MEMAHAMI PRILAKU IHSAN DALAM
KEHIDUPANSEHARI-HARI
Sandi Ibnu Syam
Penting untuk kita ketahui bersama terutama dalam berbuat ihsan dalam kehidupan sehari-hari. Ini fenomena yang jarang terjadi di kalangan umat Islam ketika melakukan ibadah kepada sang Khaliq terkadang mereka beribadah ala kadarnya saja. Sehingga di perlukan sesuatu yang bisa menopang hal tersebut yakni dengan ihsan semata-mata hanyaberibadah kepada Allah.
Trilogi Dasar Agama Islam
Ihsan juga dikenal sebagai bagian dari trilogi dasar agama Islam yaitu islam, iman, dan ihsan dan ini sering disandingkan dengan Aqidah, ibadah dan akhlaq.Menurut Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Prof.Dr. Yunahar Ilyas, trilogi ini walau bisa di bedakan namun tidak besa dipisahkan. Dalam surah Al-Mukminin iman di jelaskan dengan islam dan ihsan. Dalam surah Yunus 84 Islam dijelaskan dengan iman dan ihsan. Dalam surah Lukman1-5, ihsan dijelaskan dengan islam dan iman. Perpaduan ketiganya ada di dalam Al-Baqarah : 177. Dalam ayat ini, Allah mendefinisikan al-birru dengan iman, islam dan ihsan(SM, edisi 15, hal 7). Konsep akhlaq mulia di dalam islam pada dasarnya berbasis pada konsep ihsan yang di definisikan Nabi SAW, sebagai: kamu menyembah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, jika tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu(HR. Bukhari dan Muslim). Menyembah kepada Allah yang dimaksud dalam hadits ini adalah ibadah yang melampaui itu semua sehingga ini dapat membuktikan diri kita sebagai hamba yang terikat kepada yang disembah. Menurut Prof.Dr.H. Din Syamsuddin, ibadah tidak boleh dimaknai sebagai tujuan yang berakhir setelah kegiatan itu selesai . Setelah salam, shalatnya juga wassalam.Setelah puasa ya lebaran. Namun ibadah harus dimaknai sebagai aktivitas dari proses dinamis yang terus menerus dan berkelanjutan untuk mencari keridlaan Allah bahkan liqa’a rabbi(bertemu Allah). Oleh karena Allah adalah Maha Mulia, maka Allah tidak akan mungkin kita temui kalau kita tidak senantiasa dan terus menerus melakukan perilaku mulia di sepanjang hidup kita(SM, edisi 15 hal 8).
Ihsannya Rasulullah SAW
Telah jelas di dalam Alqur’an bahwa Nabi Muhammad SAW adalah contoh tauladan dan rahmat bagi seluruh alam. Maka tentunya kita sebagai umatnya patut mencontohi pribadinya yang telah tercermin di dalam kehidupan sehari-hari Rasulullah Saw, terutama kepada keluarga dan para sahabatnya. Salah satu contoh ihsannya Rasulullah Saw adalah ketika berdakwah di Thaif bagaimana Rasulullah di lempari kotoran hewan, di lempari batu dan lain-lainnya hingga tubuh Rasulullah berdarah-darah akibat dari kejadian tersebut. Namun, Rasulullah tetap berbuat baik kepada mereka. Karena penduduk Thaif waktu itu belum mengetahui apa yang akan di dakwahkannya kepada penduduk mereka. Kemudian dari pada itu, masih banyak lagi contoh tauladan yang di berikan Rasulullah dan ini menjadi acuan bgi kita untuk meneladani pribadi Rasulullah Saw juga ketika ada orang Yahudi yang tua renta lagi buta mencaci maki Rasulullah Saw yang ada di pinggiran pasar Madinah kemudian Rasulullah semasa hidupnya setiap pagi memberinya makanan dan orang Yahudi berkata “janganlah engkau mendekati Muhammad dia adalah orang pembohong lagi penyihir” namun Rasulullah tetap melakukan kebiasaannya memberikan makanan setiap pagi kepada orang Yahudi tersebut hingga pada akhirnya sepeninggal Rasulullah, Sahabatnya Abu Bakar pernah menemui Aisyah anaknya dan berkata “ perbuatan apa lagi yang tidak pernah aku lakukan semasa hidup Rasulullah” maka Aisyah anaknya berkata “memberi makanan setiap pagi orang Yahudi di pinggiran pasar Madinah”. Kemudian keesokannya Abu Bakar menemui orang Yahudi yang tua renta itu dan memberikannya makanan, namun yang terjadi adalah makanan yang diberikan oleh Abu Bakar langsung diluapkannya dari mulutnya dan berkata “tidak seperti ini makanan yang berikannya kepadaku, dia mengunyahnya dulu dan memasukkan makanan tersebut ke mulutku. Siapa engkau? Ujarnya. Kemudian Abu Bakar berkata “Aku adalah sahabatnya yang memberimu makanan”. Lalu orang Yahudi berkata lagi siapa gerangan yang baik hati memberikan Aku makanan di kunyahnya lalu di masukkan ke mulutku makanan tersebut. Abu Bakar hanya diam dan menangis dan berkata dia adalah Rasulullah Saw namun ia telah tiada dan takkan ada lagi seperti dia memberimu makanan setiap pagi. Ketika itu juga orang Yahudi tersebut menangis dan menyesal telah memaki dan mencaci Rasulullah Saw, pada saat yang bersamaan orang Yahudi tersebut bersyahadat di depan Abu Bakar dan masuk islam pada saat itu juga.
Sebagai umat islam sepatutnya kita mencontohi perilaku dan pribadi Rasulullah Saw yang tetap berbuat ihsan kepada sesamanya maupun selainnya begitu pribadi yang sangat menyentuh hati kita untuk merenung dan berpikir sejenak menjadikan sesosok Nabi yang ihsannya melampaui dari apa yang semestinya ia lakukan.
Konsep Spiritual Ihsan
Konsep ihsan merujuk kepada Hadits Nabi ketika menjawab pertanyaan Malaikat Jibril mengenai ihsan, Nabi menjawab “an ta’budallaha kaannaka tarahu fain lam takun tarahu fainnahu yaraka,bahwa kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu ( HR Muslim dari Umar Ibnu Khattab). Subtansi ihsan ialah kebaikan tertinggi yang lahir dari ruh beribadah kepada Allah dan tercermin dalam perilaku utama setiap Muslim dalam mengamalkannya. Dalam tradisi islam klasik, ihsan sebenarnya dijadikan rujukan tasawuf, kendati tasawuf sendiri lebih mengenai ajaran tarekat sering menjadi bahan perdebatan pro-kontra dalam wacana ke-islaman hingga saat ini(DR.H. Haedar Nashir, Msi).
Dalam Alqur’an terdapat banyak kandungan ajaran tentang ihsan. Allah memerintahkan sebagaimana telah di jelaskannya di dalam Al-qur’an pada agar kita dapat berbuat ihsan dengan jihad dijalan-Nya (Al-Ankabut:69). Kita diperintahkan pula bahwa Allah adalah selalu menyertai orang-orang yang muhsin. Yaitu orang yang selalu menjaga agar mutu amalannya selalu baik dan di perbaiki lagi di pertinggi mutunya , dibuat lebih sempurna.Fudhail bin ‘Iyadh, mempertalikan di antara ikhlas dan ihsan. Ikhlas ialah memperbaiki niat sejak semula, agar beramal benar-benar karena Allah dan bersedia berjihad untuk itu. Ihsan ialah membuat amalan itu lebih baik, yaitu lebih tepat menurut Sunnah yang digariskan oleh Nabi SAW, Bagaiamanapun ikhlasnya suatu niat, kalau tidak diperjuangkan atau di buat jadi jihad percumalah ikhlas itu. Bagaimanapun ikhlas dan jihad itu, kalau tidak diatur yang sesuai Sunnah Nabi, percuma jugalah pekerjaan atau amalan yang kita kerjakan itu. Kalau ketiganya telah berkumpul dalam gerak hidup seorang yang beriman, jalan yang tadinya gelap pastilah akan diberi terang oleh Allah(Tafsir Al-Azhar, juz 21hal 36).
Dengan menjadi pribadi ihsan apapun yang kita lakukan itu hanya semata-mata mengharapkan keridhaannya tanpa mengharap sesuatu dari manusia yang terkadang membuat kita kecewa atas apa yang telah dilakukannya yang tidak sesuai dengan apa yang ada di dalam Al-qur’an dan apa yang yang telah di contohkan oleh Rasulullah sebagai contoh tauladan dan sebagai kerahmatan di utusnya ke dunia ini.
Wallahu Allam Bish-Shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar