![]() | |
Sandi Ibnu Syam |
Sebuah benda terus mengitari sudut-sudut ruang
menerbangkan sesuatu yang tak terlihat bentuknya bundar dengan pegangan besi
yang kokoh menempel di dinding berwarna hijau muda. Itulah kipas angin. Di ruang
yang luasnya kira-kira 4x7 di dalamnya ada sebuah tv, dispenser dan gallon, baskom, gelas, sendok, meja, kursi, buku
catatan, alat peraga, jam dinding, sebuah almari tempat penyimpanan
berkas-berkas penting, papan tulis, lemari dan lain-lain.
Di tempat
inilah Aku biasa membaringkan tubuh yang lelah atau sekedar istirahat sejenak. Nyatanya
itu adalah sebuah kantor. Sebuah tempat untuk pertemuan atau rapat bagi
orang-orang yang tak kenal lelah mengurus umat demi keberlangsungan hidupnya
dan demi sebuah penyelamatan nyawa yang hampir tak tertolongkan. Ya, mereka Aku
sebut pejuang sejati, mereka anggota SSR (Sub-Sub Recipient) Aisyiyah
Jeneponto.
Di luar
sana masih terasa mendung, sesekali Aku mendengar suara-suara mesin yang lewat
di jalan. Pohon-pohon seakan-akan tertunduk patuh pada pencipta-Nya tak ada di
antara mereka yang ingin menggoyangkan daunnya walau sehelai saja. Boleh jadi
mereka sementara bertasbih dengan Tuhan-Nya. Kulihat jam dinding telah
menunjukkan pukul 06.20 yang berwarna putih merek DELTA.
Sehabis
shalat subuh hingga detik ini. Suasana hatiku masih terbawa arus oleh kejadian
kemarin lalu tepat tanggal 12 Juni 2017. Sebuah momentum bagiku dalam
merefleksi sebuah pergerakan pelajar dimana Aku bagian yang ada di dalamnya. Pergerakan
Pelajar itu bernama IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah) adalah organisasi yang
bergerak di bidang dakwah khusus kalangan pelajar.
Baru
kali ini Aku mengadakan sebuah kegiatan yang membuat diriku pilu tak
berkesudahan dan tak tertahankan rasa di hatiku. Jika ini adalah sebuah ajang
unjuk gigi nyatanya pun tidak. Kegiatan ini direncanakan sekitar satu bulan
yang lalu telah diadakan sosialisasi ke sekolah-sekolah Muhammadiyah untuk ikut
meramaikan kegiatan tersebut. Undangan telah tersebar dimana-mana. Namun, pada
akhirnya kegiatan tersebut bagai apa ya Aku tak bisa membayangkan bagaimana
kejadian tersebut. Aku tidak bisa membuat sebuah perumpamaan yang cocok dalam
memberikan ilustrasi. Sebab memang Aku bukanlah orang yang mempunyai keahlian
itu semua.
Tak habis pikir harapan itu hampir sirna begitu
saja, rasa kecewa, sedih, gelisah, tangisan, berkecamuk dan menjadi satu. Tubuhku
ikut lemas dan lunglai apalagi memang tubuhku kecil semakin tambah kecil lagi. Pikiranku
tak terkendali, syaitan kayaknya langsung merasuki tubuhku dan berpikir yang
bukan-bukan. Tetapi ku berharap setitik cahaya itu masih ada dalam jiwaku
hingga akhirnya Aku masih bisa mengendalikan diriku. Sebab memang Aku juga
puasa sehingga ini menjadi penopang dalam mengontrol diri. Andaikan saja Aku
masih kecil apapun yang ada di depanku hancur lebur dan sebuah menjadi
berantakan. Hatiku terus meronta dan beringas ingin memukul meja, ingin
melempar kursi, ingin apalagi ya. Aku tak tahu lagi.
Naluriku pun muncul, air mata ini jatuh tertumpah Aku segera masuk di
PUSDAM duduk di kursi dan alhasil butiran-butiran mutiara di mataku ini tumpah melewati wajahku. Hanya Aku sendiri dan hanya mereka yang tahu keadaan yang menimpa
diriku. Tak banyak yang tahu berapa harga dan jiwa ini kuperjuangkan untuk
membangun organisasi ini. Aku tak bermaksud ingin di puji karena pujian itu
hanyalah kepada Allah. Aku hanya membutuhkan orang-orang yang mempunyai rasa
kecintaan kepada organisasi ini. Nyatanya toh hanya sebagian kecil saja yang
betul-betul berjuang di organisasi ini.
Hari itu mulai pagi hingga menjelang siang tak ada
batang hidung yang ingin mendaftar untuk ikut kegiatan tersebut. Aku konfirmasi
lewat telpon hasilnya nihil. Aku terus meminta petunjuk kepada salah satu
kakanda yang terus memberikan dukungan dalam kegiatan tersebut. Tetapi apalah
dayaku. Aku hanyalah manusia biasa yang tak sempurna. Semua kegiatan Aku
batalkan. Titik. Aku mulai menulis di HP-ku sebuah sms untuk memberitahukan
kepada semua orang bahwa kegiatan tersebut dibatalkan.
Jika hari ini MATAHARI telah memancarkan cahayanya ke
seantero bumi. Maka mereka yang berada dibawahnya akan diberikan kehangatan
CINTA. Dan Aku sangat berharap Aku masih diberi kehangatan CINTA oleh Tuhan
untuk berbuat sesuatu yang lebih baik. Aku tahu tak ada gading yang tak retak
seperti itulah diriku jua. Saat ini, kejadian kemarin masih basah diingatanku. Sebuah
fenomena yang tak kuharapkan terjadi tetapi nyatanya kejadian tersebut
betul-betul terjadi.
Aku sangat malu pada semua pihak terutama kader dari IPM
Gowa yang datang jauh-jauh hanya untuk mengikuti PKM TM II. Alhasil mereka
menemukan kekecewaan yang luar biasa walau mereka tak ungkapkan tetapi Aku tahu
mereka sangat kecewa dengan apa yang telah terjadi. Aku tak tahu lagi harus
berbuat apa dan bagaimana. Semua seakan-akan sirna sudah. Tak terbayangkan,
banyak yang bertanya, ada apa? Kenapa bisa terjadi?. Bibirku seakan keluh tak
bisa menjawab dengan jawaban yang pas bagi mereka. Aku hanya mencoba melakukan
yang bisa membuat mereka berhenti bertanya.
Jika Aku mengangkat sebuah tema yang menurutku cukup
menggugah orang yang membacanya. Maka bukan hanya gugahan yang Aku butuhkan
tetapi manifestasi dari tema tersebut. Ya, sebuah karya nyata untuk IPM
Jeneponto. Semua itu hanyalah omong kosong belaka. Katanya, ada yang mau ikut
tetapi sampai acara mau dimulai hingga Aku batalkan hanyalah dua orang yaitu
Sekretaris Umum dan Ketua Bidang Kader dalam hal ini Wahyu dan Niar.
Merekalah yang Aku harapkan bisa menjadikan mereka punya
nyali dalam berIPM. Apakah mereka punya nyali. Saya yakin dan percaya mereka
punya. Mengapa demikian? Buktinya mereka datang dan hadir sebagai peseta TM II.
Maafkan Aku Bu Niar kamu sangat kecewa dan hatimu meronta agar TM II diadakan. Sekali
lagi Aku mohon maaf. Semua ini diluar kemanpuanku sebagai ketua. Aku beberapa
personil saja yang bergerak, ada wahyu, hasrullah dan Aku sendiri. Mana bisa
berjalan maksimal jika hanya kami bertiga. Padahal banyak loh nama yang
terpampang di SK. Mereka semua hanyalah nama bukan aksi. Itu yang tidak Aku
inginkan sama sekali. Jika ada yang protes silahkan. Datang padaku. Tunjukkan batang
hidunmu di depanku Aku tak takut.
Oh tidak, kalian semua hanya omong kosong belaka. Aku
menulis dan berbicara ini dengan penuh murka yang teramat dalam. Aku hanya bisa
tuliskan lewat tulisan ini mudah-mudahan kalian semua membacanya. Atau siapa
saja. Aku tuliskan ini sebagai pesan untuk kalian yang masih punya jiwa IPM
dalam dada kalian. Sekarang ini Aku tak lagi membutuhkan omongan kalian yang
hanya punya konsep tetapi Aku beri nilai 0 (nol) besar. Aku sadar bahwa tulisan
ini hanyalah sebagai pelipur laraku.
Sekali lagi, tulisan ini mudah-mudahan kalian semua punya
militansi dan loyalitas dalam berIPM. Namun, semua itu hanyalah impian dan
mimpi yang semu seperti fatamorgana di ujung saja. Mana nyalimu berIPM.
Rasa terima kasihku pada Seorang sosok yang masih ingin IPM
Jeneponto bangkit dan Berjaya kusebut namanya Bang Lawa. Ya, beliau bernama
lengkap Muh. Syahrir Sarea. Aku tak bermaksud mengkultuskan namanya. Tetapi beliaulah
yang terus memberikan suppor bagaimana IPM Jeneponto Jaya. Betul sekali yang
dikatakan oleh Kakanda Syahrul “setiap kepemimpinan itu ada kemunduran dan
kejayaan dan mudah-mudahan ditanganmu kejayaan itu ada”. Aku berusaha terus
membuktikan kata-kata itu bahwa Aku bisa berbuat dan IPM Jeneponto jaya
kembali. Tetapi sampai kini. Semangat itu hampir sirna dan boleh jadi Aku ingin
rehat sejenak berpikir untuk berbuat atau tidak.
Semua harus tahu, bahwa boleh jadi tak lama lagi Aku akan
pergi meninggalkan Jeneponto dan ke daerah lain yang akan ditunjuk oleh PWM Sulsel
dan Pimpinan PUT Unismuh Makassar. Sampai detik ini hatiku masih kalut dan tak
tahu harus berbuat apa. Aku teringat semua pesan singkat “Ikuti kata hatimu”. Jika
demikian, Maka setelah ramadhan Aku hendak menghadap Pimpinan PUT Unismuh
Makassar untuk mencari tempat lain selain Jeneponto.
Semua harus tahu, bahwa Muhammadiyah di Jeneponto hanyalah
semua nama dan konsep yang tak pernah diaplikasikan, ruhnya telah hilang entah
kemana. Tetapi masih ada harapan dari Aisyiyah yang terus bergerilya dan terus
bergerak agar Muhammadiyah tetap ada.
Semua harus tahu, bahwa sampai detik ini PUSDAM masih dalam
perbaikan. Boleh jadi ini juga yang menjadi kendala di dalam setiap kegiatan. Tetapi
syukur Ketua PDM terus mengupayakan agar
PUSDAM dalam periodenya untuk merampungkan semuanya. Jika kita lihat masih tak
layak pakai. Untung masih ada ruang disampingnya yang sampai saat ini ditempati
rapat.
Sekali lagi, bahwa tulisan ini hanyalah untuk menjauhkan
rasa gelisah, malu, kecewa, sedih, dan lagi naluriku muncul kembali. Aku mengeluarkan
butiran mutiara-mutiara indah di pipiku sebagai rasa pelampiasan dari apa yang
Aku alami. Masih adakah yang peka dengan apa yang Aku lakukan hari ini. Semua harus
tahu. Semua itu Aku lakukan bukan untuk Aku, dirimu, dirinya. Tetapi MUHAMMADIYAH.
Akhirnya, tulisan ini jadi juga. Dan Aku berharap tulisan
ini akan abadi sepanjang zaman walau raga dan jiwaku telah terpisah. Aku ingin
merawat keabadian dengan zaman. Semua harus tahu inilah salah satu caraku
melepas keresahan di hatiku.
Satu lagi, Aku hampir lupa bahwa ternyata militansi kader
dalam gerakan baik di Muhammadiyah, Aisyiyah, Pemuda, Nasyiah, IMM, HW, Tapak
Suci dan khusus IPM masih kurang. Itu menjadi PR untuk kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar