![]() |
Sandi Ibnu Syam |
Judul ini pertama kali saat saya membuka
jejaring media social(facebook). Terutama di nama facebook IPM Bantaeng,
sekilas saja saya melihat judul di atas. Judul yang bertengger di kolom IPM Bantaeng
spontas saja saya berniat untuk menulisnya. Namun, sebelum saya menulis judul
di atas. Saya kemudian bertanya ke kakanda Agusliadi sebagai pembawa materi
follow up dengan judul lengkap “Eksistensi dan Peran Pelajar di Zaman Now
(dengan Pendekatan Wawasan Keislaman yang bersifat cosmopolitan). Dengan
peserta berjumlah 76 orang kader baru dari berbagai sekolah (SMA Negeri 3
Bantaeng, SMK Darul Ulum Layoa, MA Muhammadiyah bantaeng, SMK Negri 3 Bantaeng,
MAN Dampang, MA Muhammadiyah Ereng-Ereng, MTs Muhammadiyah Bantaeng). Bertempat
di Masjid Nurul Yaqin, Kompleks SMA Negeri 3 Bantaeng, Jumat, 12 Januari 2018
pukul 13.30 – 15.25.
Kegiatan
tersebut di share oleh Lilis Ariska, beliau adalah Ketua Pimpinan Ranting
Ikatan Pelajar Muhammadiyah SMA Negeri 3 Bantaeng. Saya melihat para peserta
sangat antusias dalam mengikuti follow up ini. ini dapat saya tahu dari kolom
komentar, terutama dari Ipm Bantaeng Sendiri dan menandai kakanda Agusliadi,
dengan berujar, “Salam hangat, Salam pena. Terima kasih kanda Agusliadi atas
kesiapan berbagi ilmu kepada kami”. Kemudian dijawab oleh kakanda Agusliadi
di kolom komentarnya, “selama saya ada di Bantaeng, sehat dan punya
kesempatan, tidak ada kata tidak (menolak) untuk adik-adik kader Ipm bantaeng.”
Bagi
saya judul di atas sangat menginspirasi saya menulis judul di atas. Sehingga
saya pun menulis judul di atas dalam tulisan ini. Mengapa demikian? Hari ini
pelajar seakan kehilangan jati dirinya terlebih lagi perannya sebagai pelajar seakan
hilang kemana rimbanya. Jika sebelumnya saya menulis dengan mengangkat judul Membangun
Jiwa Kader yang Kreatif itu adalah sebagai bentuk kritik tulisan kepada
pelajar yang merasa tidak memiliki rasa tanggungjawab di IPM. Mereka hanya
ingin sekedar selesai Pelatihan Kader saja. Setelah itu mereka tak ingin
terlibat langsung dalam semua kegiatan di IPM. Padahal tidak seperti itu dan
inilah salah satu masalah yang harus dicarikan solusinya.
Saya sendiri pun mencari solusi dengan
menulis sambil mencari referensi terkait dengan judul yang saya angkat dari
berbagai literature terutama buku-buku yang membahas tentang IPM secara umum
maupun secara khusus. Dengan berusaha menganilisis persoalan-persoalan yang
terdapat di dalam pergerakan IPM baik tingkat ranting hingga pusat. Tidak mudah
untuk menganlisis sedemikian rupa. Perlu gagasan-gagasan yang bisa membuat IPM
“Tersadarkan” dari lelapnya. Atau jangan-jangan mereka terlalu nyenyak dalam
tidurnya sehingga berada dalam “pelukan mimpi” yang sakan mereka berada di alam
nyata padahal sebenarnya itu hanyalah bunga tidur.
Sampai saat ini, memang perlu pengkajian
khusus tentang eksistensi dan peran pelajar di zaman now, jangan sampai terlena
dengan apa yang ada sekarang. Menurut Don Tapscott (Grown Up Digital-How
the net generation is changing the world) Oktober 2008. Membagi beberapa “Generation”, mereka adalah,
- Pre Baby Boom (lahir pada 1945 dan sebelumnya)
- The Baby Boom (lahir antara 1946-1964)
- The Baby Bust – Generasi X (lahir antara 1965-1976)
- The Echo of the Baby Boom – Generasi Y (lahir antara 1977-1997)
- Generation Net – Generasi Z (lahir antara 1998-2010)
- Generation Alpha– Generasi A (lahir antara 2010-kini)
Namun, dalam tulisan ini hanya akan
membahas mengenai generasi Z dimana mereka termasuk generasi zaman now. Di
antara karakteristik tersebut sesuai “pedoman
Dakwah komunitas virtual untuk generasi z”Jilid iii : usia 20– 23 tahun adalah.
1. Fasih Teknologi. Mereka adalah generasi digital yg
mahir dan gandrung akan teknologi informasi dan berbagai aplikasi komputer.
2. Sosial. Mereka sangat intens berkomunikasi dan
berinteraksi dengan semua kalangan, khususnya dengan teman sebaya melalui
berbagai situs jejaring. Cenderung toleran dengan perbedaan kultur & peduli
dengan lingkungan
3. Multitasking. Terbiasa dengan berbagai aktivitas dalam
satu waktu yang bersamaan. Mereka bisa membaca, berbicara, menonton, atau
mendengarkan musik dalam satu waktu. Sangat cepat dan tidak suka bertele-tele.
4. Cenderung kurang dalam komunikasi verbal, cenderung
egosentris & individualis, menginginkan hasil serba cepat, instan, dan
serba mudah, kurang sabaran, dan kurang menghargai proses.
Dengan demikian pekerjaan
utama IPM adalah memberikan atau Menjamin setiap
anggota IPM sanggup menjalankan usaha (maksud & tujuan) IPM. Oleh karena itu, IPM harus mampu memiliki PHIPM(Pedoman
Hidup Ikatan Pelajar Muhammadiyah). PHIPM merupakan
acuan bagi Pelajar Muhammadiyah agar dapat mempunyai peran dalam kehidupan
sehari-hari dengan menerapkan nilai-nilai keislaman. Yaitu sebagai berikut:
1.
Kehidupan
Pribadi
Dalam kepentingan pribadi, pelajar diupayakan untuk terus membekali
dirinya dengan ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum melalui
pembelajaran formal maupun non-formal. Agar dapat mempunyai potensi
diri dan mengerti apa yang harus dilakukan.
2.
Kehidupan
Berkeluarga
Pelajar memiliki aktivitas setiap hari yang padat, seperti belajar,
bermain, berkumpul dengan teman sebaya, olahraga, dan lain sebagainya. Namun,
dengan aktivitas tersebut. Jangan sampai pelajar melupakan kewajibannya sebagai
bagian dari keluarga. Sempatkan waktu untuk membantu keluarga dirumah, seperti
menyapu halaman rumah, mencuci piring, membersihkan kamar mandi, dan mengantar
ibu berbelanja ke pasar. Ini merupakan hal yang ringan, namun banyak pelajar
yang menyepelehkannya. Bila memang masih ada yang mengatakan sulit atau tidak
sempat. Paling tidak, sempatkan waktu sekitar 10-15 menit untuk bercerita
dengan orangtua tentang aktivitas positif
yang kita lakukan sehari-hari.
3.
Kehidupan
Bermasyarakat
Pelajar Memiliki posisi yang penting dalam kehidupan social-masyarakat.
Sebagai sebuah kelas social yang memiliki karakteristik tersendiri, pelajar
senantiasa mendapat perhatian khusus sekaligus harapan yang besar dari
masyarakat. Para pelajar dibebankan tanggung jawab moral sebagai aksentuator
perubahn. Aktif dalam pentas social seperti Gotong royong, kehidupan berjamaah
dalam ibadah seperti shalat berjamaah ke masjid maupun kehidupan berjamaah
dalam social seperti gotong royong.
4.
Kehidupan
Pendidikan
Pendidikan menjadi hal yang paling penting untuk pembekalan ilmu,
mengasah kemampuan dan membentuk karakter pelajar. Maka dari itu, hendak
Pelajar Muhammadiyah berperan aktif dalam proses belajar akademik maupun non-akademik,
berupaya untuk meraih prestasi terbaik dan menjadi dapat menjadi teladan bagi
warga dilingkungan pendidikan.
5.
Kehidupan
Berorganisasi
Organisasi menjadi faktor penting dalam pengendalian dan kemampuan
social pelajar. Pembelajaran yang didapat di organisasi, tidak semuanya
didapatkan dalam sekolah. Seperti: dapat berbicara didepan, berdiskusi dengan
kelompok, menyampaikan pendapat serta berkerjasama dengan tim. Organisasi
mengajar nilai-nilai keikhlasan dan rela berkorban demi kepentingan orang
banyak. Dan perlu diingat, dalam menjalankan organisasi tidak boleh bertindak
sewenang-wenang diri kita sendiri dan hendaklah berlandaskan prosedur yang
telah ditetapkan AD/ART dan Buku pedoman.
6.
Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pelajar diupayakan untuk
dapat menjalankan nilai-nilai Pancasila dan Undang-undang yang berlaku. Tentu
ini bukanlah hal yang mudah, namun setidaknya ini dapat dimulai dari hal-hal
terkecil. Seperti: datang kesekolah tepat waktu, tidak melanggar lalu lintas,
tidak terlibat kriminalitas, narkoba, dan seks bebas.
Kiranya
eksistensi dan peran pelajar mampu mengaplikasikan segala apa yang terdapat di
dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Komaruddin hidayat dalam bukunya Ungkapan
Hikmah Membuka Mata, Menangkapa makna) beliau mengatakan bahwa betapa ilmu
seolah menjadi landasan akan keyakinan, sementara akhlak menjadi bukti akan
kepatuhan terhadap keyakinan.
Dengan sinergi ilmu dan amal. Masih
menurut Komaruddin HIdayat bahwa ilmu dana mal bagai dua sisi mata uang yang
tidak terpisahkan. Keduanya satu dan padu. Dan sinergi antara ilmu dana mal
adalah akhlak. Anrtinya, penopang utama dari akhlak adalah ilmu dan
amal.marilah kita senantiasa introspeksi, adakah kita telah mengamalkan ilmu
kita melalui amal. Bukan sekadar amal seperti sedekah atau mengerjakan zikir
tiap malam saja, tetapi sikap hidup terhadap pribadi, lingkungan dan sesame.