SEJARAH DAN PERKEMBANGAN FILSAFAT ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Awalnya filsafat disebut sebagai
induk ilmu pengetahuan (mother of science) sebab filsafat seakan-akan mampu
menjawab pertanyaan tentang segala sesuatu atau segala hal, baik yang
berhubungan dengan alam semesta, maupun manusia dengan segala problematika dan
kehidupannya. Namun seiring dengan perubahan zaman, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang melahirkan berbagai disiplin ilmu baru dengan
masing-masing spesialisasinya, filsafat seakan-akan telah berubah fungsi dan
perannya.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Filsafat Islam ?
2. Siapa sajakah
Pelopor Filsafat Islam ?
BAB II
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN FILSAFAT ISLAM
A.
Faktor
Munculnya Filsafat Islam
Pemikiran filsafat masuk ke dalam
Islam melalui filsafat Yunani yang dijumpai kaum Muslimin pada abad ke-8 Masehi
atau abad ke-2 Hijriah di Suriah, Mesopotamia, Persia, dan Mesir.
Dalam Ensiklopedi Islam terbitan
Ichtiar Baru Van Hoeve dijelaskan bahwa kebudayaan dan filsafat Yunani masuk ke
daerah-daerah itu melalui ekspansi Alexander Agung, penguasa Macedonia (336-323
SM), setelah mengalahkan Darius pada abad ke-4 SM di kawasan Arbela (sebelah
timur Tigris).
Alexander Agung datang dengan tidak
menghancurkan peradaban dan kebudayaan Persia, bahkan sebaliknya, ia berusaha
menyatukan kebudayaan Yunani dan Persia. Hal ini telah memunculkan pusat-pusat
kebudayaan Yunani di wilayah Timur, seperti Alexandria di Mesir, Antiokia di
Suriah, Jundisyapur di Mesopotamia, dan Bactra di Persia.
Pada masa Dinasti Umayyah, pengaruh
kebudayaan Yunani terhadap Islam belum begitu nampak karena ketika itu
perhatian penguasa Umayyah lebih banyak tertuju kepada kebudayaan Arab.
Pengaruh kebudayaan Yunani baru nampak pada masa Dinasti Abbasiyah karena
orang-orang Persia pada masa itu memiliki peranan penting dalam struktur
pemerintahan pusat.
Para Khalifah Abbasiyah pada
mulanya hanya tertarik pada ilmu kedokteran Yunani berikut dengan sistem
pengobatannya. Tetapi kemudian mereka juga tertarik pada filsafat dan ilmu
pengetahuan lainnya. Perhatian pada filsafat meningkat pada zaman Khalifah
Al-Makmun (198-218 H/813-833 M).
Kelahiran ilmu filsafat Islam tidak
terlepas dari adanya usaha penerjemahan naskah-naskah ilmu filsafat dan berbagai
cabang ilmu pengetahuan ke dalam bahasa Arab yang telah dilakukan sejak masa
klasik Islam. Dalam Ensiklopedi Tematis
Dunia Islam: Pemikiran dan Peradaban disebutkan bahwa usaha penerjemahan ini
tidak hanya dilakukan terhadap naskah-naskah berbahasa Yunani saja, tetapi juga
naskah-naskah dari bebagai bahasa, seperti bahasa Siryani, Persia, dan India.[1]
Perkembangan filsafat Islam, hidup
dan memainkan peran signifikan dalam kehidupan intelektual dunia Islam. Jamal
al-Dīn al-Afgani, seorang murid Mazhab Mulla Shadra saat di Persia,
menghidupkan kembali kajian filsafat Islam di Mesir. Di Mesir, sebagian tokoh
agama dan intelektual terkemuka seperti Abd. al-Halim Mahmud, Syaikh al-Azhar
al-marhum, menjadi pengikutnya.
Filsafat Islam di Persia, juga
terus berkembang dan memainkan peran yang sangat penting meskipun terdapat
pertentangan dari kelompok ulama Syi’ah. Tetapi patut dicatat bahwa Ayatullah
Khoemeni, juga mempelajari dan mengajarkan al-hikmah (filsafat Islam)
selama berpuluh puluh tahun di Qum, sebelum memasuki arena politik, dan juga Murtadha
Muthahhari, pemimpin pertama Dewan
Revolusi Islam, setelah revolusi Iran 1979, adalah seorang filosof
terkemuka. Demikian pula di Irak, Muhammad Baqir al-Shadr, pemimpin
politik dan agama yang terkenal, adalah juga pakar filsafat Islam.[2]
B.
Periodisasi
Perkembangan Filsafat Islam
Jalaluddin dan Usman Said dalam
bukunya Filsafat Pendidkan Islam Konsep dan Perkembangan mengemukakan
perkembangan periodisasi filsafat pendidikan Islam sebagai berikut:
1.
Periode awal perkembangan Islam
Pemikiran mengenai filsafat
pendidikan pada periode awal ini merupakan perwujudan dari kandungan ayat-ayat
al-Qur’an dan al-hadis, yang keseluruhannya membentuk kerangka umum ideologi
Islam. Dengan kata lain, bahwa pemikiran pendidikan Islam dilihat dari segi
al-Qur’an dan hadis, tidaklah muncul sebagai pemikiran yang terputus, terlepas
hubungannya dengan masyarakat seperti yang digambarkan oleh Islam. Pemikiran
itu berada dalam kerangka paradigma umum bagi masyarakat seperti yang dikehendaki
oleh masyarakat. Dengan demikian pemikiran mengenai pendidikan yang dilihat
dalam al-Qur’an dan hadis mendapatkan nilai ilmiahnya. Pada periode kehidupan
Rasulullah Saw tampaknya mulai terbentuk pemikiran pendidikan yang bersumber
dari al-Qur’an dan Hadits secara murni. Jadi hal-hal yang berkaitan dengan
pendidikan berbentuk pelaksanaan ajaran al-Qur’an yang diteladani oleh
masyarakat dari sikap dan prilaku hidup Nabi Muhammad saw.
2.
Periode klasik
Periode klasik mencakup rentang
masa pasca pemerintahan khulafa’
al-Rasyidun hingga awal masa imperialis Barat. Rentang waktu tersebut
meliputi awal kekuasaan Bani Ummayah zaman keemasan Islam dan kemunduran
kekuasaan Islam secara politis hingga awal abad ke-19.
Walaupun
pembagian ini bersifat tentative, namun terdapat beberapa pertimbangan yang
dijadikan dasar pembagian itu. Pertama,
sistem pemerintahan; kedua, luas
wilayah kekuasaan; ketiga,
kemajuan-kemajuan yang dicapai; dan keempat, hubungan antar negara.
Dari dasar pertimbangan tersebut,
maka diketahui bahwa di awal periode klasik terlihat munculnya sejumlah
pemikiran mengenai pendidikan. Pemikiran mengenai pendidikan tersebut tampak
disesuaikan dengan kepentingan dan tempat serta waktu. Beberapa karya ilmuan
Muslim pada periode klasik yang karya-karyanya secara langsung memuat
pembahasan mengenai pendidikan yaitu:
Ibn
Qutaibah (213-276 H), nama lengkapnya Abu Muhammad Abdullah
Ibn Muslim Qutaibah al-Dainuri, keahliannya adalah bahasa Arab dan sejarah;
karya yang terkenal : al-Ma’ani al-Kabirah, syakl al-Qur’an, Gharib al-Qur’an,
Ta’wil Mukhtalaf al-Hadits, Fadhl al-Arab, al-Syi’r wa al-Syu’ara; al-Ma’arif,
al-Radd ‘ala al Jahimmiyah wa al-Musyibbihah, Imamah wa al-Siyasah, dan ‘Uyun
al-Akhbar. Pemikirannya menyangkut tentang masalah pendidikan bagi kaum wanita,
ilmu yang bermanfaat dan nilai-nilai bagi yang mengembangkannya.
Perkembangan filsafat pendidikan
Islam pada periode klasik ini masih menyimpan tokoh-tokoh seperti ; Ibnu
Masarrah (269-319) yang pemikirannya menyangkut tentang jiwa dan sifat-sifat
manusia, Ibnu Maskawaih (330-421), pemikirannya tentang pentingnya pendidikan
akhlak, Ibnu Sina (370-428), karya besarnya as-Syifa dan al-Qanun al-Tibb
sebuah karya ensiklopedi kedokteran, dan Al-Gazali (450/1058-505/1111 M), karya
besarnya sering menjadi acuan berbagai pandangan masyarakat dan sangat terkenal
yaitu Ihya’ Ulum al-Din, menurutnya
bahwa pendidikan yang baik adalah yang dapat mengantarkan manusia kepada keridhaan
Allah swt., yang tentunya selamat hidup dunia dan akhirat.
3.
Periode Modern
Periode modern merujuk pada
pembagian periodesasi sejarah Islam, yaitu menurut Harun Nasution, bahwa
periode modern dimulai sejak tahun 1800 M. periode ini ditandai dengan
dikuasainya Bani Abbas dan Bani Ummaiyah secara politik dan dilumpuhkan oleh
imperialis Barat. Namun ada tiga kerajaan besar Islam yang masih memegang
hegemoni kekuasaan Islam, yaitu Turki Usmani (Eropa Timur dan Asia-Afrika),
kerajaan Safawi (Persia), dan kerajaan Mughol (India).
Beberapa pemikir pendidikan yang
tersebar di sejumlah kekuasaan Islam tersebut sebagai tokoh yang ada kaitannya
dengan perkembangan filsafat pendidikan Islam pada periode modern, seperti:
Isma’il
Raj’i al-Faruqi (1921-1986), membidangi secara
profesional bidang pengkajian Islam, pemikirannya tersebar di berbagai dunia
Islam, dan karya pentingnnya; Cristian Ethics, An Historical Atlas of Religions
of the World, Trialogue of Abrahamic Faith, dan The Cultural Atlas of Islam,
pandangannya bahwa umat Islam sekarang berada dalam keadaan yang lemah, dan
dualisme sistem pendidikan yang melahirkan kejumudan dan taqlid buta. Oleh
sebab itu pendidikan harus dikembangkan ke arah yang lebih modern dan
berorientasi ketauhidan.
Puncak dari pemikiran filsafat
pendidikan Islam periode modern terangkum dalam komperensi pendidikan Islam
sedunia di Makkah tahun 1977 sebagai awal pencetusan konsep tentang penanganan
pendidikan Islam. Selanjutnya di Islamabad (1980) menghasilkan pedoman tentang
pembuatan pola kurikulum, di Dhakka (1981) menghasilkan tentang perkembangan
buku teks, dan di Jakarta (1982) telah menghasilkan tentang metodologi
pengajaran.
C. Ciri - Ciri Filsafat Islam
Filsafat Islam mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Sebagai Filsafat Relegius.
Topik-topik filsafat Islam bersifat
relegius, dimulai dengan meng-Esakan Tuhan dan menganalisis secara universal
dan menukik ke teori keTuhanan yang tak terdahuluaisebelunya. Seolah-olah
menyaingi alairan kalamiah Mu’tazilah dan Asy’ariyah yang mengoreksi kekurangan
nya dan berkonsentrasi mengambarkan Allah Yang Maha Agung dalam pola yang
berlandasan tajrid (pengabstrakan), tanzih (penyucian), keesaan mutlak dan
kesempurnaan total. Dari Yang Esa ber-emanasi segala sesuatu. Karena Ia pencita, maka Ia menciptakan dari bukan
sesuau, menciptakan alam sejak azzali, mengatur dan menatanya. Karena alam
merupakan akibat bagi-Nya, maka dalam wujud dan keabadian-Nya, maka Ia
menciptakannya karena semata-mata anugerah-Nya.
2. Filsafat Rasional.
Akal manusia juga merupakan salah
satu potensi jiwa dan disebut rasional soul. Walaupun berciri khas
relegius-spritual, tetapi tetap bertumpu pada akal dalam menafsirkan
problematika ketuhanan, manusia dan alam, karena wajib al-wujud adalah akal
murni. Ia adalah obyek berpikir sekaligus obyek pemikiran.
3. Filsafat Sinkretis
Filsafat Islam memadukan antara
sesama filosof. Memadukan berarti mendekatkan dan mengumpulkan dua sudut, dalam
filsafat ada aspek-aspek yang tidak
sesuai dengan agama. Sebaliknya sebagian dari teks agama ada yang tidak
sejalan dengan sudut pandang filsafat. Para filosuf Islam secara khusus
konsentrasi mempelajari Plato dan Ariestoteles. Untuk itu mereka menerjemahkan
dialog-dialog penting Plato. Republik, hukum, Themaus, Sophis, Paidon, dan
Apologia (pidato pembelaan Socretes).
4. Filsafat yang Berhubungan Kuat
dengan Ilmu Pengetahuan
Saling take and give, karena dalam
kajian-kajian filosof terdapat ilmu pengetahun dan sejumlah problematika
saintis, sebaliknya dalam saintis terdapat prinsip-prinsip dan teori-teori
filosofis. Filosof Islam menganggap
ilmu-ilmu pengetahuan rasional sebagai bagian dari filsafat. Misalnya adalah buku As-Syifa’ milik Ibnu
Sina yang merupakan Encyclopedia,
Al-Qanun, kemudian Al-Kindi mengkaji masalah-masalah matematis dan fisis.
Al-Farabi mempunyai kajian Ilmu ukur dan mekanik.
D.
Tokoh – Tokoh Filsafat Islam
1. Al-Kindi
Hidup pada tahun 796-873 M pada masa
khalifah al-Makmun dan
al-Mu’tashim. Al-Kindi menganut
aliran Mu’tazilah dan kemudian belajar filsafat. Menurut Al-Kindi filsafat yang paling tinggi
adalah filsafat tentang Tuhan. Kata Al-Kindi : Filsafat yang termulia dan
tertinggi derajatnya adalah filsafat utama, yaitu ilmu tentang Yang Benar
Pertama, yang menjadi sebab dari segala yang benar. Masih menurut Al-Kindi
kebenaran ialah bersesuaian apa yang ada dalam akal dan yang ada diluar akal.
Di dalam alam terdapat benda-benda
yang dapat ditangkap dengan panca indra. Benda-beanda ini merupakan juz’iyat. Yang terpenting bagi filsafat
bukan juz’iyat yang tak terhingga
banyaknya, tetapi yang terpenting adalah hakekat yang terdapat dalam juz’iyat,
yaitu kauliyat. Kemudian filsafatnya yang lain yaitu tentang jiwa d an roh. [3]
2.
Al-Farabi
Al-Farabi hidup tahun 870-950 M,
dia meninggal dalam usia 80 tahun. Filsafatnya yang terkenal adalah teori emanasi (pancaran). Filsafatnya
mengatakan bahwa yang banyak ini timbul dari Yang Satu. Tuhan bersifat Maha
Satu tidak berubah, jauh dari materi , jauh dari arti banyak, Maha sempurna dan
tidak berhajat apapun. Kalau demikian hakekat sifat Tuhan, bagaimana terjadinya
alam materi yang banyak ini dari yang
Maha satu ?
Menurut Al-Farabi alam terjadi
dengan cara emanasi atau pancaran dari Tuhan yang berubah menjadi suatu maujud.
Perubahan itu mulai dari akal pertama sampai akal kesepuluh. Kemudian dari akal
kesepuluh muncullah berupa bumi serta roh-roh dan materi pertama yang menjadi
dasar dari empat unsur: api, udara, air dan tanah. Pada falsafat kenabian dia
mengatakan bahwa Nabi dan rasul adalah pilihan, dan komunikasi dengan akal
kesepuluh terjadi bukan atas usaha sendiri tetapi atas pemberian Tuhan.
3. Ibnu Sina
Ibnu Sina lahir di Asyfana 980 M
dan wafat di Isfahana tahun 1037 M. Pemikiran terpenting yang dihasilkan oleh
Ibnu Sina adalah tentang jiwa. Ibnu Sina juga menganut paham pancaran, jiwa
manusia memancar dari akal kesepuluh. Dia membagi jiwa dalam tiga bagian, yaitu
jiwa tumbuh-tumbuhan (nafsu nabatiyah), jiwa binatang ( nafsu hayanawiyah), dan
jiwa manusia (nafsu natiqah).
Filsafat tentang wahyu dan nabi ia
berpendapat, bahwa Tuhan menganugrahkan akal meteriil yang besar lagi kuat yang
disebut al-hads (intuisi). Tanpa
melalui latihan dengan mudah dapat berhubungan dengan akal aktif dan mudah dapat menerima cahaya atau wahyu
dari Tuhan. Akal yang seperti ini mempunyai daya suci (quwwatul qudsiyah). Ini
bentuk akal tertinggi yang dapat diperoleh manusia, dan terdapat hanya pada
nabi-nabi.
Dari beberapa kajian diatas,
filosof muslim dalam pemikirannaya selalu bersandar kepada Tuhan, meskipun rasio
digunakan secara bebas dan radikal, namun
masih terkendali oleh wahyu yang merupakan pangkal dari agama Islam.
4.
Ibnu
Miskawaih (W. 1030 M).
Beliau
lebih dikenal dengan filsafat akhlaknya yang tetuang dalam bukunya, Tahzib
al-Akhlak. Menurutnya, akhlak adalah sikap mental atau jiwa yang
menimbulkan perbuatan-perbuatan tanpa pemikiran yang dibawa sejak lahir.
Kemudian ia berpendapat bahwa jiwa tidak berbentuk jasmani dan mempunyai bentuk
tersendiri. Jiwa memiliki tiga daya yang pembagiannya sama dengan pembagian
al-Kindi. Kesempurnaan yang dicari oleh manusia ialah kebajikan dalam
bentuk ilmu pengetahuan dan tidak tunduk pada hawa
nafsu serta keberanian dan keadilan.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Filsafat telah berkembang dan
berubah fungsi dari induk ilmu pengetahuan menjadi semacam pendekatan dan
perekat berbagai macam ilmu pengetahuan yang telah berkembang pesat dan
terpisah satu dengan lainnya (interdisciplinary approach), dan lebih kental
lagi bahwa filsafat sebagai alat analisis dalam memecahkan permasalahan
filosofis dari dunia ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia (philosophical
analysis)
Perkembangan filsafat pendidikan
Islam terbagi dalam periode awal jaman permulaan Islam yang dibawa Rasul
Muhammad saw., dan khulafa al-Rashidin, periode klasik yang dimulai dari pasca
pemerintahan khulafa al-Rashidun sampai awal masa imperialisme Barat, rentang
itu dapat pula dimulai dari awal kekuasaan Bani Ummayyah sampai pada kemuduran
kekuasaan Islam secara politis hingga abad ke-19, dan periode modern dan perkembangan
filsafat pendidikan Islam yang mencuat dalam sebuah konferensi pendidikan Islam
sedunia.
Perbandingan antara
Filsafat Barat dan Filsafat Islam
adalah sebagai berikut :
Persamaannya,
sama-sama berpikir radikal, bebas. Kedua-duanya menggunakan logikal akal,
dialektika. Kedua-duanya berfikir
tentang realitas alam, kosmologi.
Perbedaannya:
a.
Filsafat Barat
- Mengguakan rasio, Berpijak pada hal-hal yang konkrit, Hanya
berfilsafat.
b.
Filsafat Islam
-
Berfilsafat menggunakan akal dan bersandar pada wahyu, - Ruang lingkup pembahasannya yang abstrak
maupun konkrit, fisik maupun metafisik, Berfilsafat untuk mendekatkan diri kepada Allah
dan memahami realitas alam, Berfilsafat dimulai dengan keimanan kepada Allah.
2.
Saran
Di
samping mempelajari ilmu dalam perspektif fardhu ‘ain. Juga tak kalah
pentingnya mempelajari ilmu perspektif Fardhu Kifayah seperti Ilmu tentang
Filsafat Islam serta sejarahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H.M,
2000. Filsafat Pendidikan Islam.
Jakarta: Bumi Aksara.
Jalaluddin
dan Usman Said, 1999. Filsafat Pendidikan Islam Konsep dan Perkembangan.
Jakarta: Rajawali Pers.
Langgulung,
Hasan, 1995. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam. Bandung: Al-Ma’arif.
www.republika.co.id
www.referensimakalah.com
[1]
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/03/29/m1nkvp-filsafat-islam-jawaban-atas-masalah-bangsa
( di Uplod Tgl.13 Januari 2015 )
[2] http://www.referensimakalah.com/2012/08/sejarah-perkembangan-filsafat-islam.html
, ( di Uplod Tgl.13 Januari 2015 )
[3]
http://artikeldanmakalah.blogspot.com/2010/12/makalah-filsafat.html
( Di Uplod Tgl.13 Januari 2015 )
Sumber : http://makalahkiita.blogspot.com/2013/10/sejarah-dan-perkembangan-filsafat-islam.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar