Hidup itu terasa indah jika semua masalah dihadapi dengan sabar dan
ikhlas. Bagiku itulah sesuatu yang harus melekat dalam keluarga kecilku.
Terkadang memang hidup terasa hampa jika iman keropos dan tak punya arti
kehidupan. Namun, jika semua hal dilakukan dengan keikhlasan itu akan tentu
lain. Ada sesuatu yang berbeda dalam memaknai kehidupan ini.
Semua orang tentunya akan menginginkan kehidupan yang layak,
dihormati dan disegani, dan bahkan ada yang menginginkan seperti Tuhan yang
harus disembah. Tak ayal. Itu ada sesuatu yang keliru. Dalam sebuah keluarga
Aku membutuhkan kasih dan sayang dari orang-orang terdekat baik orang tua,
kerabat dan teman-teman yang ada di sekelilingku.
Keluargaku kecil
sekali hanya Aku, Ibu dan kedua Adikku. Apalagi hidup hanya numpang di rumah
tetangga itu bisa dikatakan sedikit mengurangi beban hidup. Namun, hal itu
tidak selamanya Aku dan keluarga kecilku terus seperti itu. Aku tak ingin
dikasihi terus dari orang lain, Aku ingin berdiri sendiri dikaki sendiri. Aku
tak ingin merepotkan banyak orang. Akan tetapi, numpang di rumah orang lain
mempunyai peluang dan kesempatan untuk berusaha dan mandiri mencari kehidupan
yang baik kelak dikemudian hari.
Salah satu yang Aku lakukan adalah dengan meningkatkan taraf
pendidikan. Aku bersyukur di antara semua saudara Ibu hanya anak-anaknya yang
mampu mengkuliahkan dua anaknya. Itu semua karena pertolongan Allah kepadaku
dan itu adalah kesyukuran yang luar biasa. Aku juga memang merasa awalnya
merasa terasing sekali di antara keluarga-keluarga yang lain. Mereka menganggap
Aku tak akan mampu untuk kuliah. Ada sesuatu yang ganjil, di antara mereka
secara finansial mereka mampu, tetapi itu sangat riskan sekali.
Keluarga kecilku
dimanapun dan sampai kapan pun Aku akan selama mengenangnya dan itu akan ada
dalam catatan harianku. Aku senantiasa bermimpi bahwa suatu saat nanti hidupku
akan mengalami perubahan dari bawah menuju kelas menengah. Aku tak berharap
lebih sebab itu memang memerlukan proses yang maksimal dan fokus menuju impian.
Meski ini adalah sesuatu yang kecil suatu saat nanti akan menjadi besar dan
mengesankan. Akan menjadi cerita indah dan cerita kenangan yang manis. Bagi
yang akan mendengar dan membaca catatan harianku.
Keluarga kecilku,
adalah sesuatu yang berharga bagiku terutama Ibuku yang tak henti-hentinya meski
usianya telah paruh baya tak pernah menyerah dan tetap ingin menata hidup yang
lebih baik. Aku tahu banyak orang-orang di sekitarnya mengucilkan dan
meremehkannya namun bagiku dialah adalah orang yang sangat mulia dan tetap
menjadi inspirasi untuk tetap berjuang melawan derasnya kehidupan ini.
Tak menyerah hingga kesuksesan itu menghampiri kami. Adikku Erna,
si kecil yang nakalnya minta ampun, keras kepala, tak mau diatur, ingin dipenuhi
semua keinginannya. Suka jajan sana-sini jika di beri uang berapapun akan cepat
habis seketika dalam beberapa menit kemudian. Namun, walaupun begitu Aku akan
tetap akan menyayanginya dengan sesuatu yang berbeda. Aku tak ingin ia di manja
terus dan suka ingin menang sendiri.
Aku akan merubahnya sedikit demi sedikit. Dan perlu kesabaran yang
besar untuk bisa menaklukkan hatinya. Aku akan berdoa untukknya agar hatinya
luluh dan bisa sekolah lagi seperti sedia kala, Aku melihat ada sesuatu yang
salah dalam mendidiknya. Ibuku selalu memarahinya dan tangannya ikut marah.
Main pukul sana-sini. Ketika berbicara selalu mengucapkan hal-hal yang tidak
baik. Dan ini adalah sesuatu yang sangat fatal dan itu perlu proses yang
panjang untuk dapat mengurangi itu semua.
Selanjutnya, Isma yang kini telah hidup baru di kota dengan kuliah
melalui Bidik Misi dari Universitas Negeri Makassar. Di antara semua
teman-temannya yang lain hanya dia sendiri yang lulus. Kini ia tinggal bersama
dengan ayahku di Gowa. Ini akan menjadi batu loncatan untuk melunakkan hati
bapakku untuk terus membantunya termasuk Aku dan ibuku. Meski ini juga butuh
proses yang tidak pendek. Namun perlahan tapi pasti semua akan kembali utuh.
Guruku bilang kami adalah keluarga kecil yang tak lengkap sebab
Ayahku telah lenyap dalam keluarga kami. Ada yang bilang ia hidup tapi mati dan
mati tetapi hidup. Aku kira adalah gambaran baginya. Mengapa demikian? Karena
ia jauh dari kami jarang memberikan kami rasa tanggung jawabnya sebagai suami
dan ayah dari kami sekeluarga.
Hidup itu sebuah
pilihan oleh karena itu semua akan ada hikmahnya biarlah waktu yang akan
menjawabnya. Tetap berjuang menjadi yang terbaik. Berbagai cobaan dan ujian
dalam melintasi jalan yang berliku tetap kami lalui dengan tabah dan tetap
bersabar. Betapa banyak cacian dan makian kami terima dengan hati yang lapang
dada. Boleh jadi mereka merendahkan keluarga kecilku sebab kami belum punya
apa-apa. Bahkan rumah saja untuk tempat tinggal saja belum ada dan kami semua
masih menunpang di rumah yang masih ada jalinan keluarga.
Kini Ibuku terus membanting tulang untuk memenuhi kehidupan
sehari-hari kami itu pun masih belum cukup. Namun, kami tetap berusaha
menjadikan itu sebagai rasa kesyukuran yang tiada taranya. Jika hidup adalah
pilihan maka kami akan memilih menjadi keluarga kecil yang bahagia yang
senantiasa dihiasi dengan senyuman walaupun banyak tantangan hidup yang kami
jalani.
Tak perlu risau dengan apa kata orang yang hanya bisa berucap tanpa
ada solusi yang mereka berikan kepada kami. Kami akan terus melangkah menjadikan
setiap langkah ada sesuatu yang kami pegangi dan renungi untuk mengambil
pelajaran di dalamnya. Memang tak mudah, namun kami tetap yakin suatu saat
nanti kehidupan kami akan ada perubahan. Keluarga kecilku saat bersama dengan
kalian Aku merasakan
ada secercah kebahagian, ada lentera kehidupan yang kami lihat saat bersama
denganmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar