedang membangun nisan kematian negaranya.”[6]

Sebagai bahan refleksi untuk semua kalangan pelajar hari ini, cobalah untuk berbenah agar semangat literasi membaca buku dan peradaban bagi kalangan pelajar tumbuh kembali. Pimpinan Wilayah IPM Sulsel pada Konferensi Pimpinan Daerah dalam draf komisi A membahas 10 Strategis salah satu poin yang dibahas adalah tentang penting literasi bagi kalangan pelajar.  Menurut Komaruddin Hidayat,
Kemajuan bangsa ini ditandai dengan tersedianya sarana pendidikan, riset keilmuan, kebudayaan yang cukup dan berkualitas, buka disebabkan oleh banyaknya restoran dan pusat perbelanjaan. Peradaban besar yang pernah ada adalah peradaban intelektual, bukan peradaban konsumtif dan berbelanja, namun, kita menyaksikan satu hal yang ironi di sekitar kita. Kita begitu sudah untuk mendapatkan sebuah perpustakaan yang bagus, tempat membaca yang indah, hingga sarana belajar yang kreatif dan kondusif.”[7]

Pendidikan memang kata kunci untuk kalangan pelajar bahwa melalui pendidikanlah  bangsa yang besar ini akan menjadi bangsa yang punya peradaban yang tinggi dan pendidikan yang baik adalah pendidikan yang dibarengi oleh nilai-nilai moral dan iman. Perlu juga dicermati apa yang ditulis oleh HM Nasruddin Anshory Ch dalam bukunya Matahari pembaruan Rekam Jejak KH. Ahmad Dahlan yang menyatakan sebagai berikut.

Tanpa suatu tradisi intelektual yang mampu berdialog dengan peradaban modern di atas, negara-negara baru Islam akan berhadapan dengan masalah pembangunan tata kehidupan. Pengembangan kehidupan sosial muslim pun berhadapan dengan realitas yang kurang serupa. Maka, pembangunan peradaban Islam dalam masyarakat modern sesuangguhnya, merupakan agenda gerakan Islam masa depan.”[8]

Dalam IPM ada spirit keilmuan yang perlu dan terus dikembangkan untuk menjadikan pelajar sebagai orang terampil, berakhlak mulia dan berilmu. Pelajar saat ini harus mampu memadukan literasi membaca dn transformasi dalam ilmu pengetahuan untuk bisa lagi merebut kejayaan Islam masa lalu dengan terus membaca dan mengambil manfaat dari yang dibancanya. Dan tentu ini suatu pekerjaan yang sudah sanagat sulit dlakukan disamping apa yang telah dibahas sebelumny bahwa pelajar saat ini lebih sering memegang gadget daripada membaca buku untuk penambahan ilmu untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dakwah Pencerahan Berbasis Komunitas Bagi Pelajar

Secara sistemik dan terprogram Muhammadiyah pada Muktamar ke-37 tahun 1968 melangkah lebih jauh dengan menggagas dan merumuskan program Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GJDJ). Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah tersebut dirumuskan untuk mengembalikan Muhammadiyah (Re- Tajdid Muhammadiyah) ke jalur dakwah di basis akar rumput. Kelahiran Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GJDJ) atau disebut Gerakan Jamaah (GJ) tersebut menunjukkan kesadaran, komitmen, dan usaha Muhammadiyah untuk berdakwah secara langsung menggarap kelompok masyarakat di akar rumput (grass-root) yang disebut jamaah atau dalam istilah mutakhir dikenal dengan sebutan komunitas (coommunity). [9]

Karenanya dalam Muktamar ke-47 diagendakan dan diprogramkan secara khusus tentang “Model Dakwah Pencerahan Berbasis Komunitas” sebagai wujud aktualisasi Gerakan Jamaah untuk dilaksanakan dan menjadi gerakan masif dalam pergerakan Muhammadiyah ke depan. [10] Untuk itulah IPM Kabupaten jeneponto berupaya untuk membangkitkan kembali pengkajian dan bukan pengajian. Mengapa demikian? Dr. H. Abdul Mu’ti, M.Ed.(Sekretaris Umum PP Muhammadiyah) menyatakan bahwa :

Muhammadiyah memilih istilah “pengkajian” dan bukan “pengajian” karena di dalamnya dibahas berbagai permaslahan agama ayat-ayat  qauliyah (AL-Qur’an dan Hadits) dan kauniyah ( dinamika sosial, ekonomi, politik, kebudayaan,dll), dari berbagai perspektif, bukan hanya monopolitik dari sudut pandang ilmu-ilmu agama.”[11]

Dalam “Model Dakwah Pencerahan Berbasis Komunitas” yang digagas oleh PP Muhammadiyah ada beberapa bagian dalam komnitas tersebut di antaranya adalah dakwah bagi komunitas atas, dakwah bagi komunitas menengah, dakwah bagi komunitas bawah, dakwah bagi komunitas, marjinal, dakwah bagi komunitas virtual, dakwah bagi komunitas khusus (komunitas hobi, kepentingan dan kelompok “identitas”). Perkembangan Muhammadiyah saat ini maupun ke depan dihadapkan pada model kehidupan komunitas atau jamaah yang heterogen dalam berbagai aspeknya, yang memerlukan model dakwah komunitas atau dakwah jamaah yang mengandung pemikiran, pendekatan, strategi, dan pola aktivitas baru yang lebih relevan dan aktual. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang membawa misi dakwah dan tajdid harus tampil sebagai kekuatan pencerahan dalam memberi sibghah atau corak kehidupan masyarakat yang berubah dan berkembang dinamis itu sebagaimana menjadi komitmen gerakannya di abad kedua ini.

            Komunitas atau jamaah dalam kehidupan masyarakat Indonesia baik di perkotaan dan pedesaan maupun kawasan lain berkembang pesat dan dinamis seiring dengan perkembangan zaman yang menjadi hukum kehidupan. Komunitas (jamaah) sebagai kelompok-kelompok sosial umum yang memiliki identitas heterogen dalam masyarakat di berbagai struktur dan lingkungan kehidupan merupakan sasaran dakwah yang harus menjadi perhatian Muhammadiyah dalam sistem gerakannya, terutama ketika gerakan Islam ini memasuki abad kedua.[12]

            IPM harus mengambil bagian dalam menyukseskan program PP Muhammadiyah ini untuk bisa berpartisipasi dalam mencapai dan mampu untuk mengaktualisasikan implementasi daripada program PP Muhammadiyah tersebut yang telah dibahas dalam forum tertinggi di Muhammadiyah dalam Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Makassar bulan Agustus tahun 2015 lalu. Model dakwah ini sebenarnya adalah model pengembangan dari Gerakan Dakwah dan Dakwah Jamaah yang kurang maksimal dalam pelaksanaannya sehingga dimunculkan kembali dengan model lain agar lebih bisa disesuaikan dengan perkembangan zaman saat ini dan demikian pula ke depannya.

  
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari penjelasan dan pembahasan di atas kiranya ada beberapa catatan penting dalam  mengembangkan spirit keber-Islaman di IPM kabupaten Jeneponto dengan :
1.      Pentingnya penguatan di tingkat Ranting.
2.      Kaderisasi kepemimpinan di IPM.
3.      Memudarnya literasi membaca dan peradaban bagi kalangan pelajar.
4.      Dakwah pencerahan berbasis komunitas bagi pelajar.
B.     Saran
Apa yang terdapat dalam tulisan ini masih jauh kesempurnaan dan kekeliruan. Kiranya kritik dan masukan yang membangun demi melengkapi kekurangan-kekurangan dalam tulisan ini. terima kasih.



DAFTAR PUSTAKA
Anshory Ch, HM Nasruddin. Matahari Pembaruan Rekam Jejak KH. Ahmad  Dahlan. Yogyakarta. JB Publisher. 2010.
Hidayat, Komaruddin. Ungkapan Hikmah Membuka Mata, Menangkap Makna. Jakarta. Noura Books. 2013.
Majalah Khittah edisi 007 tahun III/2015.

Mundzir, Ilham. Amar, Faozan. Muhammadiyah dan Dakwah Pencerahan untuk masyarakat Kelas Menengah. Jakarta. Al-Wasat Publishing House.2013.
PP Muhammadiyah. Model Dakwah Pencerahan Berbasis Komunitas. Yogyakarta. Gramasurya. 2015.
Syaifullah.Refleksi Satu Abad Muhammadiyah. Bengkulu. PWM B-Press. 2010.
Suara Muhammadiyah edisi no.04 th. Ke-100. 2015.
Suara Muhammadiyah edisi no.09 th ke-100. 2015.




[1] Nashir, Haedar. Menghidupkan Ruh Ke-Islaman di basis Gerakan Muhammadiyah. Suara Muhammadiyah edisi no.04 th. Ke-100. 2015. Kolom BINGKAI. Hal. 12
[2] M. Muchlas Abror. Kaderisasi Kepemimpinan Muhammadiyah Suara Muhammadiyah edisi no.09 th ke-100. 2015. Kolom KALAM. Hal. 26
[3] Syaifullah.Refleksi Satu Abad Muhammadiyah. Bengkulu. PWM B-Press. 2010. Hal. 453
[4] Ibid. Hal. 458
[5] Majalah Khittah edisi 007 tahun III/2015
[6] Hidayat, Komaruddin. Ungkapan Hikmah Membuka Mata, Menangkap Makna. Jakarta. Noura Books. 2013. Hal. 281
[7] Ibid. Hal. 281
[8] HM Nasruddin Anshory Ch. Matahari Pembaruan Rekam Jejak KH. Ahmad  Dahlan. Yogyakarta. JB Publisher. 2010. Hal. 22
[9] PP Muhammadiyah. Model Dakwah Pencerahan Berbasis Komunitas. Yogyakarta. Gramasurya. 2015. Hal.3
[10] Ibid. Hal.5
[11] Mundzir, Ilham. Amar, Faozan. Muhammadiyah dan Dakwah Pencerahan untuk masyarakat Kelas Menengah. Jakarta. Al-Wasat Publishing House.2013. hal.vii
[12] Ibid. PP Muhammadiyah. Model Dakwah Pencerahan.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar