Kata Mutiara

Tidak akan kembali hari-hari yang telah berlalu

Kamis, 19 Oktober 2017

HIJRAHKAN AKU



 
Sandi Ibnu Syam
 
Hujan kembali bersua di tempat Aku bernaung di pohon Rambutan yang tumbuh di Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam balebo. Aku salah satu santri yang mondok disini untuk menuntut ilmu agama. Tinggal di Pesantren terasa agak berat, segala peraturan harus di taati untuk kedisiplinan kami semua. Pembina telah mengatur jadwal mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Saat makan pun semuanya serba diatur. Aku berusaha untuk mengikuti semua kegiatan pondok. Beberapa pelajaran pondokan diantaranya adalah ada, Sahabat Al-Qur’an, Kerikil Bahasa Arab, Nasehat Kiai, Tahfidz Al-Qur’an, Belajar Bahasa Arab, Bahasa Inggris, dan lain-lainnya.
        Aku sangat berharap di tempat ini, Aku bias membahagiakan orangtuaku. Aku ingin menggapai cita-citaku untuk masa depanku nanti. Aku tidak boleh menyerah apapun keadaannya. Semoga Aku tetap tabah dan sabar untuk menghadapi segala rintangan dan tantangan yang ada di tempat ini. Hujan semakin deras membuat bajuku basah kuyup. Aku harus bergegas ke asramaku untuk berteduh agar Aku tidak sakit. Beberapa saat kemudian Aku sampai di asrama yang terletak di sebelah utara lapangan. Tak lama lagi waktu shalat Maghrib akan tiba kini saatnya Aku bergegas mandi untuk bersiap-siap ke Masjid.
        Langkah kakiku telah melangkah demi selangkah untuk menuju panggilan Allah. Suara bilal terdengar merdu di telinga membuat seantero pesantren bergema dan dengan khusyuk mendengarkan lantunan adzan yang dibunyikan lewat microfon Masjid. Hati ini seakan damai dan tentram mendengar adzan yang dikumandangkan oleh temanku Firman. Suaranya memang merdu dibandingkan dengan suaraku yang serat-serat basah apabila memang cerempeng saat Aku adzan. Tetapi, tidak menyurutkan niatku tulusku untuk memanggil orang-orang yang sementara duduk di beranda asrama, mereka yang asyik olahraga, mereka yang main-main dihalaman asrama bahkan bag mereka yang sedang dalam perjalanan ke Masjid.
        Aku sangat bahagia bisa tinggal asrama sebab banyak remaja dan pelajar di luar sana yang kehidupannya tak karu-karuan. Banyak diantara mereka yang menghambur-hamburkan uang hanya untuk kesenangan sesaat tanpa memikirkan dari mana uang tersebut di dapat atau malah mereka acuh tak acuh terhadap apa yang telah mereka lakukan. Boleh jadi, hari ini sudah zamannya mereka tak lagi ingat akan Tuhannya dan bagaiamana a seharusnya beribadah kepada Allah. Tak lagi memikirkan tentang pentingnya menuntut ilmu. Karena sebagian berpikir bahwa untuk apa belajar hanya membuat tidak betah dan lebih baik saja seperti ini tanpa ada orang lain yang mengatur atau memerintah. Apalagi sekarang ada Undang-Undang tentang hak asasi manusia. Jadi untuk apa belajar.
        Tidak salah juga jka ada yang berpikir seperti itu karena itu adalah hak pribadi seseorang tetapi yang namanya menuntut ilmu memang itu adalah perintah Allah swt dan Rasul-nya yang telah ada dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Orang yang seperti itu hatinya telah tertutup pintu kebaikan dan keberkahan Allah. Sehingga Allah mengunci hati mereka, menutup pendengaran mereka, buta tentang kebenaran ilahi. Na’udzu billahi min dzalik. Aku sangat bersyukur orang tuaku memasukkan diriku di Pesantren ini. Agar kelak Aku bisa membuat mereka tersenyum saat Aku telah berhasil meraih apa yang Aku harapkan selama ini. Aku mempunyai cita-cita untuk menjadi seorang dokter, seperti ilmuan Ibnu Sina, dan ilmuwan lainnya yang telah membuat peradaban Islam menjadi gemilang dan jaya di dunia ini. Tetapi semua itu hanya tinggal sejarah yang disampaikan oleh kakak Pembina dan guru. Semua itu telah sirna taka da lagi peradaba dan kejayaan yang gemilang. Hari ini umat Islam telah terpedaya oleh dunia yang membuat mereka terlena.
Islam kini tinggal nama, taka da lagi menjadi harapan utama yang mesti diperjuangkan. Semua itu terjadi karena umat islam telah meninggalkan agamanya, tidak lagi membuka Al-Qur’an dan membaca Al-Qur’an apabila sekedar membacanya. Seakan mereka risih dengan semua itu. Mereka semua terlena dengan nikmatnya dunia. Hingga kini, umat Islam yang lain berusaha untuk mengembalikan semua ruh Islam yang hilang. Aku salah satu santr di Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam Balebo berusaha untuk mengembalikan semua peradaban Islam. Aku berusaha untuk menegakkan shalat lima waktu, mengkaji dan mengaji Al-Qur’an.
        Oh iya ada yang Aku lupa, Aku belum memperkenalkan namaku. Baiklah Aku Ibnu Syam, salah satu santri di Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam balebo. Pesantren yang Aku tempati ini adalah salah satu Pesantren Amal Usaha Muhammadiyah. Tenyata Muhammadiyah adalah salah satu organisasi terbesar di Indonesia bahkan di dunia, Muhammadiyah hadir di Amerika, di Jerman, India, China, Malaysia, Australia, Inggris, dan dibeberapa negara yang ada di dunia. Tentunya aku bersyukur bisa sekolah di Pesantren Muhammadiyah. Tetapi, terkadang banyak santri yang seakan merusak nama pesantren dengan melakukan hal-hal yang tidak semestinya dilakukan oleh seorang santri. Tentu saja tidak mencerminkan dan mencirikan mereka sebagai santri. Ada di antara mereka yang shalatnya bolong-bolong, suka membantah, kalasi (suka berbohong), bolos saat sekolah, malas belajar, bacaannya tidak karu-karuan.
        Semua itu tidak membuatku patah semangat dalam belajar. Jika mereka seperti itu setidaknya bagi diriku tidak melakukan hal yang sama. Apalagi Aku jauh dari orang tua tinggal di Lamasi. Temanku berasal dari berbagai kampung seperti, Balebo, Kamiri, Masamba, Karawak, Seko, Tondok Tua, Mappideceng, Sulawesi tengah, Belopa, Walengrang Lamasi, dan beberapa kampung lagi yang tidak sempat aku sebutkan. Kami semua dipersaudarakan dalam ukhuwah Islamiyah membuat Aku dan lainnya saling kenal mengenal. Walau Aku tahu bahwa dalam belajar ilmu agama disini banyak dinamika yang kami hadapi.
        Aku sangat resah dengan teman-teman yang merokok diam-diam, pacar-pacaran dengan lawan jenis, bahkan ke tempat-tempat sunyi di luar area Pesantren apalagi malam-malam saat tanpa ada pengawasan dari para Pembina putra dan Pembina putri. Mereka mungkin tak sadar bahwa mereka telah lalai dari belajar dan hanya mementingkan diri sendiri tanpa memikirkan dampak positif dan negatifnya. Aku juga kasihan ketika mereka ketahuan dan di interogasi oleh Pembina dan pimpinan pondok.
        Aku telah tinggal nyantri disini selama tiga tahun, namun ilmu yang Aku dapatkan belum seberapa. Aku berusaha untuk setiap hari menghijrahkan diriku menjadi yang lebih baik. Hijrah bagiku bagitu sulit apalagi telah bergaul dengan santri yang awal masuk di pesantren ini baik. Eh malah setelah lama nyantri mereka banyak yang nakal dan membangkang semua apa yang telah dicanangkan oleh kakak Pembina. Mereka malah lebih asyik dengan kesenangan sesaat. Padahal mereka dulunya rajin belajar tetapi karena ada pengaruh lingkungan dari luar. Apalagi sekarang serba canggih membuat mereka tergiur dengan alat-alat teknologi seperti hp android, internet, smartphone dan lain-lainnya.
        Hijrah bagiku memang sulit tetapi sesulit apapun itu, Aku berusah untuk memjadi santri yang baik dan mengikuti segala peraturan yang dibuat oleh kakak Pembina dan pimpinan pondok. Memang semua perlu pengawalan yang ketat agar santri tetap disiplin dan teratur menggapai harapan kita semua. Aku pernah membaca sebuah kalimat bijak yang berbunyi, Man Jadda Wa jada, barangsiapa bersungguh-sungguh maka dapat ia. Ada juga hadits tentang pentingnya menuntut ilmu bunyinya, tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat. Tuhan, mohon hijrah aku dengan pertolongan-MU.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar