Kata Mutiara

Tidak akan kembali hari-hari yang telah berlalu

Selasa, 27 Juni 2017

KETIKA DAUN KERING BERGUGURAN


Sandi Ibnu Syam


pertumbuhan bangsa mirip pohon, ada saatnya
daun-daun tua menguning berguguran, diganti
dahan dan daun muda yang segar dan produktif
            Setiap zaman ada tokohnya dan setiap tokoh ada zamannya, demikian menurut Kacung Darmo. Negeri senantiasa menantikan datangnya generasi – generasi baru yang siap menggantikan kaum tua. Bila kaum tua telah mongering dan tidak produktif lagi, biarkan kaum muda yang akan menjadi penerusnya. seperti daun-daun kering yang berguguran karena diterpa angin dan tanggal dari ranting. Oleh karena itu, akan muncul daun-daun segar untuk melanjutkan keagungan pohon Negara.
            Meski demikian, apa yang dilakukan daun tua tidaklah sia-sia. Sebelum kemudian pergi terhanyut atau dibawa angin, biasanya daun kering yang jatuh di bawah pohon sesungguhnya sedang berproses agar tanah di bawah pohon senantiasa lembab dan semain sebur. satu perjuangan yang tidak pernah kenal mati[1].
            Bila kita tarik kepada sebuah gerakan yang bernama IPM yang mempuyai kepanjangan dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah tentu sangat cocok dicermati terkhusus di Kabupaten Jeneponto. Seiring berjalannya waktu IPM yang ada di Jeneponto sering mengalami fluktuatif dalam setiap kepemimpinan yang di tubuh Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Sejalan dengan itu, salah satu pengurus Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Jeneponto melontarkan sebuah pernyataan yang membuat hati terhenyak. Mengapa demikian? boleh jadi beliau tahu betul bagaimana perjalananan Muhammadiyah di Kabupaten Jeneponto. beliau adalah Muh. Syahrir Sarea yang sementara ini diberi amanah sebagai bendahara umum di Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Jeneponto periode 2013 – 2018.
            Bukan krisis pemimpin tetapi krisis kepemimpinan. Itulah pernyataan beliau dengan melihat realitas yang ada. Bukan rahasia umum lagi, sebab hampir setiap daerah lain tahu bagaimana ruh kepemimpinan di Kabupaten Jeneponto masih sangat minim bahkan jika harus saya nyatakan Muhammadiyah terkhusus kepada ortomnya IPM miskin kepemimpinan sehingga militansi dan loyalitas dalam ber-Muhammadiyah masih sangat minim dan boleh dikatakan masih perlu pembenahan dalam setiap jenjang perkaderannya. Hal yang masih sangat kurang dilakukan adalah kurangnya membangkitkan ruh Muhammadiyah terutama dalam melakukan rekonstruksi di bidang tabligh. padahal jika Muhammadiyah ingin luas dalam jangkauannya bukan hanya berpatokan satu wacana saja tetapi semua harus menjadi penting dan mendesak guna mencapai realisasi dari apa yang memang menjadi harapan bersama.
            Jika kita semua mau mengakui IPM sampai kini masih sangat rapuh dan sangat rentan akan kepemimpinannya. Mengapa demikian? ini dapat kita lihat IPM dari periode ke periode sangat fluktuatif. Itulah mengapa saat kami melakukan pelantikan pada bulan Juni 2016 lalu, kami mengambil sebuah tema yaitu “Rekonstruksi Kepemimpinan Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kabupaten Jeneponto,” dengan harapan bahwa IPM Jeneponto bisa bangkit dari keterpurukan akibat dari kurangnya krisis kepemimpinan. sebenarnya bukan karena kurang pemimpin dalam tubuh IPM tetapi apakah ada yang ingin dan mau betul-betul berjuang di IPM. banyak memang kadernya dan tak bisa lagi dihitung tetapi itu hanya sebatas menggugurkan kewajiban.
            IPM saat ini membutuhkan sebuah peneguhan ideology IPM sebagai gerakan pengaderan. Jika Karl Marx mengatakan ideology sebagai konsep dasar kesetaraan maka ada satu manifestasi besar terhadap pemaknaan manusia terhadap aplikasi ideology yakni mampu menjadi pijakan nilai dalam mewujudkan cita-citanya. IPM sebagai ujung tombak perkaderan Muhammadiyah dalam melakukan penguatan ideology dan nilai – nilai kemuhammadiyahan harus bisa berfungsi sebagai operasional. IPM menyadari pertarungan ideology cukup keras di tengah berbagai interest baik secara politik maupun social budaya. internalisasi nilai-nilai ideology Muhammadiyah inilah jika harus Muhammadiyah melakukan peneguhan terhadap ideology gerakan bagi seluruh warga dan organisasi otonomnya, maka bukan berarti sedang membangun kertutupan dan berhadapan dengan pihak lain, lebih-lebih secara konfrontatitif. Tetapi, yang sesungguhnya terjadi ialah Muhammadiyah sedang menata dan mengurus rumahtangganya agar kokoh dan tidak terganggu oleh arus zaman sekalipunhal[2].
            Dalam Muktamar IPM ke-18 di Palembang mencanangkan Gerakan Kritis Transformatif yang menjadi sebuah paradigama gerakan IPM. Tim materi yang sudah disusun, dengan mengambil tema “Menumbuhkan Kesadaran Kritis, Mendorong Aksi Kreatif, Untuk Pelajar Indonesia yang Berkarakter”. IPM melakukan upaya perumusan kembali terhadap corak perjuangan yang telah dilakukan oleh pendahulu – pendahulu IPM. Pada Muktamar ini, IPM tidak akan melahirkan gagasan baru seputar paradigm gerakan tetapi akan melakukan proses kombinasi terhadap apa yang telah dimiliki IPM yaitu menumbuhkan karakter pribadi kader tertib beribadah, tertib organisasi dan tertib belajar yang ditunjukkan dalam pribadi aktivis IPM yang bertakwa dan berprestasi[3].
            Menurut Prof. Dr. Din Syamsuddin, pelajar sebagai sebuah entitas yang memiliki energy besar, harapan bangsa dan masyarakat, ditantang untuk mampu menghadapi dinamika dan kemajuan yang demikian pesat itu. Karena itu, sebagau sebuah ormas pelajar, Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) harus menjadikan globalisasi dan dinamika tersebut sebagai peluang untuk terus meningkatkan kualitas diri maupun organisasi, sehingga dapat memberikan hasil maupun karya terbaik bagi persyarikatan maupun bangsa dan Negara[4].
            Sedangkan menurut Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, S.U, peradaban manusia terus bergerak, berubah dan berkembang semakin cepat sebagai kekuatan spiritual sejarah adalah wujud dari kehendak robbul jalal. Sejarah adalah kisah keberhasilan, kemajuan, dan kegagalan manusia meniti perubahan peradaban dalam usaha memenuhi hajat hidupnya. sebagian manusia dan bangsa – bangsa bisa menikmati kemajuan dan perubahan peradaban yang lain menderita akibat gagal meniti perubahan peradaban itu[5].
            Demikian kiranya IPM Jeneponto mampu melukan peradaban dan krreatifitas dalam upaya optimalisasi daya kreatif pelajar dalam berkarya nyata menuju generasi berkemajuan. tentu ini membutuhkan tenaga , pikiran dan aksi yang dapat mendukung semua komponen yang adalah dalam structural dan bukan hanya sebatas konsep dan wacana belaka tetapi sekali lagi semua itu membutuhkan karya nyata bagaimana IPM Jeneponto membumikan ideology IPM dan IPM tidak lagi fluktuatif dalam setiap kepemimpinannya dan inilah yang sementara digalakkan.


[1] Komaruddin Hidayat, Ungkapan Hikmah membuka mata menangkap makna, hal. 277. 2013
[2] Aktivis IPM, Indonesia Maju dan Bermartabat, Grasindo. hal. 103 – 104. 2012.
[3] Ibid, Indonesia Maju dan Bermartabat, hal. 23 – 24.
[4] Ibid, Indonesia Maju dan Bermartabat, hal. 12.
[5] Abdul Munir Mulkhan, Boeah FIkiran Kijai H.A.Dachlan. Global Based & STIEAD Press. hal. 69. 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar