Kata Mutiara

Tidak akan kembali hari-hari yang telah berlalu

Selasa, 27 Juni 2017

SISTEM POLITIK ISLAM ALA AMIEN RAIS


Sandi Ibnu Syam

Mengenai system politik Islam dalam bukunya yang berjudul Pemerintahan Islam dan Islam dan Pembaruan. Menurutnya, Islam tidak pernah menentukan bentuk Negara yang harus dibangun oleh kaum muslimin. Bagi Islam, yang lebih penting adalah substansi atau isi. Menurutnya, bisa saja suatu Negara berbentuk demokratik, tetapi bersubstansi ototriter atau bahkan totaliter. Tambahnya lagi, tidak ditemukannya suatu perintah untuk mendirikan Negara Islam baik dalam Al-Qur’an maupun dalam hadits, justru mendukung segi keabadian wahyu Allah swt. jika missal ada perintah seperti itu dalam Al-Qur’an tentu Al-Qur’an atau hadits akan memberikan tuntunan terperinci tentang struktur dari institusi-institusi Negara yang dimaksudkan, misalnya tentang system perwakilan rakyat, system pemilihan umum, hubungan antara badan-badan legislative, eksekutif, dan yudikatif, dan sebagainya.
Bila demikian halnya, pasti perturan-peraturan yang terperinci itu tidak akan tahan zaman dan pasti pula tidak akan serasi dengan dinamika sejarah yang terus mengalami perubahan dan pertumbuhan sesuai dengan sunnatullah. Dalam kaitan antara Islam dan Negara Pancasila, ia menjelaskan Islam tidak bertentangan dengan Negara Pancasila selama Pancasila itu dimengerti secara wajar dan benar karena tidak ada satupun dari nilai-nilai Pancasila yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Tentang Islam dan sekularisme, dengan tegas dikatakannya bahwa keduanya merupakan hal yang antagonistis. Islam bangkit dari iman kepada Allah swt, sementara sekularisme berangkat dari sikap tidak peduli kepada iman dan Tuhan. Lebih lanjut Amien Rais mengatakan Islam tidak memberikan tempat bagi sekularisme karena Islam tidak mengenal dikotomi antara kehidupan dunia dan akhirat, serta antara yang protan dan sacral, atau antara yang imanensial dan transendial. Islam juga tidak mengenal doktrin “Berikan kepada Kaisar apa yang menjadi haknya dan berikan kepada Gereja apa yang menjadi haknya” yang merupakan benih timbulnya sekularisme. Bahkan, ia sampai kepada kesimpulan bahwa sekularisasi dan sekularisme bukanlah pilihan yang tepat buat negara-negara  non Barat, setidak-tidaknya dunia Islam.
Selanjutnya menanggapi isu tentang fundamentalisme Islam yang akhir-akhir ini banyak dikaitkan dengan aksi terorisme, Amien Rais menjelaskan bahwa istilah fundamentalisme Islam adalah istilah yang keliru dan sangat tidak tepat ditujukan kepada Islam. Menurutnya, kata fundamentalisme awalnya muncul dalam konteks sejarah Barat-Kristen dengan makna khusus, yaitu suatu gerkan yang memberikan interpretasi skripturalis atau literalis pada kitab Injil dank arena itu kelompok-kelompok fundamentalis mengambil posisi religious-politik yang dianggap redaksioner dan tidak realistis. Oleh karena itu, menamakan gerakan-gerakan Islam yang mendambakan kebangunan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits dengan metode tajdid sebagai fundamentalisme Islam yang merupakan suatu kekeliruan besar, berhubung gerakan-gerakan kebangkitan Islam sangat berbeda dengan fundamentalisme Kristen dalam menghadapi modernitas.
Pada umumnya gerakan kebangkitan Islam selalu berorientasi ke depan, sadar terhadap masalah-masalah yang muncul dalam konteks modernitas dan memahami sepenuhnya tantangan-tantangan akibat kemajuan ilmu dan teknologi. Adapun perujukannya. Pada Al-Qur’an dan Hadits disertai dengan interpretasi yang kratif dan inovatif sehingga tidak pernah bersifat literalis skripturalis (harfiah). Walaupun demikian, Amin Rais juga mengakui tidak semua gerakan kebangkitan Islam bersifat future-oriented seperti yang disebutkan. Ada juga yang bersifat konservatif dan hanya memegangi pendapat satu mazhab fikih dan tidak bersedia meletakkan Islam dalam perspektif yang cukup luas yang justru bertentangan dengan hakikat ajaran Islam itu sendiri.
Sumber Tulisan : Ensiklopedi Islam, cetakan 1 hal. 31-32. Penerbit PT Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta. 2003.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar