![]() |
Sandi Ibnu Syam |
Kalian
harus punya cita-cita.
Hanya
orang yang punya cita-citalah yang benar-benar hidup.
Jikia
kalian kehilangan harta benda, kalian semata-mata kehilangan hal kecil.
Jika
kalaian kehilangan pendukung, kalian telah kehilangan hal besar.
Jika
kalian kehilangan harapan, maka kalian kehilangan segalanya.
(Ouluun, Sang Penakluk Gengis Khan: 166)
Kiranya
kalimat di atas memberikan kepada kita sebuah inspirasi dalam melakukan hal-hal
besar dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, mudah-mudahan menjadi orang
yang senantiasa tak kenal lelah dalam memperjuangkan Islam melalui ikatan
tercinta kita. Meski kita tahu itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
Namun, dengan keyakinan kita kepada sang Khaliq semua pasti bisa terjadi.
Muhammadiyah
sebagai gerakan amar makruf nahi mungkar dan sebagai organisasi
tajdid(pembaruan). Tentulah mempunyai sebuah ideolgi yang dijunjung tinggi.
Salah satu alasan yang pasti bahwa semua yang berada di dalamnya mempunyai
gairah dalam berorganisasi. Salah satunya adalah mereka berada dalam Ikatan
Pelajar Muhammadiyah sebagai seorang kader dan sebagai pelopor, pelangsung dan
penyempurna pergerakan Muhammadiyah.
Seorang
fasilitator mempunyai peran dan fungsi yang sangat vital dalam mengawal
organisasi kepelajaran terutama di Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Peran yang bisa
diambil oleh seorang fasilitator adalah menjadi seorang sahabat dan menjadi
tempat untuk berbagi pengalaman dengan orang yang akan menjadi dampingannya(baca:peserta).
Sebuah perkaderan di Ikatan Pelajar Muhammadiyah keberhasilannya dapat dilihat
sejauh mana pola pengaturan dan need assessment dari sebuah perkaderan baik
dari peserta, pimpinan setempat, kepala Madrasah/Sekolah, atau pihak yang
terlibat di dalamnya.
Menjadi
seorang fasilitator bukanlah hal yang mudah. Mengapa demikian? Seorang
fasilitator mempunyai tugas dan tanggungjawab yang berat dalam menyukseskan
pengelolaan sebuah perkaderan baik PKD TM I, PKM TM II dan PKP TM III. Seorang
fasilitator harus terus diberikan bimbingan bagaimana mengelola perkaderan.
Bukan hanya sebagai pengelola perkaderan tetapi juga mampu mengevaluasi dari
dari setiap kegiatan yang dilakukannya.
Tak
muluk-muluk tugas dan tanggungjawab seorang fasilitator adalah bagaimana mereka
mampu membumikan ideology Muhammadiyah dan Ikatan Pelajar Muhammdiyah kepada
setiap calon peserta yang akan baru masuk di Muhammadiyah melalui Ikatan
Pelajar Muhammadiyah terutama bagi pelajar yang berusia 12 – 24 tahun sesuai
dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Seorang
fasilitator harus cakap dalam berinteraksi dengan peserta baik melalui
komunikasi efektif, humanis, partisipatif dan bagaimana fasilitator tahu tentang
psikologis seorang peserta dan lain-lain sebagainya.
Seorang
fasilitator dalam mengelola perkaderan diharuskan terlibat langsung bagaimana
pra, proses dan pasca PKD TM I, PKM TM II, dan PKP TM III agar dapat mencapai
tujuan yang dinginkan. Bahkan sampai kepada hal-hal teknis dalam pengelolaan
kegiatan diharuskan mereka tahu agar tidak ada tumpang tindih di sana-sini. Hal
inilah yang akan memacu bagaimana penanama ideology Muhammadiyah dan Ikatan
Pelajar Muhammadiyah akan dicapai semaksimal mungkin.
Ada
satu hal yang mesti kita tahu bersama bahwa fasilitator juga manusia yang dalam
perencanaan terkadang ada yang tidak sesuai dengan harapan tetapi bagaimana itu
mampu dilakukan dengan harapan sedikit banyaknya itu ada yang bisa dicapai
dalam setiap kegiatan yang akan direncanakannya. Memang tidak sedikit juga
fasilitator dalam mengelola sebuah perkaderan, peserta banyak yang lepas begitu
saja karena tidak dilakukan pendampingan secara berkelanjutan. Sehingga ini
menjadi fenomena yang sangat klasikal. Boleh jadi karena kesibukan masing-masing
baik fasilitator dan juga bagi kader yang telah sah menjadi kader Ikatan.
Semua
itu harus dicari solusinya salah satunya dengan menggunakan analisis SWOT
(Strong, Weakness, Oppurtunis, Threat). Kekuatan, kelemahan, peluang dan
tantangan dalam setiap kader yang telah melalui proses perkaderan di Ikatan
Pelajar Muhammadiyah. Banyak contoh kasus disetiap jenjang kekaderan yang
fluktuatif sehingga ini berpengaruh kepada yang lainnya sebab saling berkaitan.
Untuk itulah seorang fasilitator diusahakan menjadi orang yang betul-betul
mampu menjadi tugas dan tanggungjawab yang diembannya.
Terakhir,
tulisan ini mudah-mudahan menjadi refleksi bagi kita semua sebagai seorang
fasilitator dan tentu semua itu butuh perjuangan dalam melakukan pengelolaan di
setiap jenjang perkaderan bagaimana membumikan ideology Muhammadiyah terkhusus
ideology yang dalam Ikatan Pelajar Muhammadiyah sebagai ruh pergerakan pelajar
Muhammadiyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar