MATA
KULIAH : ULUMUL
QURA’N II
DOSEN : Prof.Dr.H.Ambo
Asse,M.Ag
DI
SUSUN OLEH : ANDI ILHAM PATANGAI
MAKALAH
“ULUMUL QUR’AN II”
PENDIDIKAN ULAMA
TARJIH
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TAHUN 2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Al-Qur’an adalah
kallamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman hidup umat
manusia agar bisa selamat di dunia dan di akhirat. Maka dari itu, kita sebagai
umat manusia harus bisa memahami isi kandungan ayat-ayat Al-Qur’an agar dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk bisa memahami isi kandungannya
lahirlah ilmu tafsir.
Ilmu tafsir menurut
beberapa ulama dibagi menjadi empat macam yaitu, tafsir Tahlili,
tafsir Ijmali, tafsir Muqaran, dan tafsir Mawdlu’i.
Namun, yang akan kita bahas kali ini yaitu tentang tafsir Tahlili.
Tafsir Tahlili adalah
ilmu tafsir yang menafsirkan Al-Qur’an secara detail dari mulai ayat demi ayat,
surat demi surat ditafsirkan secara berurutan, selain itu juga tafsir ini
mengkaji Al-Qur’an dari semua segi dan maknanya. Tafsir ini juga lebih sering
digunakan daripada tafsir-tafsir yang lainnya.
Beberapa ulama membagi
tafsir Tahlili menjadi beberapa macam yaitu, tafsir ma’tsur,
tafsir ra’yi, tafsir Shufi, tafsir Fikih,
tafsir Falsafi, tafsir ‘Ilmi, dan
tafsir Adab Al-Ijtima’i. Dan untuk lebih jelasnya tentang tafsir Tahlili
akan dibahas pada bab selanjutnya.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tafsir Tahlili?
2. Bagaimana ciri-ciri dari
tafsir Tahlili?
3. Apa Contoh tafsir Tahlili?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tafsir Tahlili
Tafsir Tahlili merupakan
metode tafsir ayat-ayat Al-Qur’an dengan memaparkan segala aspek yang
terkandung di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu serta menerangkan
makna-makna yang tercakup di dalamnya, sesuai dengan keahlian dan kecenderungan
mufasir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut.
Selain itu, ada juga yang menyebutkan tafsir tahlili adalah
tafsir yng mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an dari segala segi dan maknanya. Seorang
pengkaji dengan metode ini menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an, ayat demi ayat dan
surat demi surat, sesuai dengan urutan dalam mushhaf Utsmany. Untuk
itu ia menguraikan kosa kata dan lafadz, menjelaskan arti yang dikehendaki,
sasaran yang dituju dan kandungan ayat, yaitu unsur i’jaz,
balaghah dan keindahan susunan kalimat, menjelaskan apa yang diistinbathkan
dari ayat, yaitu hukum fikih, dalil syar’i, arti secara bahasa, norma-norma
akhlak, aqidah atau tauhid, perintah, larangan, janji, ancaman, haqiqat,
majaz, kinayah, dan isti’arah. Di samping itu juga
mengemukakan kaitan antara ayat-ayat dan relevansinya dengan surat sebelum dan
sesudahnya . Dengan demikian sebab nuzul ayat atau sebab-sebab turun ayat,
Hadits-hadits Rasululloh SAW dan pendapat para sahabat dan tabi’in-tabi’in
sangat dibutuhkan.
Maka,
tafsir tahlili merupakan ilmu tafsir yang menafsirkan
ayat-ayat Al-Qur’an secara berurutan dari ayat per ayat sesuai urutan pada
mushaf utsmani, menjelaskan setiap ayatnya secara detail yang
meliputi beberapa hal antara lain, isi kandungan ayatnya, asbab al
nuzulnya, dan lain-lain.
Metode tafsir Tahlili ini sering dipergunakan oleh kebanyakan
ulama pada masa-masa dahulu. Namun, sekarangpun masih digunakan. Para ulama ada
yang mengemukakan kesemua hal tersebut di atas dengan panjang lebar (ithnab),
seperti Al-Alusy, Al-Fakhr Al-Razy, Al-Qurthuby dan Ibn Jarir Al-Thabary. Ada
juga yang menemukakan secara singkat (ijaz), seperti Jalal al-Din
Al-Shuyuthy, Jalal al-Din Al-Mahally dan Al-Sayyid Muhammad Farid Wajdi. Ada
pula yang mengambil pertengahan (musawah), seperti Imam Al-Baydlawy,
Syeikh Muhammad ‘Abduh, Al-Naysabury, dll. Semua ulama di atas sekalipun mereka
sama-sama menafsirkan Al-Qur’an dengan menggunakan metode Tahlili,
akan tetapi corak Tahlili masing-masing berbeda.
Para ulama telah
membagi wujud metode tafsir Tahlili menjadi tujuh macam, yaitu
tafsir bil Ma’tsuri, tafsir bir Ra’yi,
tafsir Shufi, tafsir Fikih, tafsir Falsafi,
tafsir ‘Ilmi, tafsir Adab al-ijtimi’i.
1. Tafsir Tahlili bentuk Ma’tsuri / tafir bi
al-Ma’tsuri (riwayat)
Tafsir bil Ma’tsuri
yaitu menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan ayat-ayat lain, dengan sunnah Nabi
SAW, dengan pendapat sahabat Nabi SAW, dan dengan perkataan tabi’in.
Menurut Subhi as-Shalih, bentuk tafsir seperti ini sangat rentan terhadap
masuknya pendapat-pendapat di luar Islam, seperti kaum zindiq Yahudi, Parsi,
dan Parsi, dan masuknya hadits-hadits yang tidak shahih.
2. Tafsir Tahlili Bentuk bir Ra’yi / tafsir bi
al-Ra’yi
Tafsir bir Ra’yi
merupakan cara penafsiran Al-Qur’an dengan dan penalaran dari mufasir itu
sendiri. Mufasir dalam metode ini diberi kebebasan dalam berpikir untuk
menafsirkan Al-Qur’an. Hal tersebut tentu dibatasi oleh kaidah-kaidah
penafsiran Al-Qur’an, agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang dalam
menafsirkan Al-Qur’an.
3.Tahlily Bentuk Shufi
Tafsir Shufi
mulai berkembang ketika ilmu-ilmu agama dan sains mengalami kemajuan pesat
serta kebudayaan Islam tersebar di seliruh pelosok dunia dan mengalami
kebangkitan dalam segala seginya. Tafsir ini lebih menekankan pada aspek dan
dari sudut esoterik atau isyarat-isyarat yang tersirat dari ayat oleh para
tasawuf. Metode bentuk ini dibagi
menjadi dua yaitu, teoritis dan praktis.
Dalam bentuk teoritis,
mufasir menafsirkan Al-Qur’an dengan menggunakan mazhabnya dan sesuai
dengan ajaran-ajaran mereka. Mereka menta’wilkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan
penjelasan yang menyimpang dari pengertian tekstual yang telah dikenal dan
didukung oleh dalili Syar’i. Sedangkan dalam bentuk praktis, mufasir
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan berdasarkan isyarat-isyara tersembunyi.
4. Tafsir Tahlili
Bentuk Fikih
Tafsir Fikih adalah tafsir yang menekankan pada tinjauan hukum dari ayat
yang di tafsirkan. Tafsir ini banyak di temukan dalam kitab-kitab fikih yang
dikarang oleh imam-imam dari berbagai mazhab yang berbeda.
5. Tafsir Tahlili
Bentuk Falsafi
Tafsir Falsafi merupakan ilmu tafsir yang menafsirkan Al-Qur’an dengan
menggunakan pendekatan filsafat. Pendekat filsafat yang digunakan adalah
pendekatan yang berusaha melakukan sintesis dan siskretisasi antara teori-teori
filsafat dengan ayat-ayat Al-Qur’an, selain itu juga menggunakan pendekatan
yang berusaha menolak teori-teori filsafat yang dianggap bertentangan
dengan ayat-ayat Al-Qur’an.
6.Tafsir Tahlili
Bentuk ‘Ilmi
Tafsir ini mulai muncul akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat
pesat, sehingga tafsir ini dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan menggunakan
pendekatan almiah atau dengan menggunakan teori-teori ilmu pengetahuan. Dalam
tafsir ini mufasir berusaha mengkaji Al-Qur’an dengan dikaitkan dengan gejala
atau fenomena-fenomena yang terjadi di alam semesta ini. Namun, yang sangat
disayangkan adalah pada tafsir ini terbatas pada ayat-ayat tertentu dan
bersifat parsial, terpisah dengan ayat-ayat lain yang berbicara pada masalah yang
sama.
7. Tafsir Tahlili
Bentuk Adab Al-Ijtima’i Adab Al Ijtima’i
Tafsir adalah suatu metode tafsir yang coraknya menjelaskan petunjuk-petunjuk
ayat Al-Qur’an yang berkaitan langsung dengan kehidupan kemasyarakatan, serta
usaha-usaha untuk menanggulangi penyakit-penyakit atau masalah-masalah
kemasyarakatan berdasarkan petunjuk Al-Qur’an dengan mengemukakannya
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan indah didengar.
Jadi, metode tafsir tahlili ini dibagi oleh beberapa ulama menjadi
beberapa macam, yaitu tafsir bi al-Ma’tsuri, bi al-Ra’yi, Shufi, Fikih,
Falsafi, ‘Ilmi, dan Adab al-Ijtima’i. Semua bentuk
tafsir tahlili memiliki ciri khasnya sendiri-sendiri.
Tafsir bi al ma’tsuri adalah tafsir yang penafsirannya dengan
menggunakan ayat-ayat lain, riwayah Nabi SAW, sahabat, dan tabi’in.
Tafsir bi al ra’yi adalah tafsir yang penafsirannya
menggunakan metode ijtihad dan penalaran. Tafsir shufi adalah
tafsir yang menekankan pada isyarat-isyarat yang terdapat pada ayat yang
dikemukakan oleh tasawuf. Tafsir fikih adalah tafsir yang menekankan
pada tinjauan hukum dari ayat yang ditafsir. Tafsir falsafi adalah
tafsir yang menafsirkan Al-Qur’an dengan pendekatan filsafat. Tafsir ‘ilmu adalah
tafsir yang menggunakan pendekatan ilmiah atau teori-teori ilmu pengetahuan.
Dan yang terakhir tafsir adab al-ijtima’i adalah tafsir yang
menjelaskan kepada hubungan dengan kemasyarakatan.
B.
Ciri-ciri Tafsir
Tahlili
Metode Tafsir tahlili memiliki ciri khusus yang
membedakannya dari metode tafsir lainnnya, ciri-ciri tersebut adalah :
1.
Mufasir menafsirkan ayat per ayat sesuai dengan urutan
dalam mushaf ustmani, yaitu dimulai dari surat Al-Fatihah dan
diakhiri oleh surat An-Nas.
2.
Mufasir menjelaskan makna yang terkandung dalam
Al-Qur’an secara komprehensif dan menyeluruh, baik makna harfiah setiap kata
maupun asbabun nuzulnya.
3.
Bahasa yang digunakan metode tahlili tidak
sesederhana yang dipakai metode tafsir ijmali.
4.
Dalam penafsirannta seorang mufassir tahlili manafsirkan ayat-ayat Alquran
dengan menggunakan pendekatan bi al-ma’tsur maupun bi al-ra’yi
C.
Contoh-contoh Tafsir
Tahlili
Ada cukup banyak contoh tafsir tahlili, antara lain:
·
Contoh tafsir tahlili dalam
bentuk bi al-ma’tsuri yang menafsirka Al-Qur’an dengan
hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Rasullullah SAW untuk menjelaskan sebagian
kesulitan yang ditemui oleh para sahabat semasa Rasulullah SAW masih hidup.
Seperti penafsiran hadits Rasulullah SAW terhadap pengertianالغضو ب عليهم dan الضا
لين (Q.S.
Al-Fatihah :7), penjelasan beliau tentang firman Allah الذ ين امنواولم يلبسواايمانهم بظلم (Q.S. Al-An’am :82) dan firman Allah يايهاالذين امنوااتقواالله حق تقاته (Q.S. Ali ‘Imran :102) dan lain-lain.
·
Contoh yang dalam bentuk shufi, yaitu
Al-Alusy berkata tentang isyarat yang diberikan oleh firman
Allah (Q.S. Al-Baqarah :45), sebagai berikut
(#qãZŠÏètFó™$#ur
ÎŽö9¢Á9$$Î
Ío4qn=¢Á9$#ur
4
$pk¨XÎ)ur
îouŽÎ7s3s9
žwÎ)
’n?tã
tûüÏèϱ»sƒø:$#
ÇÍÎÈ
Artinya: “Jadikanlah
sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu berat,
kecuali bagi orang-orang yang khusyu’”.
Bahwa shalat adalah
sarana untuk memusatkan dan mengkonsentrasikan hati untuk menangkap tajally (penampakan
diri) Allah dan hal ini sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang luluh dan
lunak hatinya untuk menerima cahaya-cahaya dari tajally-tajally Allah
yang amat halus dan menangkap kekuasaan-Nya yang perkasa. Merekalah orang-orang
yang yakin, bahwa mereka benar-benar berada di hadapan Allah dan hanya
kepada-Nyalah mereka kembali, dengan menghancurkan sifat-sifat kemanusiaan
mereka (fana’) dan meleburkannya ke dalam sifat-sifat Allah (baqa’),
sehingga mereka tidak menemukan selain eksistensi Allah sebagai Raja yang
Maha Halus dan Maha Perkasa.
Dari beberapa contoh di
atas, kita dapat mengetahui bahwa tafsir tahlili itu
menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan bentuknya atau mempunyai
karakter tersendiri. Selain itu, masih ada banyak lagi contoh dari tafsir tahlili.
Ada cukup banyak contoh kitab-kitab tafsir yang menggunakan metode tafsir
ini, antara lain:
-
Jami’ al-Bayan fy Tafsir al-Qur’an, karangan Imam Ibn Jarir Al-Thabary
-
Ma’alim al-Tanzil yang dikenal dengan Al-Tafsir al-Manqul, karangan
Imam Al-Baghawy
-
Madarik al –Tanzil wa Haqaiq al-Ta’wil, karangan Al-Ustadz Mahmud Al-Nasafy
-
Anwar al-Tanzil wa Asrarnal-Ta’wil, karangan Al-Ustadz Al-Baydlawy
-
Tafsir Al-Qur’an al-‘Adhim, karangan Imam Al-Tustury
-
Haqaiq al-Tafsir, karangan Al-‘Allamah Al-Sulamy (w. 421 H)
-
Ahkam Al-Qur’an, karangan Al-Jasshash (w. 370 H)
-
Al-Jami’ li Al-Qurthuby (w. 671 H)
-
Mafatih al-Ghaib, karangan Al-Fakhr Al-Razi (w. 606)
-
At-Tafsir al-‘Ilm li al-Kauniyat al-Qur’an
al-Karim, karya Hanafi Ahmad
-
Al-Islam Yatahadda, karangan Al-‘Allamah Wahid al-Din Khan
-
Tafsir al-Manar, karya Rasyid Ridha (w. 1345 H)
-
Tafsir Al-Qur’an al-Karim, karya Mahmud Salthut
Dan masih banyak lagi
contoh kitab yang berdasarkan atau yang menggunakan metode tafsir tahlili ini.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Tafsir Tahlili merupakan suatu metode tafsir Al-Qur’an yang cara
penafsirannya dilakukan secara detail dari setiap ayat-ayat yang ditafsir.
Aspek yang dibahas dalam metode tafsir tahlili, yaitu kosa kata, lafadz,
arti yang dikehendaki, dan sasaran yang dituju dari kandungan ayat yang
ditafsir, yaitu unsur ijaz, balaghah, dan keindahan kalimat.
Aspek pembahasan makna dari ayat yang ditafsir, meliputi hukum fikih, dalil
syar’i, norma-norma akhlak, akidah atau tauhid, perintah, larangan, janji,
ancaman, dan lain-lain. Selain itu juga mengemukakan tentang kaitan ayat-ayat
dan relevansinya dengan surat sebelum dan sesudahnya.
Metode ini telah dibagi
oleh beberapa ulama menjadi beberapa macam yaitu, tafsir ma’tsur, tafsir ra’i,
tafsir Shufi, tafsir Fikih, tafsir Falsafi, tafsir ‘Ilmi, dan tafsir Adab
Al-Ijtima’i. Semua bentuk atau corak dari metode tafsir tahlili di
atas memiliki karakter tersendiri, namun metode penafsirannya sama yaitu dengan
menggunakan metode tafsir tahlili.
Ciri-ciri dari metode
tafsir tahlili, antara lain:
-
Mufasir menafsirkannya ayat per ayat secara berurutan
sesuai dengan urutan pada mushaf ustmani.
-
Mufasir menjelaskan isi kandungan ayat-ayat Al-Qur’an
secara konfrehensif dan menyeluruh.
-
Tafsir ini dijelaskan secara panjang lebar.
Ada banyak contoh dari
metode tafsir tahlili ini, baik itu contoh ayat yang
ditafsirkan dengan menggunakan metode tafsir tahlili maupun
contoh kitab, atau mufasir yang menggunakan metode tafsir tahlili dalam
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an. Adapun contoh dari kitab yang menggunakan
tafsir tahlili, yaitu kitab Jami’ al-Bayan fy Tafsir
al-Qur’an, karangan Imam Ibn Jarir Al-Thabary, Ma’alim al-Tanzil yang
dikenal dengan Al-Tafsir al-Manqul, karangan Imam
Al-Baghawy, dan masih ada banyak lagi contoh-contoh yang lain.
Selain itu semua,
metode tafsif tahlili ini juga memiliki beberapa keistimewaan
dan kelemahan. Keistimewaan dari tafsir ini antara lain, ruang lingkupnya luas,
memuat berbagai ide, metode tahlili adalah merupakan metode
tertua dalam sejarah penafsiran Al-Quran, ayat-ayat al-Qur’an yang kita lihat
sekarang urut-urutannya sesuai dengan mushaf, dan masih banyak
lagi keistimewaan dari tafsir ini. Selain keistimewaan, adapun kelemahannya,
yaitu Al-Qur’an sebagai petunjuk terlihat menjadi parsial, menghasilkan
penafsiran yang subyektif, masuknya pemikiran isra’iliat, dan
lain-lain.
Demikianlah makalah
dari kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan tentunya bagi
penulis itu sendiri. Kritikan dan saran akan kami tunggu demi bertambah baiknya
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
·
Nashruddin Ba’idan, Metodologi Penafsiran
Al-Qur’an, Yogyakarta: Glaguh UHIV , 1998.
·
‘Ali Hasan
Al-‘Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 1994.
·
Nur Kholis, Pengantar Al-Qur’an dan Hadis,
Yogyakarta: Sukses offset, 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar