Kata Mutiara

Tidak akan kembali hari-hari yang telah berlalu

Selasa, 27 Juni 2017

KECEWA, ITU BIASA


Sandi Ibnu Syam


            Hari ini langit begitu cerah tak satu pun terlihat tanda-tanda akan turunnya hujan, Matahari begitu sangat memikat dan bisa memukau siapa saja yang meneropongnya. Pancaran sinarnya dapat menembus kulit-kulit manusia akibat dari sengatan sinar dan pancarannya. Sungguh Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Pepohonan seakan ikut bergembira karena dapat melakukan fotosintesis untuk menambah kualitas makanannya. Ditambah binatang juga ikut bergembira sebab mereka dapat mencari makanan disana sini sebagai kelangsungan hidupnya. Tak jarang, merekapun bersorak kegirangan akan semua yang didapatkannya. Begitupun dengan makhluk lain yang istimewa dari kedua makhluk yang Aku sebutkan tadi. Yah, ia biasa disebut dengan sebutan “manusia” yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya tak ketinggalan tumbuhan dan binatang juga dapat beradaptasi dengan lingkungannya.
            Manusia yang mempunyai akal dan nafsu sebagai bentuk kesempurnaannya. Bahkan ada yang mengatakan karena ketidaksempurnaannya manusia itulah ia disebut sebagai makhluk yang sempurna. Tak pelak, ini yang mesti jadi perhatian bagi mereka yang disebut sebagai manusia. Tentu saja, manusia adalah sebagai wakil Tuhan di muka bumi atau sebagai seorang khalifah di muka bumi untuk mengatur segala urusan dan system yang ada dalam jagat raya ini dinamakan bumi. Tuhan menempatkan manusia untuk mendapatkan fasilitas dunia yang ada di muka bumi untuk dapat dikelola dengan baik dan benar sesuai apa yang telah dituntunkan Tuhan kepada makhluk hidup yang bernama manusia.
            Dengan akal manusia mampu melakukan apa saja yang bisa dilangsungkan di bumi ini dengan akal tersebut manusia mampu untuk berpikir dan memikirkan apa yang harus dilakukannya di bumi ini. Manusia dengan sebaik-baik bentuk ciptaan Tuhan ia dapat melakukan berbagai kreasi dan inovasi serta mempunyai motivasi yang ada dalam dirinya untuk bisa bertahan hidup salah satunya dengan mampu mengelola apa yang ada di muka bumi ini. Mudah-mudahan dengan segala potensi yang diberikan Tuhan padanya sebagai manifestasi dapat membuat suatu peradaban dan kebudayaan yang bisa mengantarkan menjadi manusia yang betul-betul mampu bertransformatif dengan segala fenomena-fenomena yang ada disekitarnya.
            Artinya apa, manusia tidak hanya sebagai makhluk individu tetapi ia juga makhluk social yang dapat melangsungkan hidup dengan bantuan sesama makhluk yakni “manusia”. Dengan bantuan dan pertolangan manusia lain dapat meringankan segala beban dan tanggungjawab yang diembannya. Dengan potensi akal yang diberikan padanya mampu berpikir bagaimana ia dapat menolong sesamanya tanpa memikirkan hal-hal lain hanya demi hidup bermasyarakat. Manusia mulai dari awal hidupnya sangat membutuhkan orang lain. Mengapa demikian? Karena manusia sekali makhluk yang sangat membutuhkan orang lain. Mereka harus hidup berkelompok antara satu dengan yang lainnya. Tak perlu basa – basi bagaimana ia harus berkelompok mereka mengikut dengan system yang telah disepakati bersama tanpa ada yang didiskrimatif. Oleh karena itu, kolektifitas itu sangat diperlukan dan juga kolegial dan partisipatisipan manusia lain agar apa yang dicita-citakannya menjadi sebuah realisasi dari apa yang telah dibuatnya.
            Hal ini hampir sama dengan apa yang ada dalam IPM. IPM adalah sebuah wadah, tempat, organisasi, yang di dalamnya telah diatur sedemikian rupa dengan segala aktivitas yang akan dilakukan. Tentu mengacu pada kaidah organisasi baik yang ada dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga maupun ketetapan-ketetapan lain yang sesuai dengan kaidah organisasi. Segala program yang ada dalam IPM harus terpenuhi dengan segala ketentuan yang berlaku dan bisa menjadi acuan serta evaluasi dari setiap rentetan kegiatan yang akan dilaksanakannya. Tak perlu terlalu muluk-muluk atau konsep yang sangat teratur tetapi bagaimana dari setiap konsep tersebut dapat terealisasi dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan. Lalu, kira-kira bagaimana dengan konsep yang telah dibangun bersama hingga akhirnya menjadi sebuah keniscayaan tanpa ada realisasi. Inilah yang menjadi pekerjaan rumah bagi mereka yang berada di dalamnya tentu dengan kembali memikirkan langkap apa yang selanjutnya harus dilakukan dan sesuai kembali dengan perencanaan.
            Jika ditarik ke IPM terkhusus kepada Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kabupaten Jeneponto masih sangat minim dan masih jauh dari apa yang diharapkan. Sekali lagi kepemimpinan di IPM Jeneponto masih sangat fluktuatif dan ini menjadi pekerjaan yang berat jika hanya beberapa orang saja atau bahkan jika hanya satu orang yang harus mengerjakan segala pekerjaan tanpa melibatkan orang yang ada disekitarnya. Idealnya, setiap bidang mempunyai amanah dan tanggungjawab masing-masing tetapi sampai saat ini. hanya sepersekian yang mau betul-betul menghidupkan IPM yang ada di Jeneponto. Meski tidak bisa dipungkiri bahwa hampir setiap personil yang ada di IPM Jeneponto mempunyai kesibukan masing-masing. Baik kesibukan dari orang tua, guru atau siapa saja bahkan tak jarang karena urusan pribadi masing-masing. Tetapi apakah tidak ada waktu sejenak untuk memikirkan apa yang harus dilakukan dalam Ikatan tercinta. Jika IPM memang tak mampu membahagiakan diri masing-masing. Tetapi, jika dipikir-pikir IPM mampu mengantarkan semua yang di dalamnya menjadi orang-orang hebat yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Hanya bagi mereka yang mau betul-betul ingin berjuang di IPM. Tidak sedikit dari mereka yang pernah berkecimpung di IPM menjadi orator ulung, PNS, Anggota DPR, Guru, Insyinyur, Polisi, Tentara, Dokter, Professor, Dosen, Peneliti dan lain-lain sebagainya. Mereka semua dapat membuktikan dengan segala apa yang diperoleh lewat IPM. Tetapi, tak bisa dipungkiri juga banyak yang masuk di IPM hanya sebatas anggota biasa tak melakukan apa-apa untuk IPM. Bahkan seperti pakaian jika telah pudar tak dipakainya lagi. padahal mereka telah dibekali bagaimana mereka mampu mengetahui hal-hal yang belum diketahuinya.
            IPM Jeneponto sebenarnya telah banyak melahirkan pemimpin-pemimpin tetapi satu hal yang tidak bisa dipungkiri mereka belum maksimal dalam managemen dalam kepemimpinan sehingga inilah salah satu pemicu IPM Jeneponto hanya mampu terus melahirkan kader-kader tetapi dalam hal kepemimpinan masih sangat jauh dari harapan. Dari sekian harapan-harapan yang telah ditanamkan akhirnya sedikit demi sedikit timbul rasa kekecewaan yang sangat luar biasa. Tak pelak, termasuk diriku seringkali menemukan kekkecewaan yang sangat dahsyat yang akhirnya banyak mutiara-mutiara yang dihasilkan bukan yang ada di dasa lautan tetapi berasal dari dua bola mataku. Tak bisa Aku tepiskan jika hanya Aku sendiri yang terus mengalaminya. Aku terus mencoba menepisnya dengan melakukan yang Aku anggap bisa memicu lagi semangat hidup dalam ber-IPM salah satunya adalah dengan menuliskan rasa kekecewaan itu dalam bentuk tulisan agar ia menjadi pengobat rindu dikala dirundung pilu dan kecewa sebab hati yang tersakiti oleh hati yang lain, bukan karena putus cinta oleh seorang perempuan.
            Aku sering berpikir betapa sulitnya amanah yang kupikul ini jika hanya seorang diri. Pernah terpikirkan olehku untuk lari dari amanah ini guna menenangkan jiwa dan hati dari kegundahan-kegundahan yang menghampiri. Biarlah orang mengatakan Aku BAPER (Bawa Perasaan) atau apalah namanya. Aku hanya ingin berbagi kekecewaan yang Aku alami ini kepada mereka yang peka terhadap mereka yang menjadi tanggungjawabnya. Mereka harusnya tahu bahwa organsasi ini bukan abal-abal atau sebuah permainan senda gurau. Tulisan sebelumnya Aku menulis dengan judul “Mana Nyalimu Ber-IPM”, sebagai bentuk kekecewaan yang sangat mendalam tetapi sampai kini. Mereka hanya berkicau seperti mengungkapkan konsep yang tanpa makna apa-apa. Bukan berarti apa yang Aku lakukan telah sempurna tetapi dari sinilah semua mengambil pelajaran bahwa semestinya diakukan dengan kolektifitas bukan dengan seorang atau beberapa orang saja yang mau berbuat IPM.
            Aku harus menahan derasnya kekecewaan ini, dengan terus berlapang dada karena setiap kesulitan yang Aku alami ini aka nada hikmahnya jika harus Aku tanggung sendiri kekecewaan ini biarlah menjadi penghias dalam kehidupanku dan semoga itu menjadi cerita indah nantinya. Meski tidak tahu kapan harapan yang diidam-idamkan itu tercapai. Jika harus dengan merangkak berlari Aku akan terus mengejar mimpi-mimpi yang selama ini Aku bangun tahap demi tahap. Meski Aku harus kembali menemukan titik kekecewaan nantinya. Aku akan membiarkan kekecewaan-kekecewaan itu tumbuh menjadi sebatang pohon yang lebat daunnnya dan buahnya hingga akhirnya Aku memetik secerca harapan walau tinggal setitik saja. Aku akan terus mencoba mengambil ibrah dari setiap rentata kejadian yang Aku alami. Sekali lagi, jika Aku tanggung sendiri biarlah itu menjadi kenangan yang nantinya bisa menjadi pemantik akan kelangsungan IPM Jeneponto ke depan.
            Aku juga pernah terpikirkan setelah mengadakan Pelatihan Kader Muda Taruna Melati II yang akan dilaksanakan di SMK Muhammadiyah Jeneponto pada 3 – 8 Juli mendatang. Aku ingin rehat sejenak di IPM lalu focus memikirkan yang lain. Apalagi Skripsi belum rampung untuk kuperbaiki ditambah amanah dari sekolah dan orang tuaku serta rasanya ingin betul-betul memenuhi panggilan dari Pimpinan PUT Unismuh Makassar untuk ke daerah lain selain di Jeneponto. Jika demikian halnya Aku akan mencoba untuk memenuhi apa yang diharapkan oleh Pimpinan PUT Unismuh Makassar. Bukan hal yang tak mungkin Aku ini memang salah satu anak panah Muhammadiyah Sulsel lewat PUT Unismuh untuk ditempatkan dimana saja bahkan termasuk di Pulau Jawa, Kalimantan, Papua , Sumatra bahkan termasuk Sulawesi sendiri yang terbagi-bagi dalam setap provinsi. Semua harus tahu bahwa Aku hanya mengulur-ulur waktu untuk tidak ke daerah lain bukan karena alas an yang tidak penting dan mendesak tetapi Aku mengulur-ulur waktu untuk bagaimana Muhammadiyah di Jeneponto termasuk IPM. Namun, nyatanya hampir saja tak ada kegiatan sama sekali yang dilakukan oleh Muhammadiyah. Bukan maksud untuk protes atau apalah namanya. Semua itu nyata di depan mata. Walau semua harus sedikit lega karena PUSDAM (Pusat Dakwah Muhammadiyah) sedikit demi sedikit ada perubahan tetapi itupun belum signifikan dan masimal. Oleh karena itu, Muhammadiyah masih berkutat pada yang klasik, seperti kurangnya pertemuan atau pengajian yang dilakukan itu masih sangat jauh dari harapan yang dibutuhkan. Boleh jadi, karena kesibukan masing-masing yang seluruh anggota Muhammadiyah PNS sehingga untuk bertatap muka dalam sepekan saja susah apalagi dalam dua pecan atau bahkan sebulan sekali. Itupun masih sangat susah dilakukan. Sekali lagi, bukan maksud untuk apa dan bagaimana. Penguatan internal sampai saat ini jarang untuk dilakukan dan membutuhkan waktu yang khusus untuk dilakukan walau harus itu saja masih sangat susah dilaksanakan.
            Menunggu itu pekerjaan yang sangat mudah dilakukan namun sangat membosankan jika harus terus menunggu datangnya orang-orang yang diharapkan kedatangannya. Sampai saat ini Aku terus menunggu hingga tulisan ini terus mengalir bagaimana mata air yang keluar dari sarangnya. Masih saja hasilnya nihil, tidak ada yang datang. Aku telah mencoba menelpon tapi hanya sebagian kecil itupun mereka masih sibuk dengan urusannya masing-masing. Ada juga yang ditelpon tidak di angkat-angkat. Aku berpikir positif saja. Barangkali mereka ada kesibukan atau tidak berada di dekat HP-nya saat Aku telpon. Mudah-mudahan bukan ingin menghindar dariku saat telponku menyapanya. mudah-mudahan tidak, harapku. Terkadang punggungku sakit saat menuliskan kata demi kata bait demi bait. Aku sesekali istirahat menulis untuk merefresh badanku yang mulai pegal-pegal akibat terlalu banyak menunggu dan memang karena telah lama menulis. Yah, lewat tulisan kuungkapkan rasa kekecewaan ini. Lidahku terlalu keluh untuk berucap. Apalagi memang Aku tak cakap dalam beretorika dan mengungkpakan isi hati ini lewat lisanku. Sekali lagi, Aku terlalu kaku untuk berucap dengan kata-kata yang pas dan sesuai dengan apa yang Aku harapkan. Aku tak ingin membuang-buang energiku dengan terus berucap mendingan lewat tulisan saja. Agar mereka dapat membaca kapan dan dimanapun mereka berada. JIka lewat ucapan lisan mereka gampang untuk melupakannya. Namun jika lewat tulisan mereka dapat menyimpannya dan sewaktu-watu dapat membacanya kembali. Walau Aku tahu pelajar IPM di Jeneponto masih kurang yang berminat dalam hal tulis-menulis. Boro-boro mau baca melirik saja susah sekali. Boleh jadi benar kata orang bahwa rata-rata orang Indonesia Cuma melirik judul tulisannya saja, Kemudian sesaat, jauh dari pandangannya. Nasib ya nasib mengapa begini. Alamak, Mengapa Aku menyanyi. Tidak apa-apalah itu hanya sebagai pelipur lara dari rasa kekecewaanku. Katanya sih dengan mendengar lagu stress bisa hilang. Mendengar saja lagu stress bisa hilang apalagi dengan mendengarkan Murattal dan paling bagusnya lagi kita semua yang mengja dengan cara murattal untuk menenangkan jiwa yang tersakiti agar kita lebih dekat dengan Tuhan yang menciptkan kita semua.
            Sampai saat ini, Aku butuh petunjuk dari Kakanda-kakanda atau sesepuh IPM bagaimana membangkitkan gairah keber-IPMan mereka yang telah menjadi anggota IPM untuk mau berjuang di IPM. Sampai kini Aku ingin memaparkan analisis SWOT IPM dengan para personil PD IPM Jeneponto, naun itu semua jauh panggang dari api. Itu semua hanyalah angan atau impian yang seakan-akan membayangiku setiap hari. Cui, seperti saja orang jatuh cinta memikirkan si doinya. Jika dipikir-pikir IPM ini seperti halnya kekasih. Jika demiian, Aku ingin menjadikan IPM sebagai kekasih hatiku dan akan menjadi pujangga dalam setiap bait cintaku. Tidak apa-apalah daripada memikirkan anak orang lain yang belum tentu jodohku. Lebih baik untuk sementara waktu bahkan hingga akhir hayatku biarlah IPM selalu menjadi kekasihku yang sangat butuh perhatian dan kasih saying yang lebih. Itu Cuma bagi mereka yang mau berjuang di IPM. Tabe, bukan maksud riya’ tetapi itu hanya sebatas untuk bagaimana IPM ini menjadi organisasi pelajar garda terdepan di Kabupaten Jeneponto. Dan itu butuh pengorbanan yang tidak sedikit baik, tenaga, materi,pikiran bahkan jiwa yang akan dipertaruhkan untuk bagaimana IPM di Jeneponto bisa mencapai kejayaannya.
            Akhirnya, sedikit demi sedikit rasa kekecewaan itu menghilang lewat tulisan ini, juga kegelisahan yang menghampiri seakan telah menjauh dari diriku boleh jadi ia pergi karena Aku bisa mengalahkannya. Kiranya tulisan ini mudah-mudahan menjadi renungan kembali bagi setiap kader IPM Jeneponto untuk dapat terus merefleksi dari setiap rentetan kegiatan yang aan dilaksanakan walau sampai saat ini IPM Jeneponto belum melaksanakan raker. Tetapi sekali, mari terus ber-IPM agar IPM tetap jaya di tangan para pejuang sejati. Di tempat ini (baca:PUSDAM) akan menjadi saksi bisu dikala Aku menunggu kalian semua para pejuang sejati IPM. Hari ini, Selasa, 27 Juni 2017. Tempat Aku menunggu kedatangan kalian sobatku. Kecewa bagiku itu sudah biasa. Mari Bermuhasabah
           
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar