Mata Kuliah : Ilmu Pendidikan
Dosen : Amri Amal
LANDASAN DAN
ASAS-ASAS PENDIDIKAN
Oleh :
Rusli. K
PENDIDIKAN ULAMA TARJIH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu
yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan,
pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk
mengajar kebudayaan melewati generasi.Landasan dan asas tersebut sangat
penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia
dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah
landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan
penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan
teknologi akan mendorong pendidikan untuk mnjemput masa depan.
Paper ini akan memusatkan
paparan dalam berbagai landasan dan asas pendidikan, serta beberapa hal yang
berkaitan dengan penerapannya. Landasan-landasan pendidikan tersebut adalah filosofis,
kultural, psikologis, ilmiah dan teknologi, sosiolagis, hukum,
sejarah, serta ekonomi, . Sedangkan asas yang dikaji adalah asas Tut
Wuri Handayani, belajar sepanjang hayat, kemandirian dalam belajar.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
dari uraian di atas dapat di lihat pokok-pokok permasalahan di antaranya adalah
a.
Apa saja yang tercakup dalam landasan pendidikan?
b.
Apa saja yang tercakup dalam asas-asas pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. LANDASAN PENDIDIKAN
1. Landasan Filososfis
a. Pengertian Landasan Filosofis
Landasan filosofis bersumber dari
pandangan-pandanagan dalam filsafat pendidikan, meyangkut keyakianan terhadap
hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan
tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal
sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme, Esensialisme,
Pragmatisme dan Progresivisme dan Ekstensialisme
Esensialisme
Esensialisme adalah mashab pendidikan yang
mengutamakan pelajaran teoretik (liberal arts) atau bahan ajar esensial.
Perenialisme
Perensialisme adalah aliran pendidikan yang
megutamakan bahan ajaran konstan (perenial) yakni kebenaran, keindahan, cinta
kepada kebaikan universal.
Pragmatisme dan Progresifme
Prakmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala
sesuatu dari nilai kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini
melahirkan progresivisme yang menentang pendidikan tradisional.
Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan
yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan
masyarakat.
b. Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem
Pendidkan Nasional
Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989
menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa
Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa Indonesia,
pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia.
2. Landasan Sosiolagis
a. Pengertian Landasan Sosiologis
Dasar sosiolagis berkenaan dengan
perkembangan, kebutuhan dan karakteristik masayarakat.Sosiologi pendidikan
merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial
di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiolagi
pendidikan meliputi empat bidang:
Hubungan sistem pendidikan dengan
aspek masyarakat lain.
hubungan kemanusiaan.
Pengaruh sekolah pada perilaku
anggotanya.
Sekolah dalam komunitas,yang
mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
b. Masyarakat indonesia sebagai Landasan
Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional
Perkembangan masyarakat Indonesia
dari masa ke masa telah mempengaruhi sistem pendidikan nasional. Hal tersebut
sangatlah wajar, mengingat kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat dan
komplek.
Berbagai upaya pemerintah telah
dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan masyarakat terutama
dalam hal menumbuhkembangkan KeBhineka tunggal Ika-an, baik melalui kegiatan
jalur sekolah (umpamanya dengan pelajaran PPKn, Sejarah Perjuangan Bangsa, dan
muatan lokal), maupun jalur pendidikan luar sekolah (penataran P4,
pemasyarakatan P4 nonpenataran)
Sosial mengacu kepada hubungan antar
individu, antarmasyarakat, dan individu secara alami, artinya aspek itu telah
ada sejak manusia dilahirkan.Sama halnya dengan social, aspek budaya inipun
sangat berperan dalam proses pendidikan. Malah dapat dikatakan tidak ada
pendidikan yang tidak dimasuki unsure budaya. Materi yang dipelajari anak-anak
adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya, begitu pula kegiatan-kegiatan
mereka dan bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya. Sosiologi dan
Pendidikan Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia
dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya.Proses sosial dimulai dari
interaksi sosial dan dalam proses sosial itu selalu terjadi interaksi sosial.
Interaksi dan proses social didasari oleh factor-faktor berikut :1.
Imitasi2. Sugesti3. Identifikasi4. Simpati
3. Landasan Kultural
a. Pengertian Landasan Kultural
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai
hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan/ dikembangkan dengan
jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan
pendidikan, baiksecara formal maupun informal.
Anggota masyarakat berusaha
melakukan perubahan-perubahan yang sesuai denga perkembangan zaman sehingga
terbentuklah pola tingkah laku, nlai-nilai, dan norma-norma baru sesuai dengan
tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola-pola ini disebut transformasi kebudayaan.
Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi
kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.
b. Kebudayaan sebagai Landasan Sistem Pendidkan
Nasional
Pelestarian dan pengembangan
kekayaan yang unik di setiap daerah itu melalui upaya pendidikan sebagai wujud
dari kebineka tunggal ikaan masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal ini harsulah
dilaksanakan dalam kerangka pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan negara
indonesia sebagai sisi ketunggal-ikaan.
Kebudayaan dan PendidikanKebudayaan
menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, seni, huku, moral, adapt, dan kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (Imran Manan,
1989)Hassan (1983) misalnya mengatakan kebudayaan berisi (1) norma-norma, (2) folkways
yang mencakup kebiasaan, adapt, dan tradisi, dan (3) mores, sementara
itu Imran Manan (1989) menunjukkan lima komponen kebudayaan sebagai berikut
:1. Gagasan2. Ideologi3. Norma4. Teknologi5.
BendaAgar menjadi lengkap, perlu ditambah beberapa komponen lagi yaitu
:1. Kesenian2. Ilmu3. KepandaianKebudayaan dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu :1. Kebudayaan umum, misalnya
kebudayaan Indonesia2. Kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan Jawa, Bali,
Sunda, Nusa Tenggara Timur dan sebagainya3. Kebudayaan popular, suatu
kebudayaan yang masa berlakunya rata-rata lebih pendek daripada kedua macam
kebudayaan terdahulu.
4. Landasan Psikologis
a. Pengertian Landasan Psikologis
Dasar psikologis berkaitan dengan
prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak. Pemahaman etrhadap peserta
didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci
keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis
sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.
Sebagai implikasinya pendidik tidak
mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik, sekalipun mereka
memiliki kesamaan. Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan
jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-garis besar pengajaran
serta tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.
b. Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan
Psikologis
Pemahaman tumbuh kembang manusia
sangat penting sebagai bekal dasar untuk memahami peserta didik dan menemukan
keputusan dan atau tindakan yang tepat dalam membantu proses tumbuh kembang itu
secara efektif dan efisien. Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang
mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan
mengendalikan jasmani, yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar. Karena itu
jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia, yang
berada dan melekat dalam manusia itu sendiri.a. Psikologi
Perkembangan Ada tiga teori atau pendekatan tentang
perkembangan. Pendekatan-pendekatan yang dimaksud adalah : (Nana Syaodih,
1988)1. Pendekatan pentahapan. Perkembangan individu
berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu. Pada setiap tahap memiliki ciri-ciri
pada tahap-tahap yang lain.2. Pendekatan diferensial.
Pendekatan ini memandang individu-individu itu memiliki kesamaan-kesamaan dan
perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu orang-orang membuat
kelompok-kelompok3. Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini
berusaha melihat karakteristik setiap individu, dapat saja disebut sebagai
pendekatan individual. Melihat perkembangan seseorang secara
individual. Sementara itu Stanley Hall penganut teori Evolusi dan teori
Rekapitulasi membagi masa perkembangan anak sebagai berikut (Nana Syaodih,
1988)1. Masa kanak-kanak ialah umur 0 – 4 tahun
sebagai masa kehidupan binatang.2. Masa anak ialah
umur 4 – 8 tahun merupakan masa sebagai manusia pemburu3. Masa muda
ialah umur 8 – 12 tahun sebagai manusia belum berbudaya4. Masa adolesen
ialah umur 12 – dewasa merupakan manusi berbudaya b.
Psikologi BelajarBelajar adalah perubahan perilaku yang relative permanent
sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau
kecelakaan) dan bias melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu
mengkomunikasikan kepada orang lain. Ada sejumlah prinsip belajar menurut
Gagne (1979) sebagai berikut :1.
Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip dengan harapan pendidik
tentang respon anak yang diharapkan, beberapa kali secara
berturut-turut.2. Pengulangan, situasi dan respon anak
diulang-ulang atau dipraktekkan agar belajar lebih sempurna dan lebih lama
diingat.3. Penguatan, respon yang benar misalnya diberi
hadiah untuk mempertahankan dan menguatkan respon itu.4.
Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar.5.
Tersedia materi pelajaran yang lengkap untuk memancing
aktivitas anak-anak6. Ada upaya membangkitkan
keterampilan intelektual untuk belajar, seperti apersepsi dalam
mengajar7. Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan
anak-anak dalam belajar8. Aspek-aspek jiwa anak harus
dapat dipengaruhi oleh factor-faktor dalam pengajaran.
5. Landasan Ilmiah dan Teknologis
a. Pengertian Landasan IPTEK
Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung
memaksa tenaga pendidik untuk mengadopsinya teknologi dari berbagai bidang
teknologi ke dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan yang berkaitan
erat dengan proses penyaluran pengetahuan haruslah mendapat perhatian yang
proporsional dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya
berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar
IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan
fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.
b. Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah
Iptek merupakan salah satu hasil
pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang dimualai pada
permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan, utamanya pendidikan jalur
sekolah harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan
ajar sejogjanya hasil perkembangan iptek mutahir, baik yang berkaitan dengan
hasil perolehan informasi maupun cara memproleh informasi itu dan manfaatnya
bagi masyarakat.
6. Landasan Hukum
Kata landasan dalam hukum berarti
melandasi atau mendasari atau titik tolak.Sementara itu kata hukum dapat
dipandang sebagai aturan baku yang patut ditaati. Aturan baku yang sudah
disahkan oleh pemerintah ini , bila dilanggar akan mendapatkan sanksi sesuai
dengan aturan yang berlaku pula. Landasan hukum dapat diartikan peraturan
baku sebagai tempat terpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan –
kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan pendidikan.
a. Pendidikan menurut
Undang-Undang 1945Undang – Undang Dasar 1945 adalah merupakan hokum tertinggi
di Indonesia.Pasal – pasal yang bertalian dengan pendidikan dalam Undang –
Undang Dasar 1945 hanya 2 pasal, yaitu pasal 31 dan Pasal 32. Yang satu
menceritakan tentang pendidikan dan yang satu menceritakan tentang kebudayaan.
Pasal 31 Ayat 1 berbunyi : Tiap – tiap warga Negara berhak mendapatkan
pengajaran. Dan ayat 2 pasal ini berbunyi : Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu system pengajar Pasal 32 pada Undang – Undang Dasar
berbunyi : Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia.an nasional, yang
diatur dengan Undang – Undang.
b. Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun
1989 tentang Pendidikan NasionalTidak semua pasal akan dibahas dalam buku ini.
Yang dibahas adalah pasal – pasal penting terutama yang membutuhkan penjelasan
lebih mendalam serta sebagai acuan untuk mengembangkan pendidikan. Pertama –
tama adalah Pasal 1 Ayat 2 dan Ayat 7. Ayat 2 berbunyi sebagai berikut :
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan nasional yang
berdasarkan pada Pancasila dan Undang – Undang Dasar 45. Undang – undang ini
mengharuskan pendidikan berakar pada kebudayaan nasional yang berdasarkan pada
pancasila dan Undang – Undang dasar 1945, yang selanjutnya disebut kebudayaan
Indonesia saja. Ini berarti teori – teori pendidikan dan praktek – praktek
pendidikan yang diterapkan di Indonesia, tidak boleh tidak haruslah berakar
pada kebudayaan Indonesia.“Selanjutnya Pasal 1 Ayat 7 berbunyi : Tenaga
Pendidik adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dalam penyelenggaraan
pendidikan. Menurut ayat ini yang berhak menjadi tenaga kependidikan adalah
setiap anggota masyarakat yang mengabdikan dirinya dalam penyelenggaraan
pendidikan. Sedang yang dimaksud dengan Tenaga Kependidikan tertera dalam pasal
27 ayat 2, yang mengatakan tenaga kependidikan mencakup tenaga pendidik,
pengelola/kepala lembaga pendidikan, penilik/pengawas, peneliti, dan pengembang
pendidikan, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar.”
7. Landasan Sejarah
Sejarah adalah keadaan masa lampau
dengan segala macam kejadian atau kegiatan yang dapat didasari oleh konsep –
konsep tertentu. Sejarah pendidikan di Indonesia.Pendidikan di Indonesia
sudah ada sebelum Negara Indonesia berdiri. Sebab itu sejarah pendidikan di
Indonesia juga cukup panjang. Pendidikan itu telah ada sejak zaman kuno,
kemudian diteruskan dengan zaman pengaruh agama Hindu dan Budha, zaman pengaruh
agama Islam, pendidikan pada zaman kemerdekaan. Pada waktu bangsa
Indonesia berjuang merintis kemerdekaan ada tiga tokoh pendidikan sekaligus
pejuang kemerdekaan, yang berjuang melalui pendidikan. Merka membina anak-anak
dan para pemuda melalui lembaganya masing-masing untuk mengembalikan harga diri
dan martabatnya yang hilang akibat penjajahan Belanda. Tokoh-tokoh pendidik itu
adalah Mohamad Safei, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan (TIM
MKDK, 1990). Mohamad Syafei mendirikan sekolah INS atau Indonesisch
Nederlandse School di Sumatera Barat pada Tahun 1926. Sekolah ini lebih
dikenal dengan nama Sekolah Kayutanam, sebab sekolah ini didirikan di
Kayutanam. Maksud ulama Syafei adalah mendidik anak-anak agar dapat berdiri
sendiri atas usaha sendiri dengan jiwa yang merdeka. Tokoh pendidik
nasional berikutnya yang akan dibahas adalah Ki Hajar Dewantara yang mendirikan
Taman Siswa di Yogyakarta. Sifat, system, dan metode pendidikannya diringkas ke
dalam empat keemasan, yaitu asas Taman Siswa, Panca Darma, Adat Istiadat, dan
semboyan atau perlambang.Asas Taman Siswa dirumuskan pada Tahun 1922, yang
sebagian besar merupakan asas perjuangan untuk menentang penjajah Belanda pada
waktu itu. Tokoh ketiga adalah Ahmad Dahlan yang mendirikan organisasi Agama
Islam pada tahun 1912 di Yogyakarta, yang kemudian berkembang menjadi
pendidikan Agama Islam. Pendidikan Muhammadiyah ini sebagian besar memusatkan
diri pada pengembangan agama Islam, dengan beberapa cirri seperti berikut (TIM
MKDK, 1990).Asas pendidikannya adalah Islam dengan tujuan mewujudkan
orang-orang muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya kepada diri sendiri,
dan berguna bagi masyarakat serta Negara.Ada lima butir yang dijadikan dasar
pendidikan yaitu :
1.
Perubahan cara berfikir
2.
Kemasyarakatan
3.
Aktivitas
4.
Kreativitas
5.
Optimisme
8. Landasan Ekonomi
Pada zaman pasca modern atau
globalisasi sekarang ini, yang sebagian besar manusianya cenderung mengutamakan
kesejahteraan materi disbanding kesejahteraan rohani, membuat ekonomi mendapat
perhatian yang sangat besar. Tidak banyak orang mementingkan peningkatan spiritual.
Sebagian besar dari mereka ingin hidup enak dalam arti jasmaniah. Seperti
diketahui dana pendidikan di Indonesia sangat terbatas. Oleh sebab itu ada
kewajiban suatu lembaga pendidikan untuk memperbanyak sumber-sumber dana yang
mungkin bias digali adalah sebagai berikut :
1.
Dari pemerintah dalam bentuk proyek-proyek pembangunan, penelitian-penelitian
bersaing, pertandingan karya ilmiah anak-anak, dan perlombaan-perlombaan
lainnya.
2.
Dari kerjasama dengan instansi lain, baik pemerintah, swasta, maupun dunia
usaha. Kerjasama ini bias dalam bentuk proyek penelitian, pengabdian kepada
masyarakat dan proyek pengembangan bersama.
3.
Membentuk pajak pendidikan, dapat dimulai dari satu desa yang sudah mapan, satu
daerah kecil, dan sebagainya. Program ini dirancang bersama antara lembaga
pendidikan dengan pemerintah setempat dan masyarakat. Dengan cara ini bukan
orang tua siswa saja yang akan membayar dana pendidikan, melainkan semua
masyarakat.
4.
Usaha-usaha
lain, misalnya : a. Mengadakan seni pentas keliling atau dipentaskan di
masyarakat, b. Menjual hasil karya nyata anak-anak, c. Membuat
bazaar, d. Mendirikan kafetaria, e. Mendirikan took keperluan personalia
pendidikan dan anak-anak, f. Mencari donator tetap, g. Mengumpulkan
sumbangan, h. Mengaktifkan BP 3 khusus dalam meningkatkan dana pendidikan.
B. ASAS-ASAS POKOK PENDIDIKAN
Asas pendidikan merupakan sesuatu
kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan
maupun pelaksanaan pendidikan. Khusu s di Indonesia, terdapat beberapa asas
pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu.
Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar
Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam belajar.
1. Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, tut wuri
handayani merupakan inti dari sistem Among perguruan. Asas yang dikumandangkan
oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono
dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing
Madyo Mangun Karso. Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan
asas yaitu:
Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di
depan memberi contoh)
Ing Madyo Mangun Karso (jika
ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat)
Tut Wuri Handayani (jika di belakang
memberi dorongan)
Asas Tut Wuri Handayani merupakan gagasan yang
mula-mula dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara seorang perintis kemerdekaan dan
pendidikan nasional. Tut Wuri Handayani mengandung arti pendidik dengan
kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, tidak
menarik-narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri, dan bila anak
melakukan kesalahan baru pendidik membantunya (Hamzah, 1991:90). Gagasan
tersebut dikembangkan Ki Hajar Dewantara pada masa penjajahan dan masa
perjuangan kemerdekaan. Dalam era kemerdekaan gagasan tersebut serta merta
diterima sebagai salah satu asas pendidikan nasional Indonesia (Jurnal
Pendidikan, No. 2:24).
Asas Tut Wuri Handayani memberi kesempatan anak didik
untuk melakukan usaha sendiri, dan ada kemungkinan mengalami berbuat kesalahan,
tanpa ada tindakan (hukuman) pendidik (Karya Ki Hajar Dewantara, 1962:59). Hal
itu tidak menjadikan masalah, karena menurut Ki Hajar Dewantara, setiap
kesalahan yang dilakukan anak didik akan membawa pidananya sendiri, kalau tidak
ada pendidik sebagai pemimpin yang mendorong datangnya hukuman tersebut. Dengan
demikian, setiap kesalahan yang dialami anak tersebut bersifat mendidik.
Menurut asas tut wuri handayani (1) pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan
syarat paksaan, (2) pendidikan adalah penggulowenthah yang mengandung makna:
momong, among, ngemong (Karya Ki Hajar Dewantara, hal. 13). Among mengandung
arti mengembangkan kodrat alam anak dengan tuntutan agar anak didik dapat
mengembangkan hidup batin menjadi subur dan selamat. Momong mempunyai arti
mengamat-amati anak agar dapat tumbuh menurut kodratnya. Ngemong berarti kita
harus mengikuti apa yang ingin diusahakan anak sendiri dan memberi bantuan pada
saat anak membutuhkan, (3) pendidikan menciptakan tertib dan damai (orde en
vrede), (4) pendidikan tidak ngujo (memanjakan anak), dan (5) pendidikan
menciptakan iklim, tidak terperintah, memerintah diri sendiri dan berdiri di
atas kaki sendiri (mandiri dalam diri anak didik.
2. Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life
long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan
seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat meracang dan
diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan
horisontal.
Dimensi vertikal dari kurikulum
sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan
keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
Dimensi horisontal dari kurikulum
sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan
pengalaman di luar sekolah.
Pendidikan Indonesia bertujuan meningkatkan
kecerdasan, harkat, dan martabat bangsa, mewujudkan manusia Indonesia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, mandiri hingga
mampu membangun diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, memenuhi kebutuhan
pembangunan dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa (GBHN, 1993:94).
Gambaran tentang manusia Indonesia itu dilandasi pandangan yang menganggap
manusia sebagai suatu keseluruhan yang utuh, atau manusia Indonesia seutuhnya,
keseluruhan segi-segi kepribadiannya merupakan bagian-bagian yang tak
terpisahkan satu dengan yang lain atau merupakan suatu kebulatan. Oleh karena
itu, pengembangan segi-segi kepribadian melalui pendidikan dilaksanakan secara
selaras, serasi, dan seimbang. Untuk mencapai integritas pribadi yang utuh
harus ada keseimbangan dan keterpaduan dalam pengembangannya.
Keseimbangan dan keterpaduan dapat dilihat dari segi: (1) jasmani dan rohani; jasmani meliputi: badan, indera, dan organ tubuh yang lain; sedangkan rohani meliputi: potensi pikiran, perasaan, daya cipta, karya, dan budi nurani, (2) material dan spiritual; material berkaitan dengan kebutuhan sandang, pangan, dan papan yang memadai; sedangkan spiritual berkaitan dengan kebutuhan kesejahteraan dan kebahagiaan yang sedalam-dalamnya dalam kehidupan batiniah, (3) individual dan sosial; manusia mempunyai kebutuhan untuk memenuhi keinginan pribadi dan memenuhi tuntutan masyarakatnya, (4) dunia dan akhirat; manusia selalu mendambakan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat sesuai dengan keyakinan agam masing-masing, dan (5) spesialisasi dan generalisasi; manusia selalu mendambakan untuk memiliki kemampuan-kemampuan yang umumnya dimiliki orang lain, tetapi juga menginginkan kemampuan khusus bagi dirinya sendiri.
Untuk mencapai integritas pribadi yang utuh sebagaimana gambaran manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan nilai-niai Pancasila, Indonesia menganut asas pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan sepanjang hayat memungkinkan tiap warga negara Indonesia:
Keseimbangan dan keterpaduan dapat dilihat dari segi: (1) jasmani dan rohani; jasmani meliputi: badan, indera, dan organ tubuh yang lain; sedangkan rohani meliputi: potensi pikiran, perasaan, daya cipta, karya, dan budi nurani, (2) material dan spiritual; material berkaitan dengan kebutuhan sandang, pangan, dan papan yang memadai; sedangkan spiritual berkaitan dengan kebutuhan kesejahteraan dan kebahagiaan yang sedalam-dalamnya dalam kehidupan batiniah, (3) individual dan sosial; manusia mempunyai kebutuhan untuk memenuhi keinginan pribadi dan memenuhi tuntutan masyarakatnya, (4) dunia dan akhirat; manusia selalu mendambakan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat sesuai dengan keyakinan agam masing-masing, dan (5) spesialisasi dan generalisasi; manusia selalu mendambakan untuk memiliki kemampuan-kemampuan yang umumnya dimiliki orang lain, tetapi juga menginginkan kemampuan khusus bagi dirinya sendiri.
Untuk mencapai integritas pribadi yang utuh sebagaimana gambaran manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan nilai-niai Pancasila, Indonesia menganut asas pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan sepanjang hayat memungkinkan tiap warga negara Indonesia:
(1) mendapat kesempatan untuk meningkatkan kualitas
diri dan kemandirian sepanjang hidupnya,
(2) mendapat kesempatan untuk memanfaatkan layanan
lembaga-lembaga pendidikan yang ada di masyarakat. Lembaga pendidikan yang
ditawarkan dapat bersifat formal, informal, non formal,
(3) mendapat kesempatan mengikuti program-program
pendidikan sesuai bakat, minat, dan kemampuan dalam rangka pengembasngan
pribadi secara utuh menuju profil Manusia Indonesia Seutuhnya (MIS) berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; dan
(4) mendpaat kesempatan mengembangkan diri melalui
proses pendidikan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu sebagaimana
tersurat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989.
3. Asas Kemandirian dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar,
sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari
campur tangan guru, namun guru selalu suiap untuk ulur tangan bila diperlukan.
Perwujudan asas kemandirian dalam
belajar akan menempatkan guru dalamperan utama sebagai fasilitator dan
motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih
kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).
Keadaan yang
Ditemui Sekarang
Dalam kaitan asas belajar sepanjang hayat, dapat
dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui sekarang: (1) usaha pemerintah
memperluas kesempatan belajar telah mengalami peningkatan. Terbukti dengan
semakin banyaknya peserta didik dari tahun ke tahun yang dapat ditampung baik
dalam lembaga pendidikan formal, non formal, dan informal; berbagai jenis
pendidikan; dan berbagai jenjang pendidikan dari TK sampai perguruan tinggi,
(2) usaha pemerintah dalam pengadaan dan pembinaan guru dan tenaga kependidikan
pada semua jalur, jenis, dan jenjang agar mereka dapat melaksanakan tugsnya
secara proporsional. Dan pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hasil
pendidikan di seluruh tanah air. Pembinaan guru dan tenaga guru dilaksanakan
baik didalam negeri maupun diluar negeri , (3) usaha pembaharuan kurikulum dan
pengembangan kurikulum dan isi pendidikan agar mampu memenuhi tantangan
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas melalui pendidikan,
(4) usaha pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang semakin meningkat:
ruang belajar, perpustakaan, media pengajaran, bengkel kerja, sarana pelatihan
dan ketrampilan, sarana pendidikan jasmani, (5) pengadaan buku ajar yang
diperuntukan bagi berbagai program pendidikan masyarakat yang bertujuan untuk:
(a) meningkatkan sumber penghasilan keluarga secara layak dan hidup
bermasyarakat secara berbudaya melalui berbagai cara belajar, (b) menunjang
tercapainya tujuan pendidikan manusia seutuhnya, (7) usaha pengadaan berbagai
program pembinaan generasi muda: kepemimpinan dan ketrampilan, kesegaran
jasmani dan daya kreasi, sikap patriotisme dan idealisme, kesadaran berbangsa
dan bernegara, kepribadian dan budi luhur, (8) usaha pengadaan berbagai program
pembinaan keolahragaan dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
anggota masyarakat untuk melakukan berbagai macam kegiatanolahraga untuk
meningkatkan kesehatan dan kebugaran serta prestasi di bidang olahraga, (9)
usaha pengadaan berbagai program peningkatan peran wanita dengan memberikan
kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan keluarga sehat, sejahtera dan
bahagia; peningkatan ilmu pngetahuan dan teknologi, ketrampilan serta ketahanan
mental.
Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat
dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui sekarang, yakni (1) peserta didik
mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan yang diminatinya di
sema jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan oleh pemerintah
sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat. Peserta didik bertanggung jawab
atas pendidikannya sendiri, (2) peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih
pendidikan kejuruan yang diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk
memasuki lapangan kerja bidang tertentu yang diinginkannya, (3) peserta didik
memiliki kecerdasan yang luar biasa diberikan kesempatan untuk memasuki program
pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan gaya dan irama belajarnya, (4) peserta
didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental memperoleh kesempatan
untuk memilih pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan cacat yang disandang
agar dapat bertumbuh menjadi manusia yang mandiri, (5) peserta didik di daerah
terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan ketrampilan agar
dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki kemampuan dasar yang memadai
sebagai manusia yang mandiri, yang beragam dari potensi dibawah normal sampai
jauh diatas normal (Jurnal Pendidikan,1989)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim A.2009.Asas-Asas
Pendidikan Umum. http://www.idonbiu.com/2009/05/asas-asas-pendidikan-umum.html.
Diakses pada tanggal 5 Desember 2009.
Anonim B.2009.Pengertian Pendidikan.//raflengerungan.wordpress.com/pengertian-pendidikan/.
Diakses pada tanggal 5 Desember 2009.
Berau,Syamsul.2007.Landasan Pendidikan.//syamsulberau.wordpress.com/author/syamsulberau.
Diakses pada tanggal 5 Desember 2009.
Hartoto. 2008. Landasan
dan Asas-Asas Pendidikan serta Penerapannya. //fatamorghana.
wordpress.com/. Diakses pada tanggal 5 Desember 2009.
Qym.2009.Asas-Asas
Pendidikan dan Penerapannya. //qym7882.blogspot.com/2009/03. asas-asas-pendidikan-dan-penerapannya.html.
Diakses pada tanggal 5 Desember 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar