Kata Mutiara

Tidak akan kembali hari-hari yang telah berlalu

Jumat, 06 Januari 2017

ARTI SEBUAH PERSAHABATAN


Seperti biasa Aku pergi ke sekolah naik Angkutan Sekolah yang bisa menampung tiga puluh orang. Warna mobil yang biasa Aku tumpangi berwarna biru langit. Di atas mobil tersebut berjejer tempat duduk dan bahkan jika tempat duduk sudah muat ada juga yang berdiri terutama laki-lakinya. Aku bersama dengan Mirna, Risna, Rahmia, Basma dan yang lainnya. Tak berapa lama kemudian kami semua telah sampai di sekolah sebuah Pesantren yang letaknya sangat strategis. Pada saat turun dari mobil angkutan sekolah diikuti oleh siswa dan siswi yang lainnya.. Ada suara yang memanggilku setengah berteriak. Kulihat dia memakai rok abu-abu baju putih dengan jilbab putih datang menghampiriku.
“Risa” Teriak Dani datang dari sebelah utara Pesantren dengan lari-lari kecil.
“Eh, Dani baru sampai juga yah” jawabku menyambut kedatangan Dani.
“Tumben, cepat datang” Mirna juga ikut menyahut dan menoleh ke Dani.
“Iya, kan anak rajin” Seru Dani sambil tersenyum tipis.
            Merekapun melangkah masuk di sebuah Pesantren yang bernama Darul I’tishan Embo. Letaknya sangat strategis karena berada di perempatan di Desa Embo. Pesantren yang tergolong baru. Di Pesantren ini ada beberapa kelas dan tempat asrama yang disediakan bagi yang rumahnya jauh dan ingin nyantri ketika malam harinya. Masyarakat setempat sangat antusias memasukkan anaknya ke Pesantren ini untuk memperdalam ilmu agama disamping itu juga ada ilmu-ilmu umum yang diajarkan dengan metode dan kurikulum yang ada disini Pesantren ini.
“Gimana jika  sebelum pulang kita ngumpul bareng” jawabku
“Ngapain, kira-kira apa rencanamu, Sa” desah Dani
“Ada aja, nanti kalian semua tahu jika kalian mau” jawabku lagi.
“Ok, deh” jawabnya dengan serempak.
“Aku duluan masuk ke kelas yach” kata Mirna sambil berlalu jalan menuju ke kelasnya.
“Aku juga duluan masuk ke kelas, Bu guru sudah datang” seru Risna
            Aku, Risna, Dani, dan Mirna adalah sahabat semenjak kami pertama kali masuk di Pesantren ini. Juga masih ada beberapa orang lagi. Persahabatan yang berlangsung selama tiga tahun ini. Kami harus saling memahami antara satu dengan yang lainnya. Walau kami juga harus tahu bahwa tidak selamanya kami semua harus selalu bersama. Namun, silaturahim tetap menjadi prioritas kami. Jika tidak, entahlah apa yang akan terjadi.
            Kata orang lebih baik diputuskan sama pacar dibanding putus hubungan dengan sahabat. Sebab pacar belum tentu setia dan mau berbagi seperti sahabat. Dan untuk menjalin sebuah persahabatan akan lebih kuat dan sejati jika dilhat sebagai sesama makhluk spiritual yang sama-sama ingin berdamai. Persahabatan tidak akan dapat abadi jika hanya melihat aspek fisik belaka. Persahabatan akan lebih bernilai dan abadi apabila di dasari oleh kesadaran spiritual. Sebuah kesadaran yang menempatkan manusia pada derajat yang sama. Perbedaan tidak diukur dengan kedudukan atau harta. Ukurannya adalah amal perbuatan. Bersahabatlah karena perbuatan bukan karena hartanya.
            Aku pun berharap seperti itu persahabatan kami tetap langgeng hingga ajal menjemput kami. Aku tak ingin hanya karena masalah sepele persahabatan kami terancam bubar. Itulah yang selalu Aku hindari. Kami satu sama lain merasa saling kesepian jika tak bertemu dengan mereka semua.
              Tak terasa tiga tahun kami disini sekolah di Pesantren ini ada banyak canda, tawa, sedih, senang dan lainnya. Dinamika kehidupan terus berjalan tanpa henti. Bel pulang telah berbunyi seperti janjiku tadi pagi untuk menyuruh mereka berkumpul di kelas. Mereka semua telah datang.
“Terima kasih teman-teman telah menyempatkan untuk berkumpul” jawabku datar saja.
“Aku punya rencana gimana kalau sebelum kita berpisah dari sekolah ini untuk mengadakan pesta kecil-kecilan, lagian kita kan hampir tamat dan boleh jadi setelah lepas sekolah kita semua jarang bertemu” Aku kemudian utarakan dan menjelaskan kepada sahabat-sahabatku tentang rencanaku.


  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar