Kalimat
di atas Aku dapatkan di sebuah buku yangb berjudul “Berlian dari Timur,
Mengurai Gagasan dan Pemikiran IMMAWATI dalam Kehidupan”, yang menguraikan
berbagai dinamika yang dialami para IMMAWATI ketika menjadi aktivis IMM di
Sulawesi Selatan. Ada yang mengisahkan tentang perjuangan mendakwahkan
Muhammadiyah di lingkungan masyarakat dan keluarganya, perjuangan menghidupkan
Muhammadiyah di kampus hingga jatuh bangunnya seorang IMMAWATI dalam
mempertahankan ideologinya. Sungguh sebuah perjuangan luar biasa yang
ditunujukkan oleh para kader IMM Sulawesi Selatan, sehingga diharapkan kisah
dalam buku tersebut mampu menginspirasi semua kader-kader IMMAWATI di belahan
bumi.
Itulah
sedikit cuplikan mengenai isi buku tersebut, kini kita fokus pada kalimat di
atas yakni “Berkarya Untuk Keabadian” kalimat itu kudapatkan dari seorang
penulis buku ketika menghadiri sebuah seminar yang di Auditorium Al-Amien yang
di selenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Analis Kesehatan (IMM
Anakes). Ketika itu, sebenarnya Aku tidak di undang oleh penyelenggara, tetapi
Aku langsung diundang oleh penulis yang menjadi pemateri lewat telpon ketika
kami menghubungi beberapa hari yang lalu. Aku menghubungi penulis agar kiranya
memasukkan tulisan di Buletin kami yakni “Buletin Al-Mufiid” yang terbit setiap
pekan. Kemudian penulis memberi tahu Aku agar hadir dalam seminar tersebut
dilaksanakan pada Ahad, 29 November 2015. Kalimat itu ditulisnya ketika Aku
minta tanda tangan darinya sebab penulis adalah editor dari judul buku di atas.
Penulis itu tak lain adalah Ibu Siti Suwadah Rimang salah satu orang Jeneponto,
tentunya ada kebahagiaan tersendiri mengenal beliau apalagi beliau adalah Dosen
kami ketika semester 5 di Pendidikan Ulama Tarjih dan pernah berpesan kepada
kami bahwa “Menulislah apa yang ada dibenakmu, jangan permasalahkan bagaimana
bagusnya tulisanmu, karena yang menilai adalah orang yang membaca tulisanmu,
jadi menulislah”. Itulah yang selalu Aku ingat ketika ingin mencurahkan segala
curahan hatiku ke dalam sebuah goresan pena di atas kertas polos dan putih yang
selalu siap Aku nodai dengan tulisan. Bahkan, ini merupakan dorongan dari Ust.
Husni dan Ust. Mawardi untuk menulis. Dan kucoba menulis lewat Buletin
Al-Mufiid. Oleh karena itu, Ust. Husni sebagai sekretaris Pendidikan Ulama
Tarjih Unismuh Makassar memberikan kepercayaan untuk mengelola buletin, boleh
jadi beliau melihat Aku mempunyai bakat dalam menulis dan ini juga Aku belajar
dari kakak senior Aku namanya Fadil Burhan Lai. Aku dan Kak Fadil dipercayakan
untuk mengelola Buletin. Beliau sebagai pimpinan redaksi sedangkan Aku sebagai
bagian sirkulasi, percetakan dan sponshorshipnya. Dan ini semakin menambah
gairah Aku untuk tetap menulis. Entah apa yang Aku alami ide untuk menulis
kadang datang begitu saja melintas sepintas lalu di hadapanku untuk menulis.
Sehingga teerkadang ini membuatku semakin gelisah jika Aku tidak segera
menulis.
Demi
untuk mengasah lebih tajam lagi untuk menulis ku coba terus membaca buku apa
saja baik itu novel, cerpen, buku bacaan biasa bahkan buku yang mempunyai
bahasa ilmiah yang terlalu tinggi. Dan memang membaca adalah hobiku ketika
masih kecil hingga sekarang. Katanya sih ilmu bisa didapatkan lewat membaca.
Ini kiranya yang membuat Aku untuk terus berusaha juga karena ada memang
keinginan menjadi seorang penulis buku. Aku teringat ketika Aku masih aktif di
Ikatan Pelajar Muhammadiyah ketika itu Aku masih di Pimpinan Ranting Ikatan
Pelajar Muhammadiyah Bumbungloe sekaligus merangkap jabatan di Pinpinan
Cabang Ikatan Pelajar Muhammadiyah Tanetea
(salah satu ortom Muhammadiyah) lewat ini Aku kenal Muhammadiyah. Ketika itu
kami mengadakan kajian dan pematerinya adalah Krisna Pabicara (Nama Pena-nya)
dan nama aslinya Sahabuddin, itu sedikit yang Aku tahu dari beliau. Aku mulai
mendapatkan motivasi untuk menulis dari beliau apalagi Aku mendapatkan hadiah
sebuah buku darinya dan plus tanda tangannya. Walaupun baru keesokan harinya
Aku mendapatkan tandatangannya. Darinya buku yang diberikan kepadaku untuk
senantiasa membacanya hingga habis kulahap kubaca (Maklum... sedang
lapar...hehehe). Buku tersebut memuat tentang motivasi dalam merintangi
kehidupan dan buku tersebut juga ada semacam latihan otak agar tidak selalu
jenuh yang hingga sekarang Aku selalu mempraktekkannya ketika sedang jenuh.
Dari buku tersebut membuat diriku membuncah apalagi kudengar langsung dari
guruku yang tak lain juga keluarganya, juga sebenarnya penulis yang Aku
sebutkan di atas adalah kami mempunyai hubungan keluarga. Bahkan ketika
semester tiga di Pendidikan Ulama Tarjih, Aku tempel potonya di diding kamarku yang
kudapatkan di internet yang senantiasa kupandangi Aku akan keluar kamar.
Aku
sering merenung apakah Aku bisa seperti mereka (para penulis) untuk bisa juga
menulis. Dalam setiap perenungan Aku biasa merenung untuk tetap bisa dalam
menggapai impianku. Aku teringat dengan sebuah pepatah Arab “Man Jadda Wajada,
barang siapa yang bersungguh-sungguh maka dapatlah ia”. Namun, seiring
berjalannya waktu Aku dihinggapi rasa pesimistis dan minder untuk menulis
bahkan terkadang ketika ada rasa untuk menulis, rasa malas semakin besar
kepadaku. Wajar saja ketika itu (semester awal hingga semester lima) Aku tak
punya Laptop atau Notebook. Jadinya Aku bakat sempat terurungkan niatku untuk
menulis, dan ketika semester dua Aku untuk bisa mempunyai notebook pada saat
semester lima nantinya. Akan tetapi, itu baru tercapai ketika Aku ingin
menyusun Risalah (penyelesaian di Pendidikan Ulama Tarjih) untungnya ada Ust.
Husni yang ingin membantu dan menolong Aku. Beliau menjual notebooknya seharga
satu juta. Dan ketika itu Aku sama sekali tak mempunyai uang untuk membeli
notebooknya tatapi ada dukungan dan support dari teman-teman PUT. Aku terpaksa
meminjam uang kepada mereka. Termasuk sebagian uang buletin Aku untuk menutupi
juga dari bendahara BEM. Akhirnya harapan untuk memiliki sendiri notebook
tercapai juga. Namun, belum selesai sampai disitu Aku mulai dirundung pilu
dengan apa nantinya Aku harus mengembalikan uang mereka. Tetapi, dengan
keyakinan Aku akan melunasi semua itu walau dalam jangka waktu yang tak
menentu. Setelah memiliki notebook, kendala datang lagi bahwa notebook yang Aku
miliki sekarang banyak sekali kekurangannya, baik dari speakernya yang rusak
(MP3-nya tidk kedengaran kecuali pakai headset), layarnnya, chargernya (hampir
putus), dan satu lagi kekurangannya baterainya cepat sekali lobet. Namun,
lagi-lagi Aku kembali merenung agar menerima semua itu. Toh ini demi
penyelesaianku di Pendidikan Ulama Tarjih dan tidak lagi meminjam ke
teman-temanku yang menjadi korban ketika Aku pakai laptop atau notebooknya
habisku Aku ja’da-ja’dali (dijahili....hehee maaf yach teman2 Aku merpotkan
kalian). Dengan mempunyai notebook sendiri Aku lebih serius lagi menulis baik
di buletin maupun di blog pribadiku demi untuk terus mengasah bakatku dalam hal
menulis. Aku teringat kepada para cendikiawan Muslim, seperti Ibnu Sina,
Al-Farabi, Ibnu Rusd, Al-Kuarismi, dan lain-lain juga kepada para imam Mazhab
seperti, imam Hanafi, imam Malik dengan Al-Muwaththo-nya, imam Syafi’i dan iman
Ahmad bin Hambal serta imam yang mempunyai karya baik di bidang fikih,
pemikiran kalam dan sebagainya. Mereka bisa di kenal dan dikenang karena karya
mereka. Sehingga benarlah oleh penulis Ibu Suwadah mengatakan “Berkarya Untuk
Keabadian”. Dan itulah juga yang sekarang dilakoninya sebagai penulis dan buku
yang ditulisnya juga Aku telah lahap habis hanya dalam satu hari satu malam
dengan bukunya yang berjudul “Menulis Seindah Bernyanyi” yang menguraikan
bagaimana trik-trik dan tips-tips dalam penulisan terutama bagi mereka yang
pemula (seperti Aku ini). Katanya sih menulis itu seindah bernyanyi ketika ia
mulai jenuh untuk menulis ia kemudian mengekspresikan semuanya dengan istirahat
bernyanyi atau mendengar lagu-lagu favoritnya(petikan dari buku “Menulis
Seindah Bernyanyi”).
Hingga
saat ini, Aku masih terus merenung dan terus mengasah untuk menulis juga Aku
sering banyak membaca untuk menambah pembendaharaan kata selain itu mendapatkan
ilmu dari buku tersebut lalu berusaha mengaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Memang tak mudah untuk menggapai sebuah impian menjadi penulis,
namun Aku tetap berusaha menulis agar kelak Aku juga bisa dikenang dan dikenal
lewat karyaku dalam hal menulis. Sekarang saja Aku sedang berusaha untuk
mewujudkan impianku menulis buku otobiografiku sebelum Aku melepaskan kakiku di
Pendidikan Ulama Tarjih dan besar harapanku nantinya Aku ingin mempersembahkan
ketika Aku di wisuda nantinya. Itulah harapan terbesarku saat ini. Dengan tetap
berusaha menulis, tak peduli apa yang nantinya Aku tulis yang terpenting saat
ini adalh terus menulis dan yang akan menilainya bukan Aku sendiri tetapi
mereka yang nantinya akan membaca tulisan Aku nantinya. Sebagian tulisanku Aku
telurkan di Blog pribaku di Ibnusyam92.Blogspot.com yang kuberi nama
blogku CORETAN QALBU disinilah Aku kumpulkan kepingan-kepingan tulisanku
baik itu catatan harian, tugas perkuliahan, novel, cerpen dan lain-lain. Tulisan
di blogku ini Aku sering men-share-kannya di FB maupun di GOOGLE+. Dalam
mengasah dalam penulisan Aku juga megelola blog PUT yang sebelumnya di kelola
oleh kak Anshar dan Aku minta kepadanya apa email dan kata sandinya juga.
Ketika ada kegiatan kami di Pendidikan Ulama Tarjih Aku biasa memasukkannya di
blog ini alamatnya putummakassar.blogspot.com dengan nama blognya Pendidikan
Ulama Tarjih.
Selama
di Pendidikan Ulama Tarjih kami juga disuguhkan oleh Ust. Husni tentang
Jusnalistik yang juga menjadi mata kuliah di semester satu dan dua. Disitulah
Aku kembali mendapatkan motivasi untuk menulis. Selain itu ketika masih di MA
Muhammadiyah Tanetea Aku pernah mengikuti penulisan Jurnalistik di Kabupaten
Jeneponto yang diselenggarakan oleh IKAWARTA di Jeneponto dan itu dimuat di
koran Fajar, TV One, Tribun Timur dan sejumlah koran lokal. Dari itu Aku mendapatkan sertifikat dan koran
yang memuat kegiatan ini dan sekarang masih tersimpan rapi di dalam berkasku di
rumah. Kembali Aku ingin mengutarakan bahwa selama belajar jurnalistik di
semester satu Ust. Husni terus memotivasi kepada kami untuk menulis termasuk
Aku sendiri. Dan salah satunya adalah kami semua dari satu kelas ditugasi untuk
membuat laporan ketika kami kembali dari rihlah dakwah. Bahkan ketika Aku
ditugaskan di Masamba Luwu Utara, Aku disana selama satu bulan penuh juga
menulis selama satu bulan penuh juga yang sekarang tulisan tersebut masih ada
dan Aku beri judul “Catatan Harian di Kampung Pugalu” itu Aku tulis dengan
menggunakan tangan melalui pena di atas kertas. Itu Aku lakukan sebab sempat
terpikirkan dibenakku untuk menulis ketika sebelum meninggalkan tempat kami
menimba ilmu yaitu di Rusunawa C.
Menulislah
itulah kata yang akan selalu terngiang dibenakku pesan dari Ibu Suwadah ketika
sedang mengajar bahasa Indonesia. Dan sempat juga Aku ungkapkan lewat FB dengan
mengatakan bahwa apakah bisa menjadi seorang penulis, ada yang suka dan ada
juga yang sempat mengomentarinya. Sekarang Aku hanya bisa berusaha dengan
sekuat tenaga dan semampuku untuk terus menulis walaupun nantinya harapan itu
tidak sesuai dengan kenyataan namun Aku akan senantiasa berbesar hati dan
berlapang dada dan takkan kecewa jika semua itu tidk tercapai. Namun, Aku akan
senantiasa bermimpi sebab jika berusaha dan yakin Insyaallah semua itu akan
tercapai. Mimpi itu akan senantiasa aku tanamkan dalam diriku bahwa jika orang
lain bisa menulis dan mengapa Aku tidak padahal mereka dan Aku sama saja.
Mempunyai dua tangan untuk menulis dan Aku juga akan senantiasa membuat jari
–jemariku ini untuk terus menari dan mendendangkan di atas barisan keyboard
notebookku demi untuk mencapai harapan itu. Katanya Ust. Husni ketika kami
masih semester awal di Pendidikan Ulama Tarjih beliau menjelaskan tentang MPM
(Majelis Pemberdayaan Masyarakat) yang gelutinya dan beliau sebagai ketuanya
dan sempat mengatakan bahwa Saya ini bukanlah ahli dalam pertanian tetapi
karena saya tekuni maka akhirnya saya bisa. Berangkat dari kalimat tersebut Aku
juga ingin mencoba menulis apa yang ada dipikiranku dan terus mengasah dalam
bakatku dalam hal penulisan. Meski banyak rintangan yang Aku hadapi nantinya
namun itu bukan penghalang dalam menggapai impian itu. Aku juga teringat pesan
dari Ibu Amirah bahwa untuk menulis itu pastinya akan mendapatkan cacian,
makian, cemoohan dan lain sebagainya. Dari ini juga pastinya Aku tetap berusaha
walaupun itu telah Aku dapatkan makian, cemoohan dan tetasa pahit sekali Aku
telan ketika Tulisan di Buletin Al-Mufiid sempat ada yang mengomentarinya dan
komentar tersebut tak lain datang dari dosen kami yakni Prof. Dr. Arifuddin
Ahmad dan Dr. Abdillah Mustari mengenai hadits yang Aku tulis ternyata tidak
shahih. Wajar saja sebab ketika itu Aku ambil dari blog dan sumbernya Aku juga
cantumkan agar tidak dibilang bahwa Aku mengarang yang bukan-bukan. Tetapi Aku harus
menerima semua itu, Ketika itu Aku dipanggil oleh Ust. Husni menjelaskan semua
itu. Aku jawab dengan apa adanya dan jadinya yach.. Aku mendapatkan suguhan
lombok pedas darinya dan berusaha menelannya walau dengan hati yang pilu.
Namun, satu hal setelah kejadian itu Aku bangkit lagi dan tetap berusaha
memperbaiki semua itu. Aku mendapatkan il mu baru lagi dan ketika sebelum
terbit buletin Aku sempat membatin bahwa tak selayaknya buletin ini terbit
karena satu dan lain hal Aku terbitkan saja walaupun itu Aku akan mendapat
tanggapan dari pembaca. Akhirnya naik cetak dan telah Aku sebarkan ke Masjid
yang menjadi langganan Buletin Al-Mufiid. Dan ternyata kenah deh batunya
(untungnya tidak telalu sakit...hehehe). Hadapilah masalahmu dengan senyuman
itulah secuil petikan pesan dari guru sosiologi Ibu Kristiana. Itulah yang
senantiasa menghiasi hariku jika Aku dirundung galau (kata anak sekarang). Aku
tak akan pernah berhenti untuk menggapai impian tersebut. Aku menulis selain
ingin dikenang dan dikenal tetapi lebih dari itu Aku menginginkan ada ridha-Nya
untukku ini. Sebab kepada Allahlah tempat Aku memohon pertolongan. Dan Allah
akan senantiasa menolong hambanya yang memerlukan pertolongannya.
Hari
ini, detik ini juga Aku curahkan luapan emosiku untuk menulis demi secerca
harapan yang masih tersimpan dalam lubuk hatiku yang paling terdalam. Oleh
karena harapan itu Aku disini menulis dan ingin menggapainya. Aku ingin mereka
tahu bahwa Aku juga bisa seperti mereka. Sebenarnya tidak sussah tetapi karena
belum tahu dan mencoba jadinya tidak tahu. Tetapi pisau yang tak tajam akan
mengkilap dan tajam seperti samurai jika terus di asah. Dan tentang penulisan
sebenarnya Allah telah menyinggungnya di dalam Al-Qur’an pada surah Al-Qolam
ayat 1 yang berbunyi “Nun, Demi pena dan apa yang mereka tuliskan”. Tak dinanya
ini juga yang menjadi semboyan dan motto Ikatan Pelajar Muhammadiyah (Ortom
Muhammadiyah di kalangan pelajar) dan Aku satu satu dari ribuan bahkan jutaan
kader yang ada di Indonesia ini dan Aku juga telah mengantongi Kartu Tanda
Anggota IPM (KTA IPM) dan sekarang KTA tersebut masih tersimpan rapi di
dompetku. Berkarya untuk keabadian sebenarnya bukan hanya lewat tulisan tetapi
juga bisa bermakna aksi nyata seperti yang telah dipraktekkan oleh KH. Ahmad
Dahlan dengan teologi Al-Ma’un-nya, mendirikan sekolah, rumah sakit, Panti
Asuhan, Majalah, dan termasuk organisasi MUHAMMADIYAH yang menjadi basis
pergerakan dakwah yang hingga sekarang eksistennya tetap bertahan walau telah
mengarungi samudra tiga zaman yakni zaman penjajahan Belanda, Penjajahan Jepang
dan Zaman setelah kemerdekaan mencakup Orde Lama, Orde Baru dan Reformasi.
Banyak
cara dalam mengekresikan berkarya untuk keabadian selain yang telah Aku
sebutkan di atas masih banyak hal dan sesuatu yang bisa menjadikan kita untuk
bisa dikenang dan dikenal orang. Bahkan untuk melakukan tindakan-tindakan yang
tidan dibenarkan oleh Islam kebanyakan dari kita melakukannya seperti, korupsi,
kolusi dan nepotisme, begal, merampok, mencuri dan lain sebagainya. Itulah
sekelumit cuplikan atas apa yang terjadi sekarang ini. Dan itu telah menjadi
hal yang sangat lumrah. Berkarya demi untuk orang lain dan menyumbangkan karya
itu memang perlu perjuangan dan proses yang sangat panjang. Untuk itulah
marilah kita semua bermimpi dan terus berkarya dalam kehidupan kita ini.
Berkarya untuk diri sendiri dan orang lain. Itulah salah satu visi hidupku agar
bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain.
Masya Allah
BalasHapus