![]() |
Sandi Ibnu Syam |
pertumbuhan bangsa mirip pohon,
ada saatnya
daun-daun tua menguning
berguguran, diganti
dahan dan daun
muda yang segar dan produktif
Setiap
zaman ada tokohnya dan setiap tokoh ada zamannya, demikian menurut Kacung
Darmo. Negeri senantiasa menantikan datangnya generasi – generasi baru yang
siap menggantikan kaum tua. Bila kaum tua telah mongering dan tidak produktif
lagi, biarkan kaum muda yang akan menjadi penerusnya. seperti daun-daun kering
yang berguguran karena diterpa angin dan tanggal dari ranting. Oleh karena itu,
akan muncul daun-daun segar untuk melanjutkan keagungan pohon Negara.
Meski
demikian, apa yang dilakukan daun tua tidaklah sia-sia. Sebelum kemudian pergi
terhanyut atau dibawa angin, biasanya daun kering yang jatuh di bawah pohon
sesungguhnya sedang berproses agar tanah di bawah pohon senantiasa lembab dan
semain sebur. satu perjuangan yang tidak pernah kenal mati[1].
Bila
kita tarik kepada sebuah gerakan yang bernama IPM yang mempuyai kepanjangan
dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah tentu sangat cocok dicermati terkhusus di
Kabupaten Jeneponto. Seiring berjalannya waktu IPM yang ada di Jeneponto sering
mengalami fluktuatif dalam setiap kepemimpinan yang di tubuh Ikatan Pelajar
Muhammadiyah. Sejalan dengan itu, salah satu pengurus Pemuda Muhammadiyah
Kabupaten Jeneponto melontarkan sebuah pernyataan yang membuat hati terhenyak.
Mengapa demikian? boleh jadi beliau tahu betul bagaimana perjalananan
Muhammadiyah di Kabupaten Jeneponto. beliau adalah Muh. Syahrir Sarea yang
sementara ini diberi amanah sebagai bendahara umum di Pemuda Muhammadiyah
Kabupaten Jeneponto periode 2013 – 2018.
Bukan
krisis pemimpin tetapi krisis kepemimpinan. Itulah pernyataan beliau dengan
melihat realitas yang ada. Bukan rahasia umum lagi, sebab hampir setiap daerah
lain tahu bagaimana ruh kepemimpinan di Kabupaten Jeneponto masih sangat minim
bahkan jika harus saya nyatakan Muhammadiyah terkhusus kepada ortomnya IPM
miskin kepemimpinan sehingga militansi dan loyalitas dalam ber-Muhammadiyah
masih sangat minim dan boleh dikatakan masih perlu pembenahan dalam setiap
jenjang perkaderannya. Hal yang masih sangat kurang dilakukan adalah kurangnya
membangkitkan ruh Muhammadiyah terutama dalam melakukan rekonstruksi di bidang
tabligh. padahal jika Muhammadiyah ingin luas dalam jangkauannya bukan hanya
berpatokan satu wacana saja tetapi semua harus menjadi penting dan mendesak
guna mencapai realisasi dari apa yang memang menjadi harapan bersama.
Jika
kita semua mau mengakui IPM sampai kini masih sangat rapuh dan sangat rentan
akan kepemimpinannya. Mengapa demikian? ini dapat kita lihat IPM dari periode
ke periode sangat fluktuatif. Itulah mengapa saat kami melakukan pelantikan
pada bulan Juni 2016 lalu, kami mengambil sebuah tema yaitu “Rekonstruksi Kepemimpinan Ikatan Pelajar
Muhammadiyah Kabupaten Jeneponto,” dengan harapan bahwa IPM Jeneponto bisa
bangkit dari keterpurukan akibat dari kurangnya krisis kepemimpinan. sebenarnya
bukan karena kurang pemimpin dalam tubuh IPM tetapi apakah ada yang ingin dan
mau betul-betul berjuang di IPM. banyak memang kadernya dan tak bisa lagi dihitung
tetapi itu hanya sebatas menggugurkan kewajiban.
IPM
saat ini membutuhkan sebuah peneguhan ideology IPM sebagai gerakan pengaderan.
Jika Karl Marx mengatakan ideology sebagai konsep dasar kesetaraan maka ada
satu manifestasi besar terhadap pemaknaan manusia terhadap aplikasi ideology
yakni mampu menjadi pijakan nilai dalam mewujudkan cita-citanya. IPM sebagai
ujung tombak perkaderan Muhammadiyah dalam melakukan penguatan ideology dan
nilai – nilai kemuhammadiyahan harus bisa berfungsi sebagai operasional. IPM
menyadari pertarungan ideology cukup keras di tengah berbagai interest baik secara politik maupun
social budaya. internalisasi nilai-nilai ideology Muhammadiyah inilah jika
harus Muhammadiyah melakukan peneguhan terhadap ideology gerakan bagi seluruh
warga dan organisasi otonomnya, maka bukan berarti sedang membangun kertutupan
dan berhadapan dengan pihak lain, lebih-lebih secara konfrontatitif. Tetapi,
yang sesungguhnya terjadi ialah Muhammadiyah sedang menata dan mengurus
rumahtangganya agar kokoh dan tidak terganggu oleh arus zaman sekalipunhal[2].
Dalam
Muktamar IPM ke-18 di Palembang mencanangkan Gerakan Kritis Transformatif yang
menjadi sebuah paradigama gerakan IPM. Tim materi yang sudah disusun, dengan
mengambil tema “Menumbuhkan Kesadaran
Kritis, Mendorong Aksi Kreatif, Untuk Pelajar Indonesia yang Berkarakter”. IPM
melakukan upaya perumusan kembali terhadap corak perjuangan yang telah
dilakukan oleh pendahulu – pendahulu IPM. Pada Muktamar ini, IPM tidak akan
melahirkan gagasan baru seputar paradigm gerakan tetapi akan melakukan proses
kombinasi terhadap apa yang telah dimiliki IPM yaitu menumbuhkan karakter
pribadi kader tertib beribadah, tertib organisasi dan tertib belajar yang
ditunjukkan dalam pribadi aktivis IPM yang bertakwa dan berprestasi[3].
Menurut
Prof. Dr. Din Syamsuddin, pelajar sebagai sebuah entitas yang memiliki energy
besar, harapan bangsa dan masyarakat, ditantang untuk mampu menghadapi dinamika
dan kemajuan yang demikian pesat itu. Karena itu, sebagau sebuah ormas pelajar,
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) harus menjadikan globalisasi dan dinamika
tersebut sebagai peluang untuk terus meningkatkan kualitas diri maupun organisasi,
sehingga dapat memberikan hasil maupun karya terbaik bagi persyarikatan maupun
bangsa dan Negara[4].
Sedangkan
menurut Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, S.U, peradaban manusia terus bergerak,
berubah dan berkembang semakin cepat sebagai kekuatan spiritual sejarah adalah
wujud dari kehendak robbul jalal. Sejarah adalah kisah keberhasilan, kemajuan,
dan kegagalan manusia meniti perubahan peradaban dalam usaha memenuhi hajat
hidupnya. sebagian manusia dan bangsa – bangsa bisa menikmati kemajuan dan
perubahan peradaban yang lain menderita akibat gagal meniti perubahan peradaban
itu[5].
Demikian
kiranya IPM Jeneponto mampu melukan peradaban dan krreatifitas dalam upaya
optimalisasi daya kreatif pelajar dalam berkarya nyata menuju generasi
berkemajuan. tentu ini membutuhkan tenaga , pikiran dan aksi yang dapat
mendukung semua komponen yang adalah dalam structural dan bukan hanya sebatas
konsep dan wacana belaka tetapi sekali lagi semua itu membutuhkan karya nyata
bagaimana IPM Jeneponto membumikan ideology IPM dan IPM tidak lagi fluktuatif
dalam setiap kepemimpinannya dan inilah yang sementara digalakkan.
[1]
Komaruddin Hidayat, Ungkapan Hikmah membuka mata menangkap makna, hal. 277.
2013
[2]
Aktivis IPM, Indonesia Maju dan Bermartabat, Grasindo. hal. 103 – 104. 2012.
[3]
Ibid, Indonesia Maju dan Bermartabat, hal. 23 – 24.
[4]
Ibid, Indonesia Maju dan Bermartabat, hal. 12.
[5] Abdul
Munir Mulkhan, Boeah FIkiran Kijai H.A.Dachlan. Global Based & STIEAD
Press. hal. 69. 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar