Kalimat di atas saya dapatkan saat
membaca buku “Melodi Kasur” yang di karang oleh Hasbar, Riska Wati Harfin dan
Uswatun hasanah. Kalimat itu ditempatkan setiap akhir cerita dalam buku
tersebut. Isinya adalah intisari dari setiap cerita yang ditulis atau bisa juga
sebagai inti dari hikmah yang bisa dipetik dari setiap cerita tersebut. Menurut
penulis karya tersebut terlihat sederhana, namun penulis berharap dapat memberi
manfaat kepada sesama manusia terkhusus diri setiap penulis.
Buku tersebut sebenarnya tergeletak saja
di kamar, saat pertama kali melihatnya. Iseng-iseng punya niat untuk
membacanya. Akhirnya setelah pulang dari Masjid Putri ada keinginan untuk
membacanya hingga tak terasa satu jam saya membacanya sampai masuk waktu Ashar.
Sebelum membaca buku tersebut saya melihat dulu daftar isi, biografi para
penulis dan saya pun mulai membacanya. Karena memang saya sangat membutuhkan
pembendaharaan kosa kata dalam menulis. Sebenarnya juga ada rasa keinginan untuk
menulis tetapi terkadang naluri untuk menulis terasa hilang dan akhirnya tidak
jadi-jadi menulis.
Pagi ini, rasa menulis itupun memuncak
saat ada rasa kegelisahan dalam hatiku bahwa menulis itu sebuah kebutuhan dan
memang saya ingin menggali potensi saya untuk menjadi seorang penulis. Saat
membaca buku tersebut pun saya diselimuti rasa ingin menulis tetapi saya tetap
tak bergeming dari tempatku sambal membaca buku tersebut. Sekitar tiga puluh
menit membaca buku “Melodi Kasur”. Akhirnya saya betul-betul menulisnya.
Aku pun terinspirasi dengan mengangkat
judul “Sejenak Penaku berkata”. Dalam tulisan ini karena memang selalu
mengingatkanku untuk terus menulis dan menulis. Judul tersebut mengisyaratkan
untuk saya untuk menulis. Sejenak penaku berkata dalam artian bahwa memang kita
dituntut untuk menuliskan kata-kata yang membuat kita termotivasi dalam menulis
dan mengasah kemampuan dalam menulis. Walau saya sadari bahwa apakah aka nada
juga karya nantinya antau malah sebaliknya.
Saya hanya ingin tetap berusaha untuk
menjadi seorang penulis. Apalagi memang untuk menulis jarang sekali saya
luangkan. Padahal jika saya mau, telah ada beberapa lembar yang saya tulis
bahkan melebihi tetapi karena factor kesibukan dan kemalasan yang menyerang
sehingga untuk menulis membuatku merasa kurang bergairah. Sebenarnya menjadi
seorang penulis sangatlah muda. Caranya dengan menulis, menulis, menulis dan
menulis. Yah, hanya dengan menulis. Sebab pesan dari kak Khrisna Pabichara
bahwa untuk menjadi seorang penulis adalah dengan menulis. Kuncinya sederhana.
Tetapi dalam realisasi sebagai manifestasi dari apa yang ingin kita lakukan
tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Jika saya melihat tulisan “Sejenak Penaku
berkata”, seakan-akan mengajak saya untuk ikut arus di dalamnya. Saya tidak
tahu apakah ini sebuah sugesti sekaligus hipnotis untuk menulis atau hal lain.
Tetapi, memang kalimat itu ampuh bagi siapa saja yang ingin menulis dan memang
punya motivasi untuk menulis. Salah satu orang yang terhipnotis dari kalimat
itu adalah saya sendiri. Saya pun tidak ada kekuatan apa dalam kalimat tersebut
yang membuatku terpana dan termotivasi dalam menulis.
Kalimat yang singkat, padat, jelas dan
mempunyai sarat makana yang tinggi. Untuk itu, saya dan siapapun And ajika
ingin punya niat menulis maka menuliskan karena itu merupakan sebuah catatan
sejarah dalam hidup kita masing-masing. Meski tidak semudah yang kita
bayangkan. Mengapa demikian? Coba Anda perhatikan dalam kehidupan kita, betapa
banyak yang mampu dengan retorika yang indah dan jelas kita dengar dari orang
yang mempunyai kelebihan untuk menggugah orang dalam ucapan retorikanya. Namun,
untuk menulis mereka sangat sulit. Terkadang juga ada orang yang sangat
pendiam, tetapi dalam menulis ia mampu membuat orang lain terpesona dengan
tulisannya.
Setiap orang mempunyai potensi yang
berbeda-beda. Dari dua ciri di atas yang paling tepat adalah retorikanya bagus
sekaligus berbakat dalam menulis. Tetapi potensi yang satu ini memang hanya
orang-orang pilihan. Beruntunglah bagi mereka yang mempunyai dua bakat ini
sekaligus. Dengan kata itu juga saya kembali termotivasi untuk menulis. Dan
telah ada beberapa judul yang ingin saya tulis diantaranya adalah “Dampingi
Aku”, “Hijrahkan Aku”, “Aku disini Untukmu,”,
“Cintaku Bersemi Di Pesantren” dan lain-lainnya.
Judul di atas saya akan tulis yang
bercerita tentang kisah nyataku selama berada di Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam
Balebo. Saya akan menulis tentang bagaimana interaksi dengan anak-anak santri
baik putra maupun putri. Dengan pendekatan andragogi dan paedagogi. Yang pernah
saya baca dalam buku Psikologi Pembelajaran.
Beberapa nama penulis dalam buku “Melodi
Kasur” itu ternyata beliau adalah Pembina Putri Pondok Pesantren Muhammadiyah
Darul Arqam Balebo yaitu Uswatun Hasanah Junaid. Dari profilnya saya dapatkan
bahwa beliau itu adalah alumni salah satu perguruan tinggi di Palopo tepatnya
di IAIN Palopo di Fakultas Tarbiyah dengan jurusan Bahasa Inggris. Beliau lahir
di desa Tampinna pada tanggal 18 Juli 1994 dari pasangan H. Junaid Nasal dan
Hj. Radiana. Dengan ciri-ciri berkulit sawo matang dan juga alumni dari SMAN 1
Angkona.
Buku Melodi Kasur diambil dari tulisan
Uswatun Hasanah Junaid yang bercerita tentang seorang Miamor sedang menyukai
sesosok lelaki bernama Ayyub yang juga kakak
kelasnya. Dan diakhir cerita, Miamor dapat guyuran air, tetesan telur berbalut
tepung menyerang Mia menyadarkan bahwa kabar menikah, undangan dan resepsi
pernikahan Ayyub dan Anggi ternyata hanya bunga tidur yang menghiasi malam Mia
yang sangat kelelahan sehabis menjenguk dan menjaga Ayyub di rumah sakit.
Namun, rasa Lelah itu tergantikan ketika teman-teman Miamor datang membuat
kejutan di hari lahir Miamor.
Sejenak
Penaku Berkata kini menjelma menjadi sebuah tulisan singkat yang ditulis oleh
orang yang mempunyai sedikit bakat dalam menulis. Semoga menjadi sebuah
perenungan bagi kita semua bahwa kita sebagai insan untuk senantiasa bersyukur
atas nikmat yang Allah berikan kepada kita semua. Tak ada gunanya kita
menyesali hidup kita tetapi apa yang allah berikan itulah yang terbaik bagi
kita semua. Mengapa demikian? Jawabannya simple saja, sesuai dengan Firman
Allah dalam QS. Al-Baqarah : 216, bunyinya, “dan boleh jadi kamu membenci
sesuatu padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal
itu buruk bagimu”.
Tetap
berpikir positif, selalu semangat berkarya nyata dan menjadi orang yang
solutif. Salam pena dariku. Saya juga ingin penaku berkata dan akhirnya Anda
semua telah membaca penaku dan nyatanya Anda juga tersugesti dan terhipnotis
dari tulisan yang Anda baa ini.
Salam Pena. Karena pena adalah symbol
kejayaan. QS. Al-Qalam ayat 1 berbunyi, “Demi Pena, dan apa yang mereka
tuliskan”. Selamat Membaca Sejenak Penaku Berkata untukmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar