Hujan
kembali bersua di tempat Aku bernaung di pohon Rambutan yang tumbuh di Pondok
Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam balebo. Aku salah satu santri yang mondok
disini untuk menuntut ilmu agama. Tinggal di Pesantren terasa agak berat,
segala peraturan harus di taati untuk kedisiplinan kami semua. Pembina telah
mengatur jadwal mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Saat makan pun
semuanya serba diatur. Aku berusaha untuk mengikuti semua kegiatan pondok.
Beberapa pelajaran pondokan diantaranya adalah ada, Sahabat Al-Qur’an, Kerikil
Bahasa Arab, Nasehat Kiai, Tahfidz Al-Qur’an, Belajar Bahasa Arab, Bahasa
Inggris, dan lain-lainnya.
Aku sangat berharap di tempat ini, Aku
bias membahagiakan orangtuaku. Aku ingin menggapai cita-citaku untuk masa
depanku nanti. Aku tidak boleh menyerah apapun keadaannya. Semoga Aku tetap
tabah dan sabar untuk menghadapi segala rintangan dan tantangan yang ada di
tempat ini. Hujan semakin deras membuat bajuku basah kuyup. Aku harus bergegas
ke asramaku untuk berteduh agar Aku tidak sakit. Beberapa saat kemudian Aku
sampai di asrama yang terletak di sebelah utara lapangan. Tak lama lagi waktu
shalat Maghrib akan tiba kini saatnya Aku bergegas mandi untuk bersiap-siap ke
Masjid.
Langkah kakiku telah melangkah demi
selangkah untuk menuju panggilan Allah. Suara bilal terdengar merdu di telinga
membuat seantero pesantren bergema dan dengan khusyuk mendengarkan lantunan
adzan yang dibunyikan lewat microfon Masjid. Hati ini seakan damai dan tentram
mendengar adzan yang dikumandangkan oleh temanku Firman. Suaranya memang merdu
dibandingkan dengan suaraku yang serat-serat basah apabila memang cerempeng
saat Aku adzan. Tetapi, tidak menyurutkan niatku tulusku untuk memanggil
orang-orang yang sementara duduk di beranda asrama, mereka yang asyik olahraga,
mereka yang main-main dihalaman asrama bahkan bag mereka yang sedang dalam
perjalanan ke Masjid.
Aku sangat bahagia bisa tinggal asrama
sebab banyak remaja dan pelajar di luar sana yang kehidupannya tak karu-karuan.
Banyak diantara mereka yang menghambur-hamburkan uang hanya untuk kesenangan
sesaat tanpa memikirkan dari mana uang tersebut di dapat atau malah mereka acuh
tak acuh terhadap apa yang telah mereka lakukan. Boleh jadi, hari ini sudah
zamannya mereka tak lagi ingat akan Tuhannya dan bagaiamana a seharusnya
beribadah kepada Allah. Tak lagi memikirkan tentang pentingnya menuntut ilmu.
Karena sebagian berpikir bahwa untuk apa belajar hanya membuat tidak betah dan
lebih baik saja seperti ini tanpa ada orang lain yang mengatur atau memerintah.
Apalagi sekarang ada Undang-Undang tentang hak asasi manusia. Jadi untuk apa
belajar.
Tidak salah juga jka ada yang berpikir
seperti itu karena itu adalah hak pribadi seseorang tetapi yang namanya
menuntut ilmu memang itu adalah perintah Allah swt dan Rasul-nya yang telah ada
dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Orang yang seperti itu hatinya telah tertutup
pintu kebaikan dan keberkahan Allah. Sehingga Allah mengunci hati mereka,
menutup pendengaran mereka, buta tentang kebenaran ilahi. Na’udzu billahi
min dzalik. Aku sangat bersyukur orang tuaku memasukkan diriku di Pesantren
ini. Agar kelak Aku bisa membuat mereka tersenyum saat Aku telah berhasil
meraih apa yang Aku harapkan selama ini. Aku mempunyai cita-cita untuk menjadi
seorang dokter, seperti ilmuan Ibnu Sina, dan ilmuwan lainnya yang telah
membuat peradaban Islam menjadi gemilang dan jaya di dunia ini. Tetapi semua
itu hanya tinggal sejarah yang disampaikan oleh kakak Pembina dan guru. Semua
itu telah sirna taka da lagi peradaba dan kejayaan yang gemilang. Hari ini umat
Islam telah terpedaya oleh dunia yang membuat mereka terlena.
Islam
kini tinggal nama, taka da lagi menjadi harapan utama yang mesti diperjuangkan.
Semua itu terjadi karena umat islam telah meninggalkan agamanya, tidak lagi membuka
Al-Qur’an dan membaca Al-Qur’an apabila sekedar membacanya. Seakan mereka risih
dengan semua itu. Mereka semua terlena dengan nikmatnya dunia. Hingga kini,
umat Islam yang lain berusaha untuk mengembalikan semua ruh Islam yang hilang.
Aku salah satu santr di Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam Balebo
berusaha untuk mengembalikan semua peradaban Islam. Aku berusaha untuk
menegakkan shalat lima waktu, mengkaji dan mengaji Al-Qur’an.
Oh iya ada yang Aku lupa, Aku belum
memperkenalkan namaku. Baiklah Aku Ibnu Syam, salah satu santri di Pondok
Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam balebo. Pesantren yang Aku tempati ini
adalah salah satu Pesantren Amal Usaha Muhammadiyah. Tenyata Muhammadiyah
adalah salah satu organisasi terbesar di Indonesia bahkan di dunia,
Muhammadiyah hadir di Amerika, di Jerman, India, China, Malaysia, Australia,
Inggris, dan dibeberapa negara yang ada di dunia. Tentunya aku bersyukur bisa
sekolah di Pesantren Muhammadiyah. Tetapi, terkadang banyak santri yang seakan
merusak nama pesantren dengan melakukan hal-hal yang tidak semestinya dilakukan
oleh seorang santri. Tentu saja tidak mencerminkan dan mencirikan mereka
sebagai santri. Ada di antara mereka yang shalatnya bolong-bolong, suka
membantah, kalasi (suka berbohong), bolos saat sekolah, malas belajar,
bacaannya tidak karu-karuan.
Semua itu tidak membuatku patah semangat
dalam belajar. Jika mereka seperti itu setidaknya bagi diriku tidak melakukan
hal yang sama. Apalagi Aku jauh dari orang tua tinggal di Lamasi. Temanku
berasal dari berbagai kampung seperti, Balebo, Kamiri, Masamba, Karawak, Seko,
Tondok Tua, Mappideceng, Sulawesi tengah, Belopa, Walengrang Lamasi, dan
beberapa kampung lagi yang tidak sempat aku sebutkan. Kami semua
dipersaudarakan dalam ukhuwah Islamiyah membuat Aku dan lainnya saling kenal
mengenal. Walau Aku tahu bahwa dalam belajar ilmu agama disini banyak dinamika
yang kami hadapi.
Aku sangat resah dengan teman-teman yang
merokok diam-diam, pacar-pacaran dengan lawan jenis, bahkan ke tempat-tempat
sunyi di luar area Pesantren apalagi malam-malam saat tanpa ada pengawasan dari
para Pembina putra dan Pembina putri. Mereka mungkin tak sadar bahwa mereka
telah lalai dari belajar dan hanya mementingkan diri sendiri tanpa memikirkan
dampak positif dan negatifnya. Aku juga kasihan ketika mereka ketahuan dan di
interogasi oleh Pembina dan pimpinan pondok.
Aku telah tinggal nyantri disini selama
tiga tahun, namun ilmu yang Aku dapatkan belum seberapa. Aku berusaha untuk
setiap hari menghijrahkan diriku menjadi yang lebih baik. Hijrah bagiku bagitu
sulit apalagi telah bergaul dengan santri yang awal masuk di pesantren ini
baik. Eh malah setelah lama nyantri mereka banyak yang nakal dan membangkang
semua apa yang telah dicanangkan oleh kakak Pembina. Mereka malah lebih asyik
dengan kesenangan sesaat. Padahal mereka dulunya rajin belajar tetapi karena
ada pengaruh lingkungan dari luar. Apalagi sekarang serba canggih membuat
mereka tergiur dengan alat-alat teknologi seperti hp android, internet,
smartphone dan lain-lainnya.
Hijrah bagiku memang sulit tetapi
sesulit apapun itu, Aku berusah untuk memjadi santri yang baik dan mengikuti
segala peraturan yang dibuat oleh kakak Pembina dan pimpinan pondok. Memang
semua perlu pengawalan yang ketat agar santri tetap disiplin dan teratur
menggapai harapan kita semua. Aku pernah membaca sebuah kalimat bijak yang
berbunyi, Man Jadda Wa jada, barangsiapa bersungguh-sungguh maka dapat ia. Ada
juga hadits tentang pentingnya menuntut ilmu bunyinya, tuntutlah ilmu dari
buaian sampai ke liang lahat. Tuhan, mohon hijrah aku dengan pertolongan-MU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar