Kata Mutiara

Tidak akan kembali hari-hari yang telah berlalu

Kamis, 19 Oktober 2017

SEJENAK PENAKU BERKATA



 
Sandi Ibnu Syam
  
Kalimat di atas saya dapatkan saat membaca buku “Melodi Kasur” yang di karang oleh Hasbar, Riska Wati Harfin dan Uswatun hasanah. Kalimat itu ditempatkan setiap akhir cerita dalam buku tersebut. Isinya adalah intisari dari setiap cerita yang ditulis atau bisa juga sebagai inti dari hikmah yang bisa dipetik dari setiap cerita tersebut. Menurut penulis karya tersebut terlihat sederhana, namun penulis berharap dapat memberi manfaat kepada sesama manusia terkhusus diri setiap penulis.
Buku tersebut sebenarnya tergeletak saja di kamar, saat pertama kali melihatnya. Iseng-iseng punya niat untuk membacanya. Akhirnya setelah pulang dari Masjid Putri ada keinginan untuk membacanya hingga tak terasa satu jam saya membacanya sampai masuk waktu Ashar. Sebelum membaca buku tersebut saya melihat dulu daftar isi, biografi para penulis dan saya pun mulai membacanya. Karena memang saya sangat membutuhkan pembendaharaan kosa kata dalam menulis. Sebenarnya juga ada rasa keinginan untuk menulis tetapi terkadang naluri untuk menulis terasa hilang dan akhirnya tidak jadi-jadi menulis.
Pagi ini, rasa menulis itupun memuncak saat ada rasa kegelisahan dalam hatiku bahwa menulis itu sebuah kebutuhan dan memang saya ingin menggali potensi saya untuk menjadi seorang penulis. Saat membaca buku tersebut pun saya diselimuti rasa ingin menulis tetapi saya tetap tak bergeming dari tempatku sambal membaca buku tersebut. Sekitar tiga puluh menit membaca buku “Melodi Kasur”. Akhirnya saya betul-betul menulisnya.
Aku pun terinspirasi dengan mengangkat judul “Sejenak Penaku berkata”. Dalam tulisan ini karena memang selalu mengingatkanku untuk terus menulis dan menulis. Judul tersebut mengisyaratkan untuk saya untuk menulis. Sejenak penaku berkata dalam artian bahwa memang kita dituntut untuk menuliskan kata-kata yang membuat kita termotivasi dalam menulis dan mengasah kemampuan dalam menulis. Walau saya sadari bahwa apakah aka nada juga karya nantinya antau malah sebaliknya.
Saya hanya ingin tetap berusaha untuk menjadi seorang penulis. Apalagi memang untuk menulis jarang sekali saya luangkan. Padahal jika saya mau, telah ada beberapa lembar yang saya tulis bahkan melebihi tetapi karena factor kesibukan dan kemalasan yang menyerang sehingga untuk menulis membuatku merasa kurang bergairah. Sebenarnya menjadi seorang penulis sangatlah muda. Caranya dengan menulis, menulis, menulis dan menulis. Yah, hanya dengan menulis. Sebab pesan dari kak Khrisna Pabichara bahwa untuk menjadi seorang penulis adalah dengan menulis. Kuncinya sederhana. Tetapi dalam realisasi sebagai manifestasi dari apa yang ingin kita lakukan tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Jika saya melihat tulisan “Sejenak Penaku berkata”, seakan-akan mengajak saya untuk ikut arus di dalamnya. Saya tidak tahu apakah ini sebuah sugesti sekaligus hipnotis untuk menulis atau hal lain. Tetapi, memang kalimat itu ampuh bagi siapa saja yang ingin menulis dan memang punya motivasi untuk menulis. Salah satu orang yang terhipnotis dari kalimat itu adalah saya sendiri. Saya pun tidak ada kekuatan apa dalam kalimat tersebut yang membuatku terpana dan termotivasi dalam menulis.
Kalimat yang singkat, padat, jelas dan mempunyai sarat makana yang tinggi. Untuk itu, saya dan siapapun And ajika ingin punya niat menulis maka menuliskan karena itu merupakan sebuah catatan sejarah dalam hidup kita masing-masing. Meski tidak semudah yang kita bayangkan. Mengapa demikian? Coba Anda perhatikan dalam kehidupan kita, betapa banyak yang mampu dengan retorika yang indah dan jelas kita dengar dari orang yang mempunyai kelebihan untuk menggugah orang dalam ucapan retorikanya. Namun, untuk menulis mereka sangat sulit. Terkadang juga ada orang yang sangat pendiam, tetapi dalam menulis ia mampu membuat orang lain terpesona dengan tulisannya.
Setiap orang mempunyai potensi yang berbeda-beda. Dari dua ciri di atas yang paling tepat adalah retorikanya bagus sekaligus berbakat dalam menulis. Tetapi potensi yang satu ini memang hanya orang-orang pilihan. Beruntunglah bagi mereka yang mempunyai dua bakat ini sekaligus. Dengan kata itu juga saya kembali termotivasi untuk menulis. Dan telah ada beberapa judul yang ingin saya tulis diantaranya adalah “Dampingi Aku”, “Hijrahkan Aku”, “Aku disini Untukmu,”, “Cintaku Bersemi Di Pesantren” dan lain-lainnya.
Judul di atas saya akan tulis yang bercerita tentang kisah nyataku selama berada  di Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam Balebo. Saya akan menulis tentang bagaimana interaksi dengan anak-anak santri baik putra maupun putri. Dengan pendekatan andragogi dan paedagogi. Yang pernah saya baca dalam buku Psikologi Pembelajaran.
Beberapa nama penulis dalam buku “Melodi Kasur” itu ternyata beliau adalah Pembina Putri Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam Balebo yaitu Uswatun Hasanah Junaid. Dari profilnya saya dapatkan bahwa beliau itu adalah alumni salah satu perguruan tinggi di Palopo tepatnya di IAIN Palopo di Fakultas Tarbiyah dengan jurusan Bahasa Inggris. Beliau lahir di desa Tampinna pada tanggal 18 Juli 1994 dari pasangan H. Junaid Nasal dan Hj. Radiana. Dengan ciri-ciri berkulit sawo matang dan juga alumni dari SMAN 1 Angkona.
Buku Melodi Kasur diambil dari tulisan Uswatun Hasanah Junaid yang bercerita tentang seorang Miamor sedang menyukai sesosok lelaki  bernama Ayyub yang juga kakak kelasnya. Dan diakhir cerita, Miamor dapat guyuran air, tetesan telur berbalut tepung menyerang Mia menyadarkan bahwa kabar menikah, undangan dan resepsi pernikahan Ayyub dan Anggi ternyata hanya bunga tidur yang menghiasi malam Mia yang sangat kelelahan sehabis menjenguk dan menjaga Ayyub di rumah sakit. Namun, rasa Lelah itu tergantikan ketika teman-teman Miamor datang membuat kejutan di hari lahir Miamor.
            Sejenak Penaku Berkata kini menjelma menjadi sebuah tulisan singkat yang ditulis oleh orang yang mempunyai sedikit bakat dalam menulis. Semoga menjadi sebuah perenungan bagi kita semua bahwa kita sebagai insan untuk senantiasa bersyukur atas nikmat yang Allah berikan kepada kita semua. Tak ada gunanya kita menyesali hidup kita tetapi apa yang allah berikan itulah yang terbaik bagi kita semua. Mengapa demikian? Jawabannya simple saja, sesuai dengan Firman Allah dalam QS. Al-Baqarah : 216, bunyinya, “dan boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu buruk bagimu”.
            Tetap berpikir positif, selalu semangat berkarya nyata dan menjadi orang yang solutif. Salam pena dariku. Saya juga ingin penaku berkata dan akhirnya Anda semua telah membaca penaku dan nyatanya Anda juga tersugesti dan terhipnotis dari tulisan yang Anda baa ini.
Salam Pena. Karena pena adalah symbol kejayaan. QS. Al-Qalam ayat 1 berbunyi, “Demi Pena, dan apa yang mereka tuliskan”. Selamat Membaca Sejenak Penaku Berkata untukmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar